[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Menyikapi Jodoh Pilihan Orang Tua
Uneq-Uneq - Monday, 26 July 2004

Tanya Assalamu'alaikum wr.wb. Mba... bagaimana sikap saya menghadapi jodoh yang dipilihkan orang tua padahal saya punya kriteria tersendiri untuk calon suami saya. Untuk jawabannya saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu'alaikum

Jawab:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dalam menyikapi sesuatu yang akan menjadi kesepakatan (komitment) yang membawa perubahan besar terhadap kehidupan kita selanjutnya, sebaiknya lakukanlah dengan hati yang bersih dari berbagai prasangka dan singkirkan niat yang tidak karena Allah. Baik itu untuk sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, kedudukan tertentu, apalagi pilihan teman hidup dalam rumah tangga.

Mengapa? Karena pengetahuan yang kita miliki sangatlah terbatas tentang segala sesuatu yang kita anggap baik bagi diri kita. Bisa jadi, kita merasa bahwa hanya diri kitalah yang memahami dengan pasti apa yang kita inginkan dan baik bagi masa depan kita. Tapi dalam pandangan orang lain (dalam hal ini, terutama orang yang dekat dengan kita seperti orang tua, saudara atau sahabat), pilihan tersebut sebenarnya tidak cocok dengan gaya hidup, karakter dan masa depan kita. Hal ini terjadi karena, apa yang kita tahu tentang diri kita sendiri bisa jadi hanya terbatas dari apa yang kita rasakan di dalam hati, terlintas di dalam kepala dan terkondisikan dari pengalaman yang telah lalu. Sedangkan dalam pandangan orang lain yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari, persepsi konsep diri yang kita miliki itu tidak sepenuhnya benar. Justru dalam keseharian, karena jarak yang ada antara mereka dengan diri kita, mereka bisa melihat hal-hal yang sering tampil dari dalam diri kita tapi tidak pernah kita rasakan keberadaannya.

Misalnya begini. Menurut kamu, kamu adalah seorang yang tertutup dan pendiam, jadi kamu ingin punya pasangan hidup seorang juga seorang yang pendiam karena kamu senang dengan situasi tenang. Tapi dalam pandangan sahabat dan orang tuamu, kamu pendiam dan tertutup selama ini karena ada bagian dari diri kamu yang belum tergali secara maksimal. Padahal jika digali secara maksimal, sikap tertutup kamu itu akan menjadikan diri kamu menjadi pribadi yang kharismatik dan sikap pendiam kamu itu akan melahirkan ketekunan yang unik. Jadi, dalam pandangan mereka, kamu lebih cocok berpasangan dengan seseorang yang dinamis dan punya terbuka terhadap perubahan. Dalam pandangan mereka, dengan berpasangan dengan tipe seperti ini maka semua potensi kamu yang selama ini tertimbun akan segera tergali secara lebih cepat dan sebaliknya jika kamu berpasangan dengan tipe yang kamu sukai maka potensi itu akan tetap terkubur dan sulit untuk dipancing keluar. Ini misalnya.

Untuk itu, cobalah dalam hal ini, hilangkan dahulu segala macam prasangka yang berkembang di dalam hatimu tentang jodoh yang dipilihkan oleh orang tuamu. Bisa jadi memang tipe yang dicarikan oleh orang tuamu ternyata berbeda jauh dari dari apa yang kamu inginkan sebagai jodohmu. Tapi bisa jadi juga, sebenarnya hanya kulit luarnya saja yang tampaknya berbeda tapi isi di dalamnya sebenarnya sama. Misalnya, menurut kamu jodoh pilihan mereka tidak sholeh dan jauh dari kesan zuhud karena selalu berpakaian rapi, tidak pernah pakai baju takwa (baju koko) dan sering bercanda. Ini misalnya yah. Padahal, sebenarnya, dibalik pakaian rapi dan trendi yang dikenakannya, dia sebenarnya tidak pernah lupa untuk mendirikan shalat malam hingga bercucuran air mata. Padahal di balik sifat sering bercandanya dia sebenarnya seorang yang sangat dermawan. Tapi hal-hal ini memang sulit diketahui karena sifatnya yang sangat pribadi dan rahasia untuk menjamin keikhlasan dalam beribadah (justru kalau dia sering menyebut-nyebut semua kesholehannya di depan kamu dan kedua orang tuamu malah harus dipertanyakan, ini sholeh beneran apa nggak sih?).

Untuk itu, cobalah ukhti untuk berbicara dengan kedua orang tuamu dahulu. Bahwa sebenarnya kamu ingin jodoh dengan sifat A, B, C, D dan dengan syarat A, B, C, D (tapi ingat yah ukhti, jangan terlalu banyak syarat yang susah, nanti ukhti jadi terlihat sombong; juga jangan terlalu banyak memberi syarat yang ukuran untuk mengujinya sulit. Seperti syarat harus muslim yang zuhud. Hmm. Gimana coba orang tuamu mengukur kadar zuhud seseorang?). Katakan juga alasan mengapa kamu mengingingkan kriteria tersebut ada dalam diri suami kamu. Misalnya, kamu ingin dia sudah bekerja sebagai PNS, karena meski gaji kecil tapi punya pensiun. Atau kamu ingin muslim yang rajin shalat (tapi ini sebenarnya juga sulit sih dilihat meski bisa dirasakan dengan hati. Orang yang rajin shalat itu biasanya keterikatannya untuk selalu tunduk dan takut pada Allah dan pengawasan-Nya tinggi, sehingga dia selalu berusaha menghindari semua kemunkaran). Alasan kamu ingin dia rajin shalat karena dia kelak jadi imam dalam keluargamu. Ini semua contohnya.

Saya tidak tahu apa alasan kamu punya kriteria tertentu untuk calon suamimu. Tapi apapun itu, mulailah sortir antara yang masuk akal dan yang sudah berlebihan. Kriteria yang masuk akal katakan pada orang tuamu dan kriteria yang berlebihan singkirkan. Lalu sortir lagi antara kriteria yang mudah dicari tolok ukurnya dan yang sulit dicari tolok ukurnya. Kriteria yang mudah diberikan pada kedua orang tuamu, sedangkan yang sulit tolok ukurnya bicarakan lagi dengan mereka, apakah kedua orang tuamu itu bisa mengerti apa yang kamu maksud. Jelaskan dengan bahasa yang mudah, siapa tahu sebenarnya kedua orang tuamu juga punya kriteria serupa hanya saja selama ini tidak terpikirkan untuk dikatakan. Jika ternyata kedua orang tuamu tidak menyetujuinya, diskusikan lagi (bukan debat dan ngotot-ngototan yah), karena bisa jadi kamu yang salah karena masih kurangnya pengalaman dan bisa jadi juga kedua orang tuamulah yang tidak benar karena sudut pandang yang berbeda dalam memandang prioritas kehidupan.

Segala sesuatu yang didiskusikan dengan cara baik, insya Allah akan menghasilkan kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak. Lalu jika ternyata, sebelum diskusi selesai kamu sudah diperkenalkan dengan seseorang yang dalam pandangan kedua orang tuamu baik untukmu; jangan langsung menunjukkan penolakan secara spontan. Cobalah untuk menerimanya sebagai teman dahulu. Lalu dengan tidak berprasangka dahulu, coba telusuri apakah dia memang cocok untukmu. Dalam hal ini, telusuri dia sebagai seorang teman yah, bukan seperti seorang jaksa penuntut yang selalu mencari celah kesalahan yang bisa menjatuhkan. Kamu dalam hal ini tidak diperintahkan sebagai jaksa penuntut tapi sebagai seorang wanita muslimah yang sedang melakukan proses perkenalan guna mencari kecocokan.

Setelah melalui beberapa waktu yang tidak terlalu lama (dan dengan kendali perasaan dan hati yang baik), jika kamu menemukan sesuatu yang memang tidak berkenan, kamu bicarakan lagi dengan kedua orang tuamu bahwa kamu rasanya tidak cocok dengan jodoh pilihan orang tuamu itu. Misalnya, karena alasan ternyata si dia seorang perokok berat (padahal kamu punya penyakit asma misalnya); atau karena alasan ternyata si dia suka bicara kasar (padahal kamu seorang yang cepat tersinggung dan “gede ngambek”). Biar bagaimanapun, tidak ada orang tua yang ingin anaknya berkalang duka dalam kehidupan rumah tangganya. Jadi, insya Allah kedua orang tuamu akan memahami keberatan-keberatan kamu.

Lebih dari itu, luruskan niat bahwa semua yang kamu lakukan ini hanya untuk mencari keridhaan Allah semata. Jadi, iringi dengan kegiatan melakukan shalat istikharah, minta bantuan Allah agar memberikan pilihan terbaik bagi dirimu dan agamamu.

Demikian, Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved