|
Ikuti Kata Hatimu Muslimah & Media - Monday, 26 July 2004
Kafemuslimah.com Ikuti Kata hatimu. Kalimat ini sering kali muncul ketika seseorang ditanya oleh orang lain, apa yang sebaiknya dia pilih ketika sedang mempertimbangkan memilih sesuatu bagi dirinya. Ikuti kata hatimu. Sebaris kalimat sederhana, sangat sederhana tapi memiliki makna yang sangat mendalam.
Pada akhirnya, hari Senin, 5 Juli 2004 mendatang, sebaris kalimat sederhana tersebut harus terpatri dengan erat di benak kita. Karena pada hari itu, akan terjadi sebuah peristiwa yang sangat bersejarah dalam negara kita. Indonesia. Pada hari itu, untuk pertama kalinya akan berlangsung Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahap pertama, dimana kita yang memiliki jabatan rakyat (ingat! Jabatan rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Indonesia berdasarkan undang-undang kita) akan memilih secara langsung siapa yang layak jadi presiden dan wakil presiden Indonesia.
Implikasi pemilihan tersebut amatlah luas. Jadi kita semua dituntut untuk tidak gegabah menyalurkan suara kita dalam memilih pemimpin bagi negara kita. Yaitu dia yang semoga punya kemampuan untuk membawa Indonesia kembali bangkit dari keterpurukan. Hal ini terkait dengan begitu beragamnya permasalahan yang laksana gumpalan benang kusut di negara kita. Baik itu masalah yang sudah menjadi penyakit kronis seperti kasus perdagangan perempuan dan anak, atau masalah buruh dan ketenaga-kerjaan di Indonesia yang terasa sulit mencapai kondisi “win-win solution”, atau masalah ketidak adilan yang terjadi di tengah masyarakat. Sebut saja ketidak adilan ekonomi antara masyarakat yang berpenghasilan tinggi dengan masyarakat yang berpenghasilan rendah, padahal jika dilihat dari tingkat resiko pekerjaannya, manfaat yang diberikannya, serta kepantasan untuk dapat hidup layaknya, ada sebuah ketimpangan yang sangat drastis. Seorang guru yang menghasilkan generasi berpendidiikan, sepulang dari mengajar di sekolah harus menyambi menjadi tukang ojek di pangkalaan ojek di dekat rumahnya; atau berdagang pakaian keliling dari kampung ke kampung karna memang gajinya sebagai guru tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Sementara seorang artis yang hanya bertugas menghapalkan dialog dan memamerkan wajah manisnya, bisa menyelenggarakan pesta ulang tahun ratusan juta rupiah dalam satu malam!!
Atau contoh lain, masyarakat Papua yang hidup menderita dalam kemiskinan dan keterasingan selama bertahun-tahun, padahal tetangga dekat mereka yang tinggal di kompleks Freeport, hidup mewah laksana raja. Mereka yang hanya berkaus usang dan bercawat, setiap hari menyusuri pinggiran sungai untuk mencari makan, menelusuri hutan dengan kaki telanjang untuk mengumpulkan hasil hutan agar bisa ditukar dengan kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Tapi beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan teman saya yang saudaranya bekerja di Freeport. Dia bercerita bahwa saudaranya baru saja membeli sebuah apartemen mewah (lagi!??) di Jakarta (terus terang hati saya berontak, “Ini tidak adil!!”, karena masyarakat asli pemilik pekarangan, harus jadi budak untuk tuan yang menguras kekayaan hasil bumi pekarangannya. Padahal si tuan hanyalah seorang yang numpang lewat sesaat). Dan ketidak adilan ini terjadi hampir di semua daerah di Indonesia. Hingga menimbulkan gejolak yang tidak pernah kunjung reda. Dan akhirnya menguras energi kita semua hingga tak pernah punya kemampuan untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain.
Atau contoh lain yang terkait dengan kasus korupsi. Negara kita hamir setiap tahun memperoleh predikat sebagai negara terkorup yang selalu masuk sepuluh besar. Sungguh prestasi yang sama sekali tidak mengenakkan. Tapi, hampir tiap tahun juga sangat sedikit kasus-kasus tersebut bisa diungkat. Ibarat kentut, baunya sangat tidak sedap serta sangat memuakkan. Tapi sangat sulit untuk mencari sumber si pencetusnya. Sistem birokrasi kita amatlah rumit. Ada jalan tikus yang sungguh berliku dan seperti gorong-gorong air yang simpang siur di bawah rumah, semua sisi gorong-gorong tersebut pernah terlewati oleh air. Maka budaya gotong royong dalam kemunkaran pun menjadi hal yang biasa. Korupsi menjadi sebuah tindakan yang terang-terangan dan hal yang dipandang sangat biasa. Contoh yang paling ringan mungkin bisa dilihat pada saat pembuatan KTP. Meski di depan loket tertera tulisan tidak dipungut biaya apapun untuk pengurusan KTP, tetap saja pungutan liar (pungutan tanpa kuitansi/tanda bukti) terjadi jika ingin KTP tersebut lancar pengurusannya. Atau budaya memanfaatkan fasilitas kantor untuk keperluan pribadi di luar keperluan dinas adalah sesuatu yang menjadi pemandangan yang sangat umum. Atau budaya memanfaatkan jabatan untuk menghasilkan kekayaan pribadi. Telah terjadi persekongkolan tingkat tinggi di daerah dalam rangka merampok kekayaan hutan kita setiap harinya. Dengan truk-truk besar, kayu-kayu kita hilir mudik diangkut ke negara lain dan itu terjadi di depan mata para penjaga hutan, para pejabat daerah terkait dan di depan masyarakat yang tinggal di sisi hutan. Begitu umum hingga tak ada satupun yang menyadarinya bahwa ini termasuk budaya korupsi.
Itu sekilas beberapa penyakit kronis yang melanda negara kita. Tentu ada banyak lagi yang tidak dapat diutarakan satu persatu. Disamping masalah tersebut ada juga masalah yang sifatnya kekinian. Sebut saja masalah kasus bunuh diri yang tengah marak terjadi di tengah masyarakat; kasus narkoba yang terus mengalami peningkatan; kasus keteterannya para petugas medis kita dalam menghadapi serangan penyakit yang mewabah pada waktu-waktu tertentu; kasus kebebasan media massa yang di luar kontrol dalam mengetengahkan sebuah budaya bagi para pemirsa/pembacanya; dll.
Ngos….
Ngos….
Ngos….
Ternyata ada banyak sekali. Begitu banyak hingga ingin menitik air mata ini rasanya mengingat beban dimiliki oleh Ibu Pertiwi kita.
Kini saatnya bagi kita untuk menentukan sikap.
Pasang mata, buka telinga dan bersihkan segala emosi yang tidak perlu dalam menghadapi PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN nanti. Kita perlu pemimpin yang berani bertindak tegas. Pemimpin yang amanah, jujur dan cerdas, karena kesalahan dalam memilih, hanya akan membawa negara kita kian terpuruk untuk kurun waktu lima tahun lagi.
Ayo shalat Istikharah sejak sekarang dan gunakan hati nuranimu.
Just Follow Your Heart.
-------- 1 Juli 2004
Ade Anita ([email protected])
[ 0 komentar]
|
|