|
Divonis Menderita Kanker Uneq-Uneq - Monday, 26 July 2004
Tanya:
Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Mbak Ade saya divonis menderita kanker. Saat ini saya sedang berada dalam situasi yang penuh kegamangan. Ketakutan akan datangnya kematian itu sedang mencekam hari-hari saya. Sungguh saya belum merasa siap, karena saya harus meninggalkan dua putra yang masih banyak membutuhkan perhatian. Yang berarti meninggalkan mereka sebagai yatim-piatu, karena suami sayapun sudah meninggal dunia. Sayapun belum mengatakan kabar buruk itu kepada anak-anak saya, karena saya takut akan berdampak buruk. Hari-hari belakangan ini sungguh hari-hari yang penuh kekalutan bagi saya. Mbak Ade, mohon sarannya.
Wassalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
jawab:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ukhti yang dirahmati Allah. Saya ikut merasa prihatin dengan cobaan yang sedang ukhti hadapi. Pun ikut merasa prihatin dengan segala situasi sulit yang sedang ukhti jalani saat ini. Innalillahi wainnailaihirojiun. Segala sesuatunya itu adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Sabar yah ukhti.
Siapapun kita, memang tidak menginginkan mendapatkan sebuah musibah yang sangat berat. Siapapun kita tentu tidak ingin bersinggungan dengan yang namanya penyakit, kemiskinan, bencana alam, bencana peperangan, kekerasan atau kejahatan. Untuk itu, segala upaya dan usaha harus dilakukan agar terhindar dari segala sesuatu seperti yang saya sebutkan tersebut. Kita harus berikhtiar dengan segala kemampuan diri yang ada untuk menjauhi, menghindari dan menangkal semua musibah tersebut. Setelah segenap kemampuan dan usaha diupayakan untuk itu tapi ternyata musibah tersebut tetap datang menghampiri, maka yang bisa kita lakukan adalah mengembalikan semua persoalan pada Allah. Ucapkanlah Innalillahiwainnailaihirajiun. Kita harus sabar menerimanya dan mulai membangun mental sabar dan syukur (keduanya paket yang tak terpisahkan) karena bisa jadi musibah yang datang tersebut adalah sebuah ujian yang harus dihadapi oleh kita sebagai manusia untuk sampai ke derajat ketakwaan yang lebih tinggi.
“Dari Az-Zuhri dari Urwah dari Aisyah ra yang berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: Tiadalah satu musibah yang menimpa seorang Muslim, melainkan dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahannya hingga duri yang mengenainya.”(HR Bukhari – Muslim)
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah dari Nabi saw yang bersabda: “Tiadalah seorang Muslim menderita kelalahan, sakit,kegalauan, kesedihan, siksaan, gelisah hingga duri yang mengenainya melainkan Allah menghapus dengannya dosa-dosanya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)
Nah. Ukhti. Sekarang tarik napas dalam-dalam dahulu dan hembuskan perlahan-lahan.
Penyakit kanker memang penyakit yang menakutkan. Hal ini karena penyakit tersebut “menjanjikan” kematian bagi pengidapnya tapi tidak secara mendadak. Berbeda dengan penyakit jantung (yang menjadi penyakit mematikan kedua di dunia) yang bisa datang menyerang kapan saja tak terduga. Jika berbicara dari sisi yang ini, memang sangat menakutkan ukhti. Tapi coba kita lihat dari sisi yang lain dari musibah vonis penyakit kanker tersebut. Memang menakutkan tapi kita harus (mau tak mau) menghadapi kenyataan. Yaitu perjalanan penggerogotan kanker yang memerlukan waktu yang cukup panjang untuk tiba pada kematian tersebut. Ini hal yang baik (tanam keyakinan tersebut dahulu).
Baiknya: Alhamdulillah bahwa ternyata ukhti diberi kesempatan untuk mengetahui penyakit yang ukhti derita sejak dari sekarang (bandingkan dengan kondisi jika saja ukhti baru mengetahuinya setelah stadium sangat berat dan kondisi tubuh yang sangat payah. Tentu akan lebih membuat panik).
Alhamdulillah ukhti diberi kesempatan yang cukup untuk mempersiapkan segala sesuatunya (bandingkan dengan kondisi mereka yang kena serangan jantung mendadak dengan anak-anak yang masih kecil, ekonomi yang sangat sulit dan tanpa sanak family… kasihan kan anak-anaknya karena tidak tahu harus berbuat apa dengan situasi yang serba mendadak tersebut?).
Alhamdulillah ukhti masih diberi kesempatan untuk berpikir dan membenahi segala sesuatunya (adanya kesadaran bahwa anak-anak ukhti saat ini masih kecil-kecil dan yatim, maka sesungguhnya ukhti diberi kesempatan untuk mengarahkan mereka agar siap dengan takdir Allah yang akan datang menghampiri setiap manusia. Ukhti masih diberi kesempatan untuk mempersiapkan mereka agar mulai membangun prasangka baik terhadap semua takdir Allah dan juga mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perencanaan masa depan bagi anak-anak ukhti.)
Lebih dari itu, alhamdulillah ukhti “sudah” diberi tanda untuk mempersiapkan diri agar kelak bisa membawa bekal amal shaleh dan keimanan yang terbaik untuk dibawa ke akhirat (bandingkan dengan mereka yang masih tidak menyadari bahwa sesungguhnya kematian adalah sesuatu yang pasti datang menghampiri. Karena ketidak sadaran tersebut, tak sedikit dari manusia yang terlena dan lupa diri dan pada akhirnya ketika maut datang menjemput, mereka mati dalam kondisi keimanan yang sekedarnya dan bekal amal shaleh yang sangat sedikit). Sesungguhnya segala sesuatunya itu datang dengan hikmah dan tidak bersifat sia-sia.
Ibnu Abu Dunya menyebutkan dari Abu Umamah Al Bahili yang berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah pasti menguji salah seorang dari kalian dengan ujian sebagaimana salah seorang dari kalian menguji emasnya di api. Maka di antara mereka ada yang keluar dari ujian seperti emas murni. Orang itulah yang diselamatkan Allah dari dosa-dosanya. Ada di antara mereka yang keluar dari ujian seperti emas yang kwalitasnya di bawah emas murni. Orang itulah yang ragu-ragu. Dan ada di antara mereka yang keluar dari ujian seperti emas hitam. Itulah orang yang terjerumus dalam fitnah.” (Diriwayatkan Ibnu Abu Dunya)
Jadi, sekarang tidak usah takut lagi menghadapi kematian. Sesungguhnya, kematian itu adalah sesuatu yang pasti datangnya pada setiap yang bernyawa. Bahkan lebih pasti datangnya dari sesuatu yang sedang kita kerjakan dan akan dipetik hasilnya esok. Kematian itu adalah sebuah pelajaran dari Allah bagi umat manusia agar manusia tidak sombong dan lalai karena segala sesuatunya yang ada di bumi ini memang tidak ada yang bersifat abadi. Semua akan berakhir dan semua akan bertemu dengan kematian. Percayalan ukhti, kesadaran bahwa kematian sudah sangat dekat menunggu kita, insya Allah akan menghadirkan sebuah semangat untuk memanfaatkan setiap detik dari kehidupan yang sedang kita jalani ini dengan sebuah sikap yang terbaik dan dengan sebuah ketakwaan yang terus ditingkatkan. Jadi, berbahagialah mereka yang selalu ingat bahwa kematian memang sesuatu yang sedang datang menjelang dengan membaktikan diri dan segenap jiwa mereka agar tiap-tiap waktu yang tersisa bisa memberi manfaat bagi orang banyak, bagi agamanya, dan bagi bekal yang akan dibawanya kelak di alam akhirat kelak
Jadi, jangan takut dengan kematian. Nah, Untuk langkah selanjutnya yah.
Sekarang, coba tanya lagi pada dokter atau rumah sakit tempat ukhti berobat. Kanker yang ukhti derita itu, sudah stadium berapa dan apakah masih bisa diobati dan prediksi (perkiraan) waktu dari analisa dokter (jika memang sudah stadium lanjut) waktu yang ukhti miliki untuk bertahan dengan kondisi yang lumayan prima berapa lama?
Jika masih bisa diobati (baru stadium awal atau pertengahan), mulailah mengikuti pengobatan yang tersedia. Sekarang ini, ada beberapa kemajuan di ilmu kedokteran sehingga beberapa kanker yang diderita manusia bisa diatasi dengan rangkaian pengobatan yang intensif. Banyak kok contoh mereka yang akhirnya bisa lolos dari jeratan penyakit kanker. Rima Melati misalnya. Dia sampai kehilangan semua rambut dan berat badannya. Tapi akhirnya sekarang kembali cantik dan sehat kembali. Hmm… ayah saya sendiri, dulu juga divonis kena kanker hati. Setiap kali buang air kecil, yang keluar adalah kucuran darah segar. Tapi alhamdulillah setelah menjalani 70 kali terapi suntikan dan rangkaian pengobatan lain selama kurun waktu beberapa bulan, sekarang ayah saya alhamdulillah bisa sehat kembali dan terbebas dari penyakit kanker tersebut.
Tapi memang tetap harus tawakkal jika ternyata vonis yang diberikan dokter tersebut mengatakan hal yang sebaliknya dengan apa yang telah saya utarakan di atas. Jika dokter mengatakan bahwa kanker yang ukhti miliki sudah tidak bisa diobati lagi, jangan putus asa dan langsung merasa bahwa dunia ini memang akan berakhir dengan segera. Kenyataannya, masih ada beberapa rangkaian langkah yang harus ukhti hadapi. Yang utama adalah mempersiapkan mental anak-anak dan mempersiapkan perencanaan masa depan bagi mereka. Anak adalah generasi penerus bukan hanya bagi nama keluarga tersebut tapi juga generasi penerus bagi bangsa dan agama kita. Anak juga aset kita yang sangat berharga karena dari mulut dan hati anak yang shalehlah, sebuah doa akan didengar Allah.
Ukhti katakan bahwa suami ukhti sudah meninggal dunia dan anak-anak masih kecil. Hmm… ukhti, apakah ukti masih mempunyai sanak keluarga lain? Baik dari pihak suami maupun dari pihak ukhti sendiri? Cobalah untuk menghubungi mereka dan paparkan pada mereka semua masalah yang sedang ukhti hadapi saat ini. Rembuklah dengan mereka untuk bersama memikirkan langkah selanjutnya. Seperti jika ingin mengikuti prosedur pengobatan, tentu diperlukan biaya yang tidak sedikit. Lalu jika ternyata pengobatannya gagal, pada siapa ukhti akan menitipkan anak-anak ukhti selanjutnya. Bagaimana pembiayaan kehidupan mereka selanjutnya? Apakah rumah yang ukhti tempati sekarang lebih baik dijual lalu uangnya didepositokan untuk biaya pendidikan anak-anak misalnya. Atau ukhti menitipkan mereka pada keluarga yang punya usaha wiraswasta sehingga anak-anak ukhti bisa membantu usaha tersebut dengan bantuan kecil-kecilan dan imbalannya mereka dibiayai untuk pendidikannya. Atau rencana-rencana lain. Itu semua harus dirembukkan dengan seluruh anggota keluarga.
Lalu, jika ternyata ukhti memang tidak punya satupun sanak keluarga dan pada akhirnya anak-anak ukhti akan hidup yatim piatu dan sebatang kara. Mungkin bisa mulai mencari yayasan Panti Asuhan yang bisa dipercaya untuk menitipkan mereka berdua atau menitipkan mereka pada keluarga yang ukhti percaya cukup amanah untuk membesarkan anak-anak ukhti selanjutnya.
Beri kabar selanjutnya yah ukhti. Saya sangat menunggu.
Dan kepada semua pembaca kafemuslimah, mungkin sekiranya ada yang bersedia membantu saudari kita ini, sudilah sekiranya mengulurkan bantuan seikhlasnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|