|
Mendoakan Orang Yang Telah Meninggal Dunia Uneq-Uneq - Monday, 26 July 2004
Tanya Assalamu’allaikum Wr Wb.
Mbak Ade yang baik, singkat saja; mohon dijelaskan hukum mendoakan orang-orang (terutama kerabat) yang sudah meninggal dunia. Kalau bisa disertakan referensi bacaan yang dapat saya baca sendiri untuk mengembangkannya. Terimakasih.
Wassalamu’allaikum Wr Wb.
Jawab:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ada dua kebiasaan di kita yang masih terselenggara hingga saat ini terhadap mereka yang sudah meninggal dunia. Yang pertama adalah, membacakan Al Quran lalu menghadiahkan pahala bacaan tersebut kepada si mayat atau mereka yang telah meninggal tersebut. Yang kedua, bersedekah dan mengirimkan doa bagi si mayat atau mereka yang telah meninggal tersebut.
Penjelasan: Yang Pertama adalah sebuah bid’ah. Perbuatan tersebut dan yang serupa itu tidak ada asalnya, tidak diketahui bahwa itu perbuatan dari Nabi saw dan tidak diriwayatkan pula dari para sahabat beliau saw bahwa mereka membacakan Al Quran untuk mayat.
Malahan, perilaku seperti ini bertentangan dengan ayat-ayat Al Quran:
”Sesungguhnya manusia tidak akan dapat (ganjaran) melainkan dari apa yang ia telah kerjakan (sendiri).” (Qs An-Najm: 39)
”Maka pada hari Kiamat ini tidak seorangpun akan dianiaya sedikit juapun, dan tidak akan dibalas kamu melainkan apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. Yassin: 54)
Ayat-ayat di atas dengan terang menunjukkan bahwa kebaikan yang dikerjakan oleh seseorang itu tidak akan dapat pahalanya melainkan si pembuatnya sendiri. Pakai logika, jika pahala seseorang dapat dijual atau dipindahkan pada orang yang telah mati, mengapa tidak boleh dijual kepada si hidup? Mengapa si Miskin tidak boleh jadi wakil si kaya pada waktu mengerjakan ibadat-ibadatnya selama si kaya masih hidup? Padahal jika boleh, tentu sama-sama senang. Si Miskin dapat uang si kaya bisa terus giat mencari uang lebih banyak lagi tanpa terhalang kegiatan apapun.
Jadi, jika dalam sebuah pengajian ada sebuah ajakan untuk membaca do’a aatau sehabis shalat, membaca Al Fathihah ilaa hadiratin Nabiyyi shallallahu ‘alaihi wassalam dan ada juga yang membaca ilaa hadliruhi…. Atau yang ilaa hadrati Al Ba’alwi wa usulihie wawfuru’ihie dan sebagainya yang artinya kurang lebih, “kita baca surat Al Fathihah dan kita kirimkan untuk si fulan agar si fulan mendapat keringanan di alam kuburnya, dimudahkan urusannya dan diampuni dosanya, dan sebagainya… maka hal ini di dalam Al Quran tidak ada kebenaran atau perintah begitu. Di dalam hadits juga tidak ada. Nabi kita tak pernah mengerjakan. Sahabat-sahabatnya tak pernah mengerjakan, bahkan tidak ada satu pun keterangan yagn shah, tentang menghadiahkan pahala bacaan kepada orang yang sudah mati atau kepada orang yang masih hidup.
Perbuatan ini semua adalah perbuatan bid’ah yang begitu jelek dan wajib kita hilangkan/tinggalkan.
Nabi saw bersabda: ”Barang siapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan maka ia tertolak.” (HR Muslim)
Dari Aisyah, dari Nabi saw, Nabi bersabda:”Barangsiapa yang membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang tidak terdapat padanya, maka ia tertolak.”(HR Bukhari)
Dari Jabir dalam satu khutbah Jumat, Nabi pernah mengatakan: ”Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perbuatan adalah Kitabullah, sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad saw, seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang diada-adakan dan setiap hal baru adalah sesat.” (HR Muslim).
Sedangkan penjelasan yang Kedua, bersedekah atas nama si mayat (dengan harta peninggalan si mayat sendiri, bukan harta oranglain) dan mendoakannya, bisa berguna baginya dan sampai kepadanya menurut ijma’ kaum muslimin. Rasulullah biasa melakukan setelah si mayat ditanam, Nabi saw meminta supaya orang-orang mendo’aklan simati yang sedang diperiksa oleh Malaikat dikubur. Dan hal ini tidak memakan waktu lebih dari 2 atau 3 menit.
Doa untuk mereka yang sudah meninggal dunia.
Dari Al Quran: ”Allahumma, ampunilah dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman, dan janganlah Engkau jadikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Allahumma, sungguh Engkau Mulia Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Qs Al-Hasyr:10)
Saya sendiri punya sebuah do’a yang selalu saya panjatkan bagi almarhumah ibunda saya (wafat 18 April 2003). Bunyinya: ”Allahumma, kasihanilah ibuku di dalam kesendiriannya, lapangkanlah alam kuburnya, terangilah dengan cahaya-Mu dan mudahkanlah segala urusannya. Lindungilah ibuku dari siksa kubur dan siksa neraka serta jauhkanlah ibuku dari fitnah kubur dan fitnah neraka. Allahumma, bukakanlah pintu hati orang-orang yang pernah tanpa sengaja maupun sengaja telah tersakiti hatinya oleh ibuku ketika beliau masih hidup, atau mereka yang tanpa sengaja maupun sengaja telah terdzalimi diri dan keluarganya oleh ibuku ketika beliau masih hidup, agar mereka semua mau memaafkan kesalahan yang ibuku perbuat dan mengikhlaskannya. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Terimalah ibuku di sisi-MU.
Hanya Allahlah yang kuasa memberi petunjuk dan Hanya Allah-lah tempat meminta. Wallahu’alam.
Semoga berguna
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
Rekomendasi bahan bacaan:
- Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, “Fatwa-Fatwa Terkini”, Jilid 2, penerbit: Darul Haq.
- M. Nashiruddin Al-Albani, “Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah”, Penerbit Gema Insani Press.
- A. Hassan, “Soal Jawab Berbagai Masalah Agama, jilid 2, Penerbit: CV Diponegoro.
- Abu Naufal al-Mahalli, “Do’a yang didengar Allah”, penerbit: Firdausi Mitra Pustaka.
[ 0 komentar]
|
|