[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Punya Masa Lalu Kelabu, Pingin Operasi Selaput Dara
Uneq-Uneq - Monday, 26 July 2004

Tanya: Assalamu'alaikum Wr Wb. Mbak Ade saya seorang karyawati. Masa lalu saya boleh dibilang tidak baik. Hingar-bingarnya kehidupan malam pernah menjadi santapan saya sehari-hari. Untungnya saya tidak pernah menyentuh narkoba dan sejenisnya, hanya sempat menjadi penggemar minuman beralkohol. Di masa-masa itu saya beberapa kali berganti pacar, dimana hubungan seks adalah hal yang biasa saya lakukan dengan mantan pacar-pacar saya itu.

Tetapi itu masa lalu, sekarang saya telah berubah. Semenjak saya berkenalan, berteman, bersahabat dan akhirnya berpacaran dengan seorang pria yang fundamental agamanya sangat kuat dan taat beribadah. Dengan bimbingan dan dukungan dia saya dapat meninggalkan kebiasaan masa lalu saya dan ibadahpun menjadi sesuatu yang indah yang ingin selalu saya lakukan. Dan hubungan berpacaran kamipun selama ini selalu berada di dalam koridor yang dibenarkan Allah dan Islam.

Saya sangat mencintainya karena sekalipun dari awal pertemuan kami, saya sudah menceritakan masa lalu saya tapi dia tetap menerima saya apa adanya. Sekarang kamipun tengah mempersiapkan pernikahan kami yang Insya Allah akan segera kami langsungkan.

Mbak Ade, mendekati pernikahan itu ada sedikit kegundahan yang mengganjal dalam hati saya. Saya sudah bukan perawan lagi sementara pacar saya itu masih perjaka. Sekalipun pacar saya dengan sangat tulus menerima bahwa saya sudah tidak perawan lagi, tetapi saya merasa orang sebaik dia seharusnya mendapatkan istrinya masih perawan di malam pertama nanti.

Memikirkan hal itu saya merasa seperti sampah yang tidak ada artinya, yang tidak layak bersanding dengan pria sebaik dia.
Ada beban psikologis yang saya rasakan yang membuat terlintas dalam benak saya untuk putus saja dengan dia. Karena saya merasa dia berhak mendapatkan seorang perempuan yang lebih sempurna dari saya. Tapi untuk melakukannya saya sungguh sangat tak kuasa.

Ada jalan tengah yang sedang saya pertimbangkan, saya berencana untuk melakukan operasi pemulihan keperawanan (selaput dara) yang dari berbagai informasi yang saya kumpulkan saat ini mungkin dilakukan. Pertimbangan saya untuk melakukan operasi itu adalah, setidaknya secara fisik saya dapat memberikan sesuatu yang layak dia dapatkan dan bagi saya sendiri ada sedikit kelegaan beban psikologis yang saya rasakan. Tetapi saya sendiri tidak tahu apakah benar hal itu akan dapat saya rasakan nanti.

Saya sungguh bingung Mbak Ade, mohon pertimbangannya
Wasallamu'alaikum Wr Wb.

Jawab:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ukhti yang dirahmati Allah SWT. Membaca kisahmu, membuat saya berkali-kali mengucapkan syukur karena Allah kembali menunjukkan ke-Maha Pengasih dan Maha Pengampun-Nya. Subhanallah.

Sepatutnyalah kita sebagai hamba-Nya senantiasa bersyukur karena dengan rahmat-Nya maka kita semua sampai detik ini masih tetap dalam perlindungannya hingga terhindar dari godaan syaithan yang terkutuk dan atau segera dijauhi dari jalan yang sesat.

Ukhti, tahukah ukhti bahwa sepatutnyalah jalan yang ditunjukkan Allah bagi ukhti untuk memperbaiki diri dan bertaubat (seperti yang telah ukhti temui saat ini) dipelihara dan dijaga. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menatap masa depan dengan tekad untuk tidak akan pernah lagi mengulangi kesalahan di masa lalu dan sekaligus juga terus-menerus berusaha mendekatkan diri pada Allah dengan mencoba untuk terus menerus agar dapat masuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa pandai bersyukur dan bersabar, serta senantiasa mengerjakan kebajikan (amal shalih), melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Itulah taubat yang sesungguhnya.

Dan, orang-orang yang tidak menyembah sesembahan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barangsiapa yang melakukan demikian itu, nicaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), yakni akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Furqan: 68-70)

Dalam hal ini, ukhti harus tetap optimis dan melenyapkan pandangan putus asa yang melingkupi pikiran ukhti. Seperti bahwa masa lalu ukhti sudah sangat buruk hingga tak pantas lagi hidup layak dan beruntung di masa sekarang dan masa depan; atau rasa putus asa bahwa ukhti tidak layak memiliki karunia dan nikmat Allah karena merasa sudah sedemikian kotor. Termasuk disini kesempatan untuk dapat memperbaiki diri dengan menjadi seorang wanita dan istri yang shalihah serta menjadi ibu (insya Allah) yang akan melahirkan dan mendidik anak-anak shalih dan berguna kelak. Sungguh ukhti, sebuah pola pikir bahwa diri kita telah dikungkung dosa dan sebuah sikap putus asa akan mendapatkan ampunan dan tuntunan Allah adalah salah satu sebab yang akan menjadi penghambat taubat bagi sebagian orang (yaitu menjadi hambatan bagi seseorang untuk melakukan taubat). Karena semua hal ini akan membuat orang tersebut kelak suatu hari nanti akan kembali mengikuti jalan syaithan dan meniti jalan yang kelam lagi. Naudzubillahminzaliik. Semoga Allah menjauhi kita dari perbuatan tersebut.

Sesungguhnya, ampunan Allah lebih luas daripada dosa-dosa kita, seberapa pun banyaknya. Sesungguhnya sesaat pun rahmat Allah tidak pernah menjadi sempit karena kesalahan-kesalahan umat-Nya, seberapa pun besarnya. Allah berfirman pada Rasul-Nya,

”Katakanlah, “Hai hamba-hamba-KU yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar: 53)

Dalam hal ini, tidak usahlah menjadi beban pikiran bahwa ukhti tidak dapat memberikan yang terindah bagi suami ukhti di malam pertamanya. Jika ini yang ada dipikiran ukhti, saya yakin, tidak demikian yang ada di kepala calon suami ukhti. Jika dia berkehendak untuk sekedar memperoleh keperawanan saja, tentu sejak awal bukan ukhti yang akan dipilih untuk jadi kekasih dan calon istrinya (ini karena ukhti ceritakan bahwa calon suami ukhti sudah tahu tentang masa lalu ukhti). Jika dia berkehendak untuk mendapatkan seorang gadis yang suci dan polos, buat apa dia mengajak ukhti untuk menjauhi kehidupan kelam ukhti dan lalu mengajak ukhti untuk menikah dengan konsekuensi menerima keadaan ukhti apapun kondisinya.

Dengan kata lain, dia sudah tahu kondisi ukhi; juga sudah memikirkan semua konsekuensi yang akan dia hadapi jika mengambil ukhti menjadi istrinya. Tapi semua itu tidak menjadi kendala baginya. Karena dalam hal ini, saya berkeyakinan bahwa keputusannya mengajak ukhti untuk mengarungi kehidupan rumah tangga bersamanya, lalu membina sebuah keluarga yang sakinah warahmah adalah atas dasar kecintaannya pada Allah SWT.

Baginya, tidak menjadi penting lagi bahwa ukhti tidak lagi perawan, karena insya Allah itu semua adalah bagian dari nikmat Allah (bukankah tidak ada yang bersifat sia-sia dalam semua pemberian Allah bagi kita?) yang harus disyukuri. Justru jika ukhti melakukan operasi selaput dara, ukhti sudah melakukan sesuatu yang “agak menyimpang” dari tujuan taubat ukhti, yaitu berbohong padanya.

Mungkin akan lebih baik, jika apa yang “tidak lagi” utuh tersebut, menjadi sebuah prasasti agar ukhti senantiasa meniti jalan pertaubatan dan menjadi cambuk untuk menyemangati langkah ukhti dalam meniti jalan pertaubatan.

Lain halnya jika kalian sudah menikah kelak. Ukhti bisa membicarakan dengan suami ukhti ini, adakah sesuatu yang bisa ukhti lakukan untuk membahagiakan dia sebagai suami. Dan mulailah berusaha dengan segenap kemampuan yang ukhti miliki agar dapat menjadi istri yang shalihah dan senantiasa menjadi perhiasan bagi suami ukhti, sekaligus penyejuk mata dan penentram kalbu.
Wallahu’alam

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved