[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Demam Kirim SMS
Muslimah & Media - Monday, 26 July 2004

Kafemuslimah.com Jika ada segerombolan anak-anak kecil sedang berkumpul, coba sesekali kalian dekati mereka dan minta mereka untuk menyanyikan sebuah lagu yang seluruh anak tersebut menguasainya. Sekarang tebak, lagu apa yang kompak dikuasai oleh mereka dan fasih pula mereka nyanyikan bersama-sama? Jawabannya, lagu pengiring acara AFI (Akademi Fantasi Indosiar).

Menuju puncak,
gemilang cahaya… mengukir prestasi.. penuh percaya diri…bla..bla..bla…(wah, ternyata aku nda hapal nih maaf)


Oleh guru Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu di tempat anakku sekarang sekolah, karena begitu nge-top-nya lagu pengiring tersebut, maka oleh guru TKIT tersebut kata-kata syair lagu tersebut diubah dengan sangat kreatif. Nadanya tetap, tapi syairnya diubah menjadi rangkaian kata-kata untuk menghapal nama-nama bulan dalam satu tahun.

Satu tahun.. ada 12 bulan…
januari februari… maret april mei… juni juli.. agustus september… oktober november.. juga desember..
kamu harus tahu… bulan apa kamu dilahirkan…


Alhamdulillah. Proses kreatif ini telah membuat banyak anak-anak kecil yang “tergila-gila” dengan lagu pengiring acara AFI tersebut, berubah kebiasaan sekaligus menghapal nama-nama bulan. Memang selamanya, proses kreatif dibutuhkan untuk menghadapi pengaruh budaya televisi yang terlalu deras pada generasi muda Indonesia.

Masih ngomong-ngomong soal lagu pengiring acara AFI nih.
Entah mengapa, untuk ke sekian kalinya, kembali televisi kita mengalami penyakit kronis yang memang tampaknya akan selalu kambuh, dan kambuh, dan kambuh, dan kambuh lagi. Penyakit tersebut adalah penyakit latah. Sukses AFI, akhirnya diikuti oleh acara kontes nyanyi serupa di banyak televisi. Sekarang, ada Indonesian Idol dan KDI (Kontes Dangdut Indonesia). Semuanya sebenarnya merupakan adaptasi dari acara kontes nyanyi serupa yang terjadi di luar negeri. Khusus untuk KDI, acara ini diklaim sebagai acara asli produk dalam negeri (terlepas meski idenya sebenarnya tidak asli dalam negeri, karena toh merupakan efek latah juga) karena mengusung lagu-lagu dang dut. Tapi ketiga model acara tersebut sama. Yaitu mengajak penonton dan pemirsa di rumah untuk aktif ikutan acara tersebut dengan cara mengirimkan dukungan melalui sms atau telepon. Satu sms dikenai biaya Rp 1000.

Seorang temanku ada yang rajin mengikuti acara tersebut dan setiap bulannya secara khusus membeli pulsa sebesar Rp 25.000 yang khusus diperuntukkan untuk mengirimkan dukungan melalui sms pada kandidat peserta yang dijagokannya. Ada juga seorang temanku yang lain, kebetulan dia seorang pensiunan TNI, HP di kantongnya rasanya baru berfungsi jika ada acara-acara tersebut. Dengan rajin dia mengirimkan sms untuk kandidat yang dijagoinya dan ini pun dengan rajin membeli pulsa khusus untuk itu. Besarnya antara Rp 15.000 – Rp 50.000. Tergantung si kandidat sekarang berada di posisi berapa. Konon katanya, sms dari sesama pendukung sulit ditebak. Hari ini, sms pendukung yang diterima banyak sehingga si kandidat berada di posisi aman (maksudnya aman dari kemungkinan ter-eliminasi ke episode berikutnya) tapi kadang sms yang masuk kurang memuaskan sehingga si kandidat terpaksa berada di posisi tidak aman. Nah, kedua temanku ini, karena anggarannya “sangat terbatas” hanya memberikan dukungan jika kandidat yang mereka jagokan berada di posisi tidak aman saja.

Mulai dari lagu pengiring yang terkenal, berita tentang para kandidatnya yang ramai di tabloid infotainment (dan menggeser berita para selebritis “betulan” lainnya), kesibukan orang-orang ber-sms ria, akhirnya membuatku penasaran seperti apa sih acara kontes nyanyi tersebut. Jadilah aku memindahkan channel televisiku di jam-jam tertentu untuk melihat acara kontes nyanyi tersebut. Jujur, menurutku sih kualitas nyanyi para pendukung AFI biasa-biasa saja. Masih jauh jika ingin digolongkan menjadi penyanyi beneran. Aku lebih suka mendengara suara para kandidat di Indonesian Idol. Tapi lama-lama bosan juga deh, karena acaranya akhirnya jadi monoton. Nyanyi sampai urat leher tegang, tapi keputusan apakah dia layak atau tidak layak “bernyanyi indah” ternyata lebih banyak dihargai dari jumlah sms yang diterima.

Yang tidak fair itu sebenarnya adalah karena tidak adanya jumlah pembatasan pengiriman sms. Artinya, satu orang, bisa mengirimkan sms sebanyak-banyaknya pada salah seorang atau lebih kandidat. Jadi, jika jumlah sms yang masuk ternyata ada banyak, itu bukan berarti bahwa si kandidat punya banyak penggemar. Belum tentu. Karena bisa jadi, si kandidat hanya punya beberapa fans fanatik yang rela membuang beberapa ribu (bahkan mungkin puluhan atau ratusan?) pulsanya untuk memberikan dukungan lewat sms. Perkara ini merupakan penyebar luasan budaya konsumtif dalam masyarakat, itu lain perkara. Perkara ini merupakan pelegalan budaya mengkedepankan emosi dan mengubur sikap rasionalitas, tidak ada yang memikirkannya. Perkara ini merupakan situasi yang amat mubazir, juga terpaksa harus disingkirkan. Pokoknya kalau suka dan ingin idolanya terus muncul, silahkan kirimkan sms sebanyak-banyaknya.

Pernah aku ngobrol ama seorang teman yang rajin mengirimkan sms. Kebetulan temanku ini sering mengeluh kurang uang. Tagihan untuk asuransinya selalu dibayar jika sudah deadline. Beberapa kali dia terpaksa tidak makan siang di kantornya karena tidak punya uang (tapi bilang sama temannya lagi diet). Bahkan beberapa kali terpaksa dia harus jalan kaki demi hemat biaya. Mau tahu kenapa dia bisa sering banget kekurangan uang? Karena uang yang dia miliki dia sisihkan untuk membeli pulsa HP agar bisa ngirim sms dukungan. FUIH…
Tapi tak urung, karena acara AFI begitu ngetop-nya, maka pada waktu kampanye PilPres tahap Pertama kemarin, acara ini termasuk acara yang dijadikan rujukan sebagai tempat untuk berkampanye terselubung oleh para kandidat capres, khususnya capres yang mengklaim dirinya mampu bernyanyi. Yaitu Bapak Wiranto dan Bapak SBY (SBY seperti biasa menyanyikan “lagu kebangsaannya”, “Pelangi di Matamu” yang katanya dengan seijin dari Jamrudz, sebuah kelompok musik beraliran pop rock yang sering menyanyikan deretan lagu dengan kata-kata yang kasar dan vulgar. Tapi kebetulan lagu “Pelangi Di Matamu” sedikit manis kata-katanya). Ada banyak sms yang aku terima sehubungan dengan penampilan kedua kandidat capres tersebut. Isinya sama, sebuah sms lucu-lucuan. Berikut ini aku tulis, tapi jika kalian membacanya, baca dengan intonasi seperti halnya iklan obat jerawat yang terkenal di televisi untuk melihat letak kelucuannya.

“Gara-gara AFI, bingung deh mau pilih siapa. SBY cute abis, Wiranto baik banget. Tapi sayang, aku sudah ada yang punya.”

Belakangan, setelah hasil perolehan perhitungan sementara Pilpres ditayangkan di televisi, tampaknya SBY akan melenggang ke tahap kedua Pemilu Pilpres. Jadi, tidak heran kini beliau rajin mengikuti berbagai macam acara dalam rangka mempertahankan simpati rakyat pendukungnya agar bisa menang di Pemilu Pilpres tahap kedua nanti dan lagi-lagi acara kontes nyanyi tersebut adalah salah satu tempat yagn masuk agenda untuk dikunjunginya. Kali ini SBY tampak menghadiri KDI (Kontes Dangdut Indonesia). Cuma karena memang tidak mungkin menyanyikan “lagu kebangsaannya” dalam versi dang dut, maka SBY di kontes tersebut hanya duduk sebagai penonton saja. Dengan tenang dan penuh simpatik (ini memang sikap dan raut wajah yang dipertahankannya di mana saja dan membuat banyak gadis dan ibu-ibu kesengsem bukan alang kepalang), Sby menatap dengan seksama aksi goyang pinggul yang ditampilkan oleh para kandidat tersebut.

Masih soal sms lucu-lucuan nih. Kemarin aku baru saja terima sms dari temanku. Isinya masih seputar AFI. Isinya:

Di AFI angkatan ke 3 nanti, kelima capres akan ikut nyanyi lagi. Hamzah Haz menyanyi “Gubuk Derita”; Amien menyanyi “Aku Bukan Lelaki Pilihan”; Wiranto menyanyi “Menghitung Hari”; Megawati nyanyi lagu “Tak Kuduga”, SBY menyanyi lagu pengiring AFI “Menuju Puncak”.

------- 20 Juli 2004
Ade Anita ([email protected])




[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved