|
Pohon Besar dan Pupuk Kandang Muslimah & Media - Monday, 26 July 2004
Kafemuslimah.com Salah seorang Cawapres kita, Yusuf Kalla, saat diwawancarai dalam acara “Pojok Kompas” TV7, Budiarto Shambazy, sang pewawancara, menanyakan soal kampanye negatif terhadap capres Susilo Bambang Yudhoyono dan dirinya. Kalla memberi pemisalan soal itu. Katanya, supaya pohon itu menjadi besar kan memang harus dipupuk dengan kotoran. Ups. (Kompas, Rabu, 23/6/2004, h. 30). Kaget juga bacanya. Sayangnya saya tidak menonton acara di stasiun swasta TV7 itu. Mungkin ada acara lain atau apa. Entahlah, karena biasanya saya termasuk rajin menyaksikan acara bedah calon presiden yang sekarang marak di siarkan di televisi kita.
Yah. Apa boleh buat. Masyarakat kita memang kadang aneh. Mereka sering mengkedepankan emosi ketimbang akal sehat. Ada banyak diskusi dan perbincangan yang terjadi ketika pemilu legislatif lalu dilakukan dan menghasilkan kemenangan partai Demokrat yang sangat spektakuler. Bukan apa-apa tapi karena sebagai pemain baru yang benar-benar masih fresh, ternyata masyarakat banyak mencoblos Partai Demokrat karena merasa simpati pada SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang mereka pandang dizalimi oleh Megawati. Mereka yang dizalimi, diremehkan memang patut dibela. Begitu kurang lebih pendapat masyarakat. Maka ramai-ramailah mereka mencoblos PD.
Hal yang sama pernah tejradi juga pada pemilihan bintang AFI yang pertama. Tiba-tiba saja nama Feri menang poling dan berhasil menggondol juara pertama AFI. Hal ini terutama terjadi karena simpati masyarakat yang mendengar penuturan Fery tentang perjuangannya untuk mengikuti AFI. Dia memang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Dahulu, pada pemilu tahun 1999 hal yang sama juga terjadi pada PDIP. Masyarakat ramai-ramai memilih partai tersebut karena merasa simpati pada Megawati yang tampaknya sangat dizalimi oleh pemerintah yang berkuasa.
Pendek kata, semakin terpuruk nasib sebuah sosok di tengah masyarakat dan di hadapan penguasa, maka semakin besar simpati yang akan dia terima dari masyarakat. Tampaknya gejala inilah yang ditangkap dengan baik oleh beberapa pihak. Persisi seperti teori Pohon besar dan pupuk kandang.
Coba deh. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya apa yang dinyatakan oleh Yusuf Kalla di atas memang ada benarnya. Ada sebuah hubungan yang saling menguntungkan antara kesuburan dan pemberian pupuk. Sebuah tanaman yang tidak pernah diberi pupuk, betul dia akan terus bertahan hidup tapi keberadaannya amatlah mengenaskan. Kurus, tidak subur dan rentan terhadap perubahan cuaca atau serangan hama. Hmm. Mungkin lebih tepatnya, untuk serangan hama maka sebuah tanaman harus diberi racun dahulu agar bisa bertahan.
Darimana asalnya pupuk kandang? Dari kotoran hewan ternak. Jika kalian sesekali melewati kandang tempat peternakan sapi (mungkin kambing juga, tapi umumnya karena bentuk kotoran kambing yang bulat dan sedikit maka kotoran kambing jarang dipakai), maka ada sebuah pojok dimana pemilik peternakan meletakkan kotoran sapi-sapi mereka hingga menggunung. Secara berkala, ada beberapa orang yang akan mengambilnya. Katanya sih harganya sekitar Rp 1000 permeter kubik!! Maka, para penjual tanaman, dengan bermodalkan selembar kantong plastik bening 5 kiloan atau 10 kiloan, mulai menata kotoran sapi tersebut di dalam kantong plastiknya. Setelah rapi tersusun, direkatkan agar rapi lalu diberi cap dari kertas bertuliskan pupuk kandang nomor 1. Lalu, tiap-tiap kantong dijual dari rumah ke rumah. Untuk plastik 5 kiloan, harganya antara Rp 2000 – Rp 3000,- sedangkan yang 10 kiloan, harganya berkisar antara Rp 5000 – Rp 8000 (tergantung pinter-pinteran kalian menawarnya).
Suami saya sendiri tidak begitu menyukai jika saya memberi pupuk kandang bagi halaman mungil kami di rumah. Baunya menyengat hingga beberapa hari. Lagipula, dari dalam pupuk kandang tersebut, sering muncul beberapa jenis serangga yang terasa mengganggu. Seperti kumbang pemakan kotoran, barisan semut merah, ulat kaki seribu, kecoa dan tidak ketinggalan kelabang. Serangga yang terakhir ini katanya sih berbahaya karena punya racun tersendiri jika dia berhasil menggigit.
Hmm.
Eh… Ngomong-ngomong soal keluhan bau dan berbagai serangga yang keluar dari pupuk kandang, kira-kira, jika si capres yang namanya besar karena pemberian pupuk kandang yang gencar pada masyarakat, apakah nanti akan menimbulkan hal yang kurang lebih sama yah?
Ups. “Tidak boleh ngomong GOSIP POLITIK!!!!”
--------- Jakarta, juni 2004
Ade Anita ([email protected])
[ 0 komentar]
|
|