[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Berharap Berjodoh Dengan Orang Yang Sudah Jadi Pacar
Uneq-Uneq - Monday, 26 July 2004

Tanya: Assalamu'alaikum wr.wb. Mbak, sebut saja A, Saya ingin tanya sekaligus ingin cerita tentang problem saya. Saya harap, mbak dapat memberikan masukan bagi saya. Begini, setahun yang lalu, Alhamdulillah saya telah diberikan kesempatan dan rezeki oleh Allah untuk menunaikan ibadah haji bersama ortu. Perlu mbak ketahui, sblm menunaikan ibadah haji saya masih awam dengan islam walaupun sejak lahir saya memang telah memeluk islam, tetapi setelah haji, saya berniat untuk lebih mendalami dan mempelajari islam.

Selama berhaji tersebut, saya berkenalan dengan muttawif saya disana, sebut saja Z. Perkenalan kami berlangsung hingga saat ini. Kami masih sering berkomunikasi walau hanya melalui sms/telp. Dalam sms, kami membahas berbagai macam hal mulai dari persoalan pribadi, agama hingga terkadang masalah politik. Kedekatan ini, lama-lama menumbuhkan rasa cinta di hati saya. Dan saya benar-benar ingin menikah dengannya. Saya ingin suatu saat dia dapat memimpin saya dan keluarga saya di jalan yang diridloi Allah.

Suatu hari, dengan mengumpulkan keberanian saya, saya utarakan isi hati saya. Ternyata dia selama ini juga memiliki perasaan yang sama dengan saya. Tapi pada saat ini dia tidak bisa menerima tawaran saya, dan dia meminta pada saat ini dia minta dianggap saja sebagai teman atau kakak saya. Dia tidak bisa menerima saya karena dia sudah memiliki "teman dekat", sebut saja X. Dia dengan X telah berhubungan selama 3 tahun. Tapi hubungannya dengan X saat ini mulai renggang karena X akan dijodohkan dengan org lain oleh ortunya. Tapi X tidak menerima perjodohan itu karena dia masih mencintai Z. Tapi Z ingin si X menikah dengan pilihan ortunya. Dan Z mengatakan walaupun dia telah "putus" dari Si B. Dia tetap belum bisa menerima saya. Dia masih memerlukan waktu untuk itu...

Setelah saya tau dia mempunyai hubungan dengan B, saya menjadi merasa bersalah dengan B. Saya coba untuk merubah perasaan saya pada Z. Saya telah coba anggap dia sebagai kakak saya. Tetapi sampai saat ini saya belum bisa.... Dan beberapa hari yang lalu, dia meng-sms saya, dia mengatakan bahwa dia kangen dengan saya dan ketika dia sakit (kebetulan kemarennya dia sakit) yang terbayang itu wajah saya. Dia juga berharap kalo suatu saat dapat berjodoh dengan saya. Saya jadi bingung mbak dengan sikapnya ini.

Pertanyaan saya:
1. Pada waktu haji dulu, saya merasa ada beberapa rukun dan wajib haji yang saya rasa saya belum melakukannya secara benar/masih kurang sempurna (walaupun semua rukun dan wajibnya sudah saya kerjakan). Meskipun demikian saya tetap berprasangka baik pada Allah, Dia pasti menerima amalan saya itu. Apakah jika nanti saya diberikan kesempatan lagi oleh Allah untuk berhaji, bolehkah saya niatkan haji saya untuk menyempurnakan haji saya yang awal?
2. Bagaimana saya menyikapi Z? Apakah saya dapat terus berharap bahwa suatu saat saya dapat berjodoh dengannya dengan situasi seperti itu?

Sekian. Maaf jika ceritanya terlalu panjang saya sangat mengharapkan masukan dari mbak. Terima kasih banyak.

wassalamu'alaikum wr wb

Jawab:

1. Sebenarnya, bukan hanya pada waktu menjalankan haji saja. Tapi sering kali pada waktu melakukan ibadah-ibadah lain, baik itu yang wajib maupun sunnah, seringkali kita tidak dapat melaksanakan secara paripurna. Bisa jadi karena kondisi hati yang memang sering berbolak-balik; bisa jadi juga karena kondisi lain. Wallahu’alam. Untuk itu, Rasulullah mengajarkan agar kita semua sebagai Muslim, jika melakukan sesuatu untuk dunia kita, lakukanlah sebagaimana kondisi seakan kita akan hidup beberapa tahun lagi lamanya; sebaliknya jika melakukan sesuatu untuk akhirat kita, lakukanlah seakan kita akan meninggal besok.

Setahu saya, satu-satunya ibadah dimana kita harus menggantinya di waktu yang lain jika kita berhalangan adalah ibadah puasa di bulan ramadhan. Ibadah lain tidak. Itupun alasannya jika memang kita memperoleh halangan yang bersifat syar’I. Tidak dengan seperti karena ibadah puasa di bulan Ramadhan lalu kurang bagus misalnya. Shalat-pun tidak dapat diulang lagi dan lagi hanya karena merasa shalat yang baru dilakukan kurang sempurna. Untuk menyempurnakannya, tidak dengan cara mengulang shalat, tapi dengan cara melakukan ibadah sunnah dan amalan yang berasal dari hikmah shalat itu sendiri. Demikian juga dengan haji.

Jadi, jika memang lain kali ada kesempatan melakukan ibadah haji lagi, niatkan saja untuk menjalankannya ibadah haji lagi. Kali ini, lakukanlah dengan sebaik mungkin seakan ini haji terakhir yang bisa kita lakukan dan seakan usia kita akan berakhir besok.
Wallahu’alam.

2. Saya sebenarnya tidak begitu paham dengan hubungan kamu dan Z.
Terutama Z, dia mengaku sudah punya pacar, B, meski hubungan mereka kurang harmonis karena pacarnya sudah dijodohkan dengan orang tuanya. Dia sudah tahu kondisi tersebut, tapi terus saja menjalin hubungan dengan B. Akibatnya, B tidak dapat berpaling hati untuk menuruti kehendak orang tuanya. Posisi B menjadi terambangkan. Tidak dapat memenuhi keinginan orang tuanya, tidak juga dapat merealisasikannya dengan Z. Tidak kemana-mana.

Dan tampaknya kejadian ini kembali berulang padamu ukhti. Dia meminta kamu untuk melupakan dia dan menganggap hubunganmu dengannya hanya sebatas kakak atau teman saja. Tapi di sisi lain, dia meniupkan harapan padamu dengan sms-sms-nya yang membuatmu merasa tersanjung dan malah tak dapat melupakannya; justru malah menumbuhkan terus harapan dihatimu.

Terus terang, Z, dalam hal ini sangat lihai mengendalikan perasaan orang lain. Dalam satu waktu, dia dapat mengendalikan perasaan dua orang wanita sekaligus. Bukan hanya mengendalikannya, tapi mengarahkan kedua wanita tersebut untuk mengalami sebuah situasi dilema yang kurang lebih mirip!!

Jika kamu memang sangat mencintai dia dan terus berharap dapat berjodoh dengan Z, maka kondisi kenyataan di atas (kelihaian Z tersebut) rasanya memang harus kamu hadapi. Kamu bisa mengajukan diri untuk bersedia menduduki posisi istri kedua atau seterusnya. Dengan demikian, B, yang hatinya telah tertawan oleh Z bisa juga menjadi istri Z, dan kamu yang kurang lebih juga mengalami kondisi serupa, juga bisa menjadi istri Z yang berikutnya. Islam membolehkan poligami kok.

Tapi, sebelumnya kamu melakukan hal di atas, ada baiknya kamu coba merenungkan kembali semua runtutan masalah di atas dengan hati yang jernih dari prasangka, bersih dari segala nafsu dan kecenderungan serta bebas dari harapan dan “mimpi surga”.
Apakah betul Z memang yang terbaik? Apakah kamu siap menghadapi sifat Z yang pandai “mendua” tersebut? Apakah kondisi “mengambang” yang disodorkan Z ini baik bagi peningkatan agama dan diri ukhti? Apakah dengan keadaan Z yang seperti ini, dia masih bisa diharapkan menjadi pemimpin rumah tangga yang baik?

Menurut saya, lebih baik ukhti mulai fokus untuk mempelajari Islam secara lebih baik lagi. Coba ikuti pengajian dan tempat kajian Islam. Perbaiki ibadah-badah yang telah lalu dengan ibadah baru yang lebih baik. Pendek kata, sibukkan diri dengan banyak mencari ilmu dan melakukan ibadah. Insya Allah hati menjadi lebih tenang. Dan dalam ketenangan hati tersebut, dirikan shalat istikharah, memohon agar Allah memberimu pilihan yang terbaik. Minta Allah membukakan semua pintu kemudahan jika Z memang jodohmu agar kalian bisa bersatu dalam rumah tangga yang sakinah dan mawaddah; tapi jika kalian tidak berjodoh maka mintalah agar Allah membukakan pintu kemudahan agar ukhti dapat melupakan Z dan menggantinya dengan orang yang lebih baik baik untuk diri ukhti, agama ukhti dan dunia ukhti.

Semoga ukhti dikaruniai Allah yang terbaik. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved