|
Ingin Menikah Setelah Sekolah di Luar Negeri Uneq-Uneq - Monday, 26 July 2004
Tanya: Assalamu'alaikum wr wb
Mbak bolehkan adik curhat ama mbak. Karena sekarang sebenarnya adik
sudah kerja di sebuah lembaga pemerintah dan karena tuntutan pekerjaan maka adik melanjutkan kuliah lagi di luar. Alhamdulillah, adik menerima beasiswa dari pemerintah. Adik sangat bersyukur atas nikmat dan karunia Ilahi Rabbi.
Tetapi mbak ada hal yang masih menganjal dalam diri adik, yaitu masalah
jodoh dan juga keinginan untuk menikah. Karena sering saat2 ini lebih terpikir apalagi mengenai usia adik. Karena adik juga pingin sekali nanti setelah menikah dapat dikaruniai oleh Allah anak2 yang sholeh dan sholehah.
Mbak, sekarang saya sudah benar2 pingin menikah, tapi sampai dengan
sekarang belum ada lelaki yang melamar lagi. Sebenarnya, sebelum berangkat kemaren sempet ada lelaki yang melamar tetapi adik membatalkan pernikahan tersebut.
Hal ini disebabkan karena tahu bahwa calon suami adik agamanya tidak
terlalu bagus maksudnya masih jarang untuk shalat lima waktu dan kita sering berbeda pendapat mengenai ketentuan agama. Dan keluarga khususnya saudara tidak setuju dalam hal ini ibu dan ayah sudah tiada. Dalam hal ini adik juga harus minta doa restu dari saudara apalagi untuk urusan dunia dan akhirat.
Sekarang insyaAllah adik sudah akan masuk tahun pertama dan adik sangat
berniat pingin pulang dan menikah dulu kemudian melanjutkan studi lagi
tapi belum tahu dengan siapa. Mbak, adik juga gelisah kalo sampai sekarang belum bertemu jodoh, dan pingin kuliah adik lancar setelah mendapatkan suami atau mempunyai seseorang yang bisa bertanggungjawab atas diri adik dan adik juga sering merasa sendiri saja. Walaupun adik sering kontak dengan keluarga dan teman2 adik di Indonesia, tapi di saat stress tugas kuliah menumpuk tak ada tempat untuk mengadu selain kepada Ilahi Rabbi dan kadang2 adik berpikir alangkah lebih nikmatnya bila adik sudah menikah.
Bolehkah kita membatalkan lamaran bila kita merasa bahwa calon tersebut tidak baik agamanya dan adik juga mengambil keputusan ini setelah melakukan shalat Istikharah dan Hajat?
Yang inginkan adik tanyakan bagaimana sebaiknya atau kriteria apa
sajakah yang harus saya prioritaskan untuk mencari suami?
Bisakah kita meninggalkan suami sementara untuk belajar?
Apakah boleh kita menikah dengan cara perjodohan atau mengikuti kontak
jodoh tapi secara islami?
Mbak, adik sangat berharap mbak bisa membantu dengan nasihat2 yang
semoga berguna untuk menenangkan hati adik yang gundah ini, karena adik
insyaAllah berniat untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah dengan mengharap ridha Allah semata. Amin.
Sebelumnya adik haturkan terima kasih kepada mbak
Wassalamu'alaikum wr wb
Ukhti di negeri orang
Jawab:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ukhti yang dirahmati Allah.
Adalah fitrah semua manusia untuk dapat segera bertemu dengan orang yang dicintai dan mencintainya serta membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah dengan anak-anak yang sholeh dan sholehah. Tapi permasalahannya, jalan untuk menuju kepada pertemuan indah tersebut tidaklah semudah membalikkan tangan. Jodoh dan apa yang terjadi di hari esok adalah murni berada di tangan Allah. Tak ada manusia yang bisa memastikannya. Dia adalah bagian dari takdir Allah. Karenanya, yang bisa dilakukan oleh manusia dalam menyikapi kedua takdir ini sama seperti apa yang harus dilakukan oleh manusia dalam menyikapi takdir-takdir yang lain. Yaitu, berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan cita-cita dan harapannya, kemudian bertawakkal.
Semua takdir yang diberikan oleh Allah, adalah sebuah adalah sebuah ujian yang diberikan untuk menguji sampai dimana tingkat ketakwaan manusia tersebut ketika berhadapan dengan takdir yang telah diturunkan tersebut.
Apakah manusia tersebut bisa tetap sabar, menerimanya dengan perasaan ikhlas dan tulus? Ataukah manusia justru menjadi kehilangan rasa sabar dan keikhlasannya sehingga berbalik mendustai keberadaan Allah dan kekuasaan-Nya atas manusia?
Apakah manusia tersebut bisa tetap bersyukur, yaitu tetap merasa yakin bahwa apa yang diberikan oleh Allah itu memang sesuatu yang sudah dengan porsi yang terbaik bagi dirinya, ataukah dia justru berbalik menjadi ingkar dan sombong atau sebaliknya menjadi putus asa dari rahmat Allah?
Karenanya, pertama-tamanya, saya mengajak ukhti dalam menghadapi kegundahan hati karena jodoh yang belum juga datang padahal usia terus bertambah agar bersabar. Ikhlaskan hati bahwa ini adalah bagian dari takdir untuk menguji kesabaran ukhti.
Sebenarnya, ukhti pada saat ini memiliki banyak keberuntungan. Ukhti bisa dapat pekerjaan yang cukup layak dan memadai. Ukhti juga diberi kesempatan untuk menimba ilmu hingga ke luar negeri atas beasiswa dari pemerintah. Ukhti juga tetap memiliki saudara-saudara yang tetap memperhatikan dan menyayangi ukhti meski kedua orang tua ukhti sudah tiada. Sungguh ukhti, dibanding teman-teman dan saudara-saudara kita, ukhti bisa dikatakan lebih beruntung. Nah, jadikan semua ini sebagai landasan untuk senantiasa membangun rasa bersyukur di dalam diri dan jangan merusaknya dengan harapan-harapan dan target-target tentang hari esok yang indah hingga ke akhir hidup. Apa yang terjadi di hari esok itu berada dalam kekuasaan Allah. Kita tidak kuasa untuk menentukannya, apalagi dengan target pencapaian yang kita buat sendiri.
Lebih baik sekarang ukhti menempatkan diri sebaik mungkin di negeri orang. Dalam hal ini, amanah tugas belajar ke luar negeri yang ukhti miliki memiliki dua sisi dalam satu pundak. Sisi pertama, ukhti sekarang menjadi duta bagi Indonesia, lebih spesifik lagi perusahaan ukhti. Semua orang di tempat ukhti belajar sekarang tentu akan melihat bahwa ukhti merepresentasikan sosok orang Indonesia dan bisa jadi mereka akan mempelajari bagaimana orang Indonesia itu dari apa yang ditampilkan oleh ukti pada saat sekarang. Sedangkan bagi tanah air sendiri, ada sebuah harapan bahwa jika saat belajar telah usai kelak, akan pulanglah seorang anak bangsa yang akan menerapkan ilmu bermanfaat bagi tanah air.
Sedangkan sisi kedua, ukhti sekarang menjadi duta Islam, khususnya duta Islam yang berasal dari Indonesia. Ukhti tahu sendiri kan, bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia ini. Orang-orang di luar Indonesia sering memantau dan membandingkan representasi dari Islam lewat perilaku orang Indonesia. Dengan begitu, pandai-pandailah membawa diri, belajar yang lebih baik dan isi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat. Insya Allah dengan motivasi tersebut, maka rasa kesepian, gundah gulana dan rasa lelah menanti terwujudnya harapan akan terobati.
Sekarang saya jawab pertanyaan ukhti yah.
1. Bolehkah kita membatalkan lamaran bila kita merasa bahwa calon tersebut tidak baik agamanya dan adik juga mengambil keputusan ini setelah melakukan shalat Istikharah dan Hajat? Insya Allah boleh, selama dilakukan dengan cara yang tidak menyinggung perasaan. Karena penolakan yang tidak berhati-hati hanya akan menimbilkan pertikaian dan merusak silaturahim antar dua keluarga.
2. Yang inginkan adik tanyakan bagaimana sebaiknya atau kriteria apa
sajakah yang harus saya prioritaskan untuk mencari suami? Rasulullah saw mengajarkan pada kita untuk melihat empat hal ketika melihat calon pppasagnan kita. Keempatnya yaitu agamanya, kecantikan, kepandaiannya, kekayaannya. “Di antara ke empatnya, Carilah yang paling bagus agamanya maka engkau akan memperoleh kebahagiaan baik di dunia dan akhirat”. Dalam hal ini, satu hal yang harus diingat adalah, jangan sombong menilai dan menempatkan diri sendiri.
2. Bisakah kita meninggalkan suami sementara untuk belajar? Hal ini harus dengan persetujuan suami ukhti. Karena suami istri itu, bukan hanya kebersamaan di atas kertas dan jaminan adanya pendamping yang akan mendampingi hingga hari tua saja. Tapi ada kegiatan-kegiatan dimana memerlukan kehadiran keduanya dalam satu waktu. Seperti menjalin komunikasi verbal dan non verbal (hubungan biologis/seksual).
3. Apakah boleh kita menikah dengan cara perjodohan atau mengikuti kontak jodoh tapi secara islami? Insya Allah boleh.
Demikian ukhti, semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|