[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Tekor Lagi...Tekor Lagi
Jurnal Muslimah - Tuesday, 07 September 2004

Kafemuslimah.comYaa tinggal 2000......padahal gajian masih dua hari lagi gumamku saat kulihat uang yang tersisa di dompet. Mana persediaan tissue basah si kecil sudah menipis belum lagi buah di lemari es yang sudah tak bersisa. Untuk meminta tambahan lagi pada suamiku sepertinya tak memungkinkan. Pengeluaran kami bulan ini sudah terlalu besar. Iseng-iseng kulihat amplop tempat aku menyimpan uang belanja bulanan, kali aja ada lembaran yang tersisa di sana. Ternyata, kosong juga tuh....

Hhmmm hampir tiga tahun aku menikah, tapi rasa-rasanya koq belum pintar juga mengelola keuangan rumah tangga. Selama ini kami memang mewajibkan diri untuk menabung sebagian beasiswa yang diterima suamiku. Selain untuk membeli ticket pulang nanti, tabungan itu juga kami persiapkan sebagai dana cadangan bila sewaktu-waktu ada keperluan mendadak yang darurat sifatnya. Maklum hidup di negeri orang kami harus berusaha untuk hidup sehemat mungkin.

Sambil menyetrika aku mengingat-ngingat lagi pengeluaranku bulan ini. Barangkali ada barang dengan harga mahal yang pernah kubeli. Tapi seingatku aku tak membelanjakan uang untuk barang-barang sekunder. Aha...!! aku ingat, bulan ini aku dan suamiku sakit. Biaya berobatnya sih nggak terlalu mahal, soalnya sebagian besar sudah ditanggung asuransi kesehatan. Yang mahal biaya belanja makanan tambahannya. Kalau sedang sakit kami memang biasa mengkonsumsi buah-buahan lebih banyak dari biasanya.

Saat-saat seperti ini aku jadi ingat kebiasaan suamiku. Dia memang paling rajin mencatat pengeluaran belanjanya. Dengan begitu dia tahu persis untuk keperluan apa saja uangnya dikeluarkan. Patut ditiru juga nih Setidaknya catatan pengeluaran itu bisa dijadikan alat kontrol untuk pengeluaran bulan berikutnya.

Gregetan juga sih rasanya kalau uang belanja sudah habis sebelum akhir bulan. Masa tiap bulan mesti ngurangin jatah nabung terus. Bukan nabung dong namanya..kalau sedikit-sedikit diambil lagi.

Besarnya pengeluaran bulanan kami rupanya mengusik pikiran suamiku juga. Keesokan paginya saat aku sibuk berkutat dengan panci sayur, dia juga sibuk memilah-milah kuitansi pembayaran rekening listrik dan rekening lainnya. Mungkin dia penasaran, soalnya beberapa orang temanku mengatakan kalau tagihan listrik kami cukup tinggi dibandingkan mereka. Seusai aku memasak dia menghampiriku dengan membawa dua lembar kertas yang baru diprint. Bunda, lihat sini deh. Setelah Ayah lihat, pengeluaran kita untuk listrik, air, gas, telpon dan heater tiap bulannya stabil koq. Berarti memang kebutuhan kita tiap bulannya ya sebesar ini.

Aku sempat terkikik geli saat melihat lembaran kertas di tangan suamiku. Kulihat begitu rapi beberapa grafik yang menggambarkan besarnya pembayaran listrik dan lain-lainnya selama satu tahun terakhir ini. "He..he..he...Bunda pikir Ayah tuh tadi lagi bikin kurva pertumbuhan bakteri ternyata lagi ngutak-ngatik rekening bulanan?" ujarku.

Tapi dari catatan dan grafik yang dibuat suamiku itu aku jadi tahu bahwa sumber membengkaknya pengeluaran kami bukan dari rekening listrik dan sebangsanya. Ini lampu kuning buatku. Ke depannya aku harus lebih pandai mensiasati belanja dapurku.

Tiba-tiba kudengar suamiku berkata, Asal jangan tagihan internet aja yang nantinya melonjak. Oiya, aku serasa diingatkan kalau tagihan internet yang seharusnya datang bulan ini belum kami terima. Kudengar lagi suamiku bergumam, Kalau tagihannya datang bulan depan, berarti pengeluaran kita bengkak lagi nih...belum lagi tagihan handphone Ayah.

Lho, tagihan handphone kan udah datang Yah. Cuma belum sempat Bunda buka kataku.

Iya, udah Ayah lihat tadi. Besar juga, soalnya kan bulan kemarin Ayah ada kegiatan luar bareng teman-teman. Jadi pemakaian pulsanya hampir dua kali lipat biasanya...sambil senyam-senyum suamiku menerangkan.

Hah? Dua kali lipat......???! kaget aku dibuatnya.

Weleh...weleh.......alamat tekor lagi deh bulan depan......... !!.

Siang harinya sambil menemani si kecil bermain, aku berpikir bagaimana caranya memanage keuangan keluarga. Boros jelas nggak bagus, tapi terlalu irit juga koq kayaknya menyedihkan.... hiks...

Ketika si kecil tidur siang, kuambil buku dan bolpoint. Kutulis berbagai keperluan rumah tangga kami, mulai dari beras sampai Pampers. Barang-barang tersebut aku kelompokkan menjadi beberapa bagian ; Keperluan Bulanan si kecil (Pampers, Tissue basah, Shampo dsb) ; Keperluan Bulanan Bunda ; Keperluan Bulanan Keluarga (Sabun mandi, Pasta gigi, Sabun cuci dsb) ; Rekening Bulanan (Listrik, Telpon, Gas dsb) ; Belanja Dapur (Beras, Minyak, Susu). Tak terlalu sulit untuk mengingat berapa jumlah yang dibutuhkan dari setiap item-nya untuk jangka waktu satu bulan, karena barang-barang tersebut pemakaiannya terkontrol. Jadi agak mudah bagiku untuk menuliskan berapa angka nominal yang harus disediakan setiap bulannya. Selebihnya tinggal aku mengatur belanja harianku, seperti belanja sayuran, ikan dsb. Idealnya memang aku harus membuat jatah pengeluaran per hari, sehingga apa-apa yang aku beli tidak melebihi budget harian. Ssst... sebenarnya agak sulit bagiku untuk menetapkan jatah belanja harian, karena terkadang sesampainya di supermarket ada saja barang tambahan yang aku beli. He...he..he...susah juga ya belajar menahan diri untuk satu hal ini. Tapi aku harus berusaha nih... !!

Ups, satu point lagi hampir terlupa !! Mulai awal bulan depan aku harus mencatat berapa uang yang kukeluarkan setiap harinya. Dengan begitu aku bisa mengontrol belanja harianku. Semoga setelah ini tabungan kami nggak kebobolan lagi.

Bumi Sapporo 23042004 (Revisi 04082004)
[email protected]
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved