|
Anugerah Yang Terlalaikan Jurnal Muslimah - Tuesday, 21 September 2004
Kafemuslimah.com Kurebahkan tubuhku di atas pembaringan sesaat setelah aku menyelesaikan tilawahku malam ini. Mmhh…hari ini aku merasa begitu letih dan sulit berkonsentrasi, sehingga aku harus tersandung berulang kali saat membaca rangkaian ayat suci-Nya.
Alih-alih bisa tertidur pulas aku malah merasa gelisah. Pikiranku menerawang dan tiba-tiba saja sebuah slide beralur mundur seperti terpampang jelas di hadapanku. Ada kepedihan yang menyeruak saat aku menyaksikan sepenggal episode di sana.
Kulihat diriku saat didaulat bernyanyi di atas pentas. Aku begitu berusaha untuk menyelesaikan lagu demi lagu sesempurna mungkin. Jangan sampai ada syair yang salah ataupun nada sumbang yang akan membuat kecewa para penonton. Begitu pula saat aku diminta untuk menjadi MC di berbagai kegiatan kampus, aku berusaha semaksimal mungkin untuk tetap berkonsentrasi dan menjaga stabilitas vokalku agar tetap prima. Jangan sampai ada kata yang tak jelas pengucapannya, yang akan mengganggu pendengaran audiens di hadapanku. Malu rasanya bila sampai ada kata yang salah ataupun nada sumbang yang terlantun….
Namun saat menelusuri ayat demi ayat yang tertuang dalam Mushaf Al-Qur’an, sering aku abaikan begitu saja kesalahan-kesalahan yang terucap dari bibirku. Tak terhitung berapa banyak tajwid yang aku salah membacanya, tak terhitung berapa kali aku keliru melafalkan makhroj huruf Hijaiyah. Duhai, adakah rasa malu itu di hadapan-Nya…?
Aahh…betapa bodohnya aku, hingga bagaimana caranya bersyukur pun aku tak tahu. Mengapa aku begitu malu bila terpeleset saat merajut hiasan dunia, sementara itu sedikitpun aku tak memiliki rasa malu ketika terpeleset saat merajut hiasan akhirat. Duh...betapa aku keliru memaknai keindahan suara yang dianugerahkan oleh-Nya…
Bagaimana bila suatu saat Sang Khaliq berkehendak menghilangkan keindahan suaraku? Masih bisakah aku melantunkan suaraku dengan lantang di depan mikrofon? Masih bisakah aku menuai riuh gemuruh tepuk tangan berbalut kekaguman, dari mereka yang terpesona oleh keindahan suara ini ?
AstaghfiruLlaahal’adzim…AstaghfiruLlaahal’adzim…AstaghfiruLlaahal’adzim….
Betapa selama ini aku telah dilenakan oleh pesona yang kumiliki. Terhanyut dalam pusaran puja dan puji yang tenggelamkan aku dalam kenikmatan semu.
Yaa Robbi…, sejatinya suara yang kumiliki ini adalah karunia dari-Mu, maka selayaknya untuk-Mu pula kupersembahkan keindahan suara ini.
Yaa Sami’…Yaa Basir…, di pintu-Mu aku mengetuk.
Jangan tutup gerbang keampunan itu untukku….
Bumi Sapporo, 12092004 (yang tercecer dari sebuah perjalanan)
[email protected] [ 0 komentar]
|
|