|
Ente Jual, Ane Beli Muslimah & Media - Thursday, 23 September 2004
Kafemuslimah.com Bisa jadi saat ini, Pemerintahan Mega saat ini sedang berhitung jari. Perolehan suara yang diperoleh oleh pasangan capres-cawapres Mega-Hasyim kian jauh tertinggal oleh pasangan capres-cawapres SBY-JK. Selain pemerintahan Mega, ada lagi yang sedang berhitung jari. Tapi kali ini, tentu saja berhitung jarinya sambil tersenyum. Mereka adalah orang-orang yang satu kubu dengan pasangan capres-cawapres SBY-JK.
Bagaimana tidak? Dengan peroleh suara yang cukup signikan di pemilu lalu, itu artinya mereka berhasil mewujudkan cita-citanya untuk memegang tambuk kepemimpinan di negara kita. Insya Allah presiden kita kelak adalah SBY dan wakilnya JK. Maka ramailah saat ini bursa Cikeas.
Apa itu bursa Cikeas? Istilah ini saya ambil dari istilah yang sering digunakan di banyak pembicaraan di media massa pekan-pekan ini, khususnya dari dialog-dialog tentang politik di radio-radio di Jakarta. Cikeas itu sendiri, adalah rumah tempat kediaman Capres SBY di daerah Gunung Putri, Bogor sana. Berduyun-duyun orang saat ini ramai datang ke sana. Berpuluh-puluh karangan bunga diantarkan ke sana. Sebagian besar tentu saja ingin mengucapkan selamat pada SBY atas kemenangannya (hampir semua radio yang saya dengar, mengungkapkan kemirisan mereka atas tulisan yang tertera di hampir semua karangan bunga tersebut, karena rata-rata menuliskan kata “Selamat kepada SBY atas terpilih sebagai Presiden periode 2004-2009”, padahal keputusan finalnya masih menunggu pengumuman resmi dari KPU 5 oktober nanti dan pengangkatannya sendiri baru pertengahan oktober).
Saya sendiri, terus terang, semula tidak pernah memperhatikan berita tentang Cikeas ini. Tapi pada akhirnya tergelitik juga setelah mendengar perbincangan ramai di radio-radio tersebut. Apa iya seramai itu kondisi di Cikeas sana? Pada akhirnya, di televisi saya pun melihat hal yang serupa. Memang amat ramai. Mirip pasar malam.
Warga masyarakat datang berduyun-duyun untuk mengucapkan selamat. Mereka bukan hanya berasal dari daerah sekitar Cikeas saja. Tapi juga berasal dari luar kota. Ada seorang bapak yang diwawancarai oleh Stasiun Metrotv. Bapak ini datang langsung dari Blitar, Jawa Timur!! Ketika ditanya kenapa dia jauh sekali datang ke sini (padahal belum tentu ketemu, karena memang penuh dan SBY sendiri saat ini sedang Cooling Down hingga tidak ingin menampakkan diri dahulu), alasannya karena jika hanya mengirim faks dan karangan bunga saja, kurang afdol jadi ingin tatap muka langsung ketika memberikan selamat tersebut. Wah, subhanallah. Begitu besar dorongan untuk berbuat karena bantuan sesuatu yang namanya hasrat.
Selain warga masyarakat yang datang, yang juga berduyun-duyun datang adalah para tokoh terkenal di tanah air kita , dan ini yang sering disindir oleh banyak dialog di radio sebagai mereka yang sedang setor muka agar bisa ditarik masuk ke kabinet. Ada pemimpin redaksi media massa, bahkan pemilik media massanya, ada juga tokoh dari dunia pendidikan, ada ketua parpol, ada ketua ormas, dan yang juga tampak disorot adalah tokoh-tokoh yang selama ini memang sering malang melintang di pemerintahan, seperti Nugroho Jayusman, Fahmi Idris, Bambang Sudibyo, Marzuki Darusman, Todung Mulya Lubis, Sri Mulyani, Yuwono Sudarsono, HS Hikam, Yenny Gusdur, Kwik Kian Gie, dan masih banyak lagi. Tentu saja kedatangan para tokoh ini menimbulkan banyak prasangka di benak orang lain. Prasangka itu adalah bahwa mereka yang datang ke Cikeas itu adalah dalam rangka mengikuti bursa Cikeas. Artinya, mereka ingin menjual diri agar dipakai di kabinet. Ada sebuah dialog interaktif via telepon dan sms di News Radio Jakarta suatu pagi (22/9/2004). Topiknya, bagaimana sih sebenarnya masyarakat melihat proses akan hadirnya kembali orang-orang yang itu-itu lagi di pemerintahan SBY kelak.
Argumen yang dipaparkan oleh News Radio itu adalah. Indonesia telah mengalami 4 kali pergantian presiden, yaitu jaman Suharto, Habibie, Gusdur dan Megawati. Setiap kali seorang Presiden turun dan digantikan oleh yang baru, maka bisa dikatakan bahwa kegagalan pemerintahan yang sekarang, ditimpakan ke pemerintahan sebelumnya. Ada tudingan bahwa ini kesalahan warisan dari pemerintahan sebelumnya. Lebih spesifiknya, orang cenderung menuding presidennya yang salah. Lalu bagaimana dengan orang-roang yang membantu mereka? Para menteri, juga orang-orang yang ikut andil dalam pemerintahan presiden-presiden tersebut? Bisa dikatakan, orang-orang ini tidak tersentuh. Ada Akbar Tanjung misalnya yang selalu selamat dari berbagai tudingan dan ajaibnya, selalu terpakai lagi di pemerintahan yang baru terpilih. Itu contoh nyatanya. Lalu, dimana segi perubahannya jika orang-orang yang dulu sudah “beredar” dipakai lagi-dipakai lagi.
Berbagai komentarpun berdatangan dari para pendengar. Ada yang gemas karena merasa kenapa “elu lagi, elu lagi yang muncul” dan tampaknya hal ini akan terjadi lagi karena dari banyaknya tokoh yang datang ke Cikeas sana dan jika ditilik orangnya ternyata “ya elu lagi – elu lagi”. Ada juga yang bersikap netral dengan mengatakan, apa salahnya jika memang orang itu menguasai bidangnya dan memang sudah terbukti bagus. Lucunya, ada penelepon yang justru menyanggah komentar penelepon sebelumnya; menurut dia betul memang seseorang itu bisa dipakai karena menguasai bidangnya dan sudah terbukti bagus tapi apakah tidak ada orang lain lagi, karena bisa jadi ada wajah baru dengan idealisme baru yang bisa jadi lebih bagus dari orang lama. Ada penelepon yang dengan dialek betawinya, mengatakan “Ini kan pada jualan tuh. Biar saja lah, namanya orang mau usaha, soal kepake apa nggak kan terserah sama SBY-nya. Istilahnya, ente jual ane beli, tapi kalau ane kagak mau beli, yah ente jangan marah, gitu.” (hehehe) Ada juga penelepon yang skeptis mengatakan, “sudah biar saja semua pada setor muka, nanti kalau tidak terpilih di kabinetnya SBY kita ramai-ramai bilang ke dia, kasiaaan deh lu”… DUHH!….
Tapi, ada sebuah pertanyaan yang cukup membuat saya ikut berpikir. Yaitu pertanyaan, sebenarnya apa yang dicari oleh para tokoh yang datang ke Cikeas itu? Terkenal? Sudah. Kaya? Insya Allah sudah juga. Menggali pengalaman? Mereka sudah mendapatkannya. Lalu apa lagi yang dicari dan kenapa? Apapun alasannya, tentu itu adalah hak mereka dan kelak mereka sendirilah yang akan mempertanggung-jawabkanya di akherat kelak. Memegang amanah itu bukan perkara mudah, bahkan sungguh amatlah berat pertanggung-jawabannya. Bahkan Rasulullah mengajarkan kita untuk tidak memberikan jabatan pada mereka yang meminta jabatan karena boleh jadi diragukan niatnya untuk ikut bertanggung-jawab.
Dengan kata lain, saat ini, rakyat pemilih SBY, nyata menginginkan adanya perubahan. Apakah SBY bisa mewujudkan harapan ini? Kita lihat saja pada dua hal yang insya Allah akan jadi tontonan menarik. Pertama, tanggal 20 Oktober nanti, karena pada tanggal ini SBY akan mengumumkan susunan kabinetnya secara resmi. Ada beberapa posisi vital yang perlu diperhatikan, yaitu posisi Chief oh Economic (Menteri Perekonomian dan Menteri Keuangan), Chief of Justice (Jaksa Agung dan Menteri Ham dan Perundang-Undangan yang berada di atasnya), Chief of Government Coordination (para menko). Suguhan kedua yang akan kita saksikan adalah apa yang terjadi di 100 hari pertama pemerintahan. Apa yang dilakukan oelh pemerintahan baru di 100 hari pertama pemerintahannya? Harapannya, semoga semua ini bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
---24 September 2004 ([email protected])
[ 0 komentar]
|
|