|
Bunga Sepatu, Bunga Mawar dan Dunia Dakwah Jurnal Muslimah - Sunday, 26 September 2004
Kafemuslimah.com Jika dalam suatu kebun ditemukan dua tanaman bunga. Keduanya terletak di sudut yang berbeda. Di satu sudut ada tanaman mawar yang berbunga indah dan sehat sementara disudut lain ada bunga sepatu, namun kondisinya kurus, layu dan berulat. Ada 3 kemungkinan yang akan dilakukan oleh seorang tukang kebun.
1. Menebang tanaman bunga sepatu untuk kemudian menggantinya dengan bunga yang lain
2. Mencoba meneliti penyebab kondisi bunga sepatu itu, kemudian mencoba menyelamatkannya semaksimal mungkin.Bisa dengan memberi tambahan pupuk, menyemprot dengan insektisida, memindahkan tanaman sepatu itu ke bagian kebun yang lain atau mungkin langkah2 lain yang dianggap tepat.
3. Dia akan melihat dan menghitung seberapa besar peluang bunga sepatu itu mampu diselamatkan. Bila jelas tidak dapat diselamatkan,maka dia segera menebang bunga sepatu itu dan menggantinya dengan tanaman lain.
Ada beberapa alasan yang memungkinkan ketiga hal tersebut diatas menjadi masuk akal untuk dilakukan.
Kemungkinan ke-1 :
Mungkin tukang kebun itu termasuk orang yang berfikir praktis. Saat melihat ada tanaman yang terlihat mengganggu pemandangan, tentunya dia akan berusaha menghilangkannya dan menggantinya dengan tanaman yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena sebagai tukang kebun,dia berkewajiban untuk membuat kebun (sebagai bidang tugasnya) menjadi indah. Daripada waktunya terbuang untuk mengupayakan perbaikan bunga sepatu, akan lebih baik baginya untuk menghabiskan waktunya untuk merawat tanaman mawar.
Kemungkinan ke-2 :
1. Mungkin tukang kebun itu termasuk tipe penyayang sesama makhluk hidup. Dia melihat bahwa bunga sepatu adalah juga makhluk hidup yang berhak untuk hidup. Apalagi, tanaman itu sedang dalam keadaan membutuhkan bantuan makhluk lain untuk mempertahankan hidupnya dari serangan ulat.
2. Tukang kebun itu berusaha bersikap profesional, dan dia adalah orang yang menyukai tantangan. Dia menganggap bahwa kondisi bunga sepatu itu merupakan tantangan bagi profesinya sebagai tukang kebun sehingga kasus bunga sepatu itu dianggapnya sebagai ujian peningkatan ketrampilannya.
Kemungkinan ke-3 :
Tukang kebun itu berusaha menjalankan tugasnya sebagai tukang kebun dengan sebaik-baiknya. Namun dia juga bersikap realistis. Saat dia melihat bahwa upayanya tidak berhasil, maka dia hentikan upayanya memperbaiki kondisi bunga sepatu dan lebih memfokuskan pada perawatan bunga mawar.
Bila dilihat dari kacamata orang biasa, orang tentu akan lebih memilih bunga mawar daripada bunga sepatu karena selain bunganya indah dipandang, berbau harum juga bernilai ekonomis. Lalu bagaimana dengan bunga sepatu? Jarang ada yang mengetahui bahwa bunga sepatu dapat digunakan untuk bahan obat2an. Karena itu, bila bunga sepatu kurus dan berulat, secara otomatis akan jarang sekali ada yang mau melirik keberadaan bunga sepatu.
Dalam dunia dakwah, kasus-kasus yang serupa dengan kasus diatas sangat mungkin terjadi. Bila dianalogikan bunga mawar adalah seorang akhwat yang memiliki banyak sekali kelebihan,baik penampilan fisik,materi yang baik juga llatar belakang keluarga yang mendukung gerak dakwah. Bunga sepatu adalah akhwat yang meski punya kelebihan,tapi tidak sebanyak bunga mawar,dan kelebihan itu lebih sering tidak terlihat bila tidak kita amati dengan baik. Kemudian tanah adalah latar belakang keluarga dari masing-masing akhwat itu sehingga tanah yang subur dapat diartikan sebagai keluarga yang mendukung peningkatan kualitas dakwah,sedangkan tanah yang gersang adalah keluarga yang kurang mendukung peningkatan ruhiyah dari si akhwat. Tukang kebun adalah orang-orang diluar kedua akhwat itu,terutama sekali adalah para ikhwan. Dan ulat adalah berbagai cobaan yang mungkin dapat mengganggu keimanan dari si akhwat.
Dalam menentukan masa depan hidupnya, terutama dalam menentukan calon pasangan hidupnya, setiap orang tentu ingin mendapatkan yang terbaik bagi dirinya. Dalam analogi tersebut diatas, langkah apakah yang harus dilakukan oleh para aktivis dakwah, terutama para ikhwan dalam menyikapi dua hal yang berbanding terbalik tersebut?
Ada satu contoh menarik berkenaan dengan cerita diatas.
Ada seseorang berdiri di bawah pohon apel yang sedang berbuah lebat. Jika ia ingin memetik, ia terlebih dahulu memetik buah yang dapat dijangkau dengan tangannya. Jika sudah habis, dan tinggal yang paling atas, maka jika dapat dijangkau buah itu akan dipetik dan kalau tidak, buah itu tidak akan terpetik (As Siisiy,2000: 33 )
Hal ini dapat diartikan bahwa obyek-obyek dakwah diurutkan dari yang termudah dahulu, baru kemudian obyek dakwah yang sulit untuk disentuh. Dan urutan inilah yang lebih sering digunakan oleh sebagian besar dai. Sama halnya dengan alasan pemilihan ladang yang subur untuk dicangkul terlebih dahulu daripada ladang yang tandus karena ditakutkan justru satu-satunya cangkul yang dimiliki akan rusak bila digunakan untuk mengolah ladang yang tandus lebih dahulu.
Kembali pada contoh bunga mawar dan bunga sepatu. Bila kita berpegang pada kaidah diatas, tentunya kemungkinan besar yang terjadi adalah para dai/aktivis dakwah akan memilih akhwat dengan kriteria bagus ruhiyahnya, bagus lingkungan keluarganya, penampilannya....pendek kata, 4 kriteria yang sesuai dengan hadits nabi pasti akan jadi pilihan utama sebagai pendamping hidupnya. Sama halnya dengan bunga mawar yang jadi pilihan utama karena terlihat bagus dan menguntungkan bila dilihat dari berbagai segi seperti tersebut diatas. Pertanyaannya sekarang, lalu siapakah yang bersedia memilih akhwat dengan kondisi yang jauh berbeda dengan akhwat pertama? Salahkah dia bila kenyataannya dia dilahirkan dalam lingkungan yang kurang mendukung gerak dakwahnya? Bahkan untuk bertahanpun dia harus sendiri? Seperti bunga sepatu, seandainya tidak ada manusia yang membantu, akankah dia harus layu perlahan-lahan untuk kemudian mati? Apakah bunga sepatu itu juga salah bila mengharap ada tukang kebun yang berkenan untuk membantunya bertahan hidup? Bila akhwat itu berada dalam kondisi yang rentan godaan syetan akibat dasar-dasar pendidikan ruhiyah dan penjagaannya sangat lemah (seperti halnya asupan gizi dan pupuk yang kurang memadai membuat daya tahan bunga sepatu terhadap serangan ulat rendah), apakah itu berarti dia tidak layak untuk dipilih? Lalu apakah makna pernikahan di jalan dakwah itu?
Dalam Fiqih Muwazanat dan Fiqih Aulawiyat, diperlukan beberapa pemahaman mengenai sarana-sarana penting yang digunakan untuk menyikapi kasus diatas, diantaranya:
Fiqih Muwazanat :
1. Pengetahuan yang mendalam mengenai 2 perkara/lebih yang diperbandingkan
Dalam hal ini, ketika seorang dihadapkan pada 2 perkara atau lebih yang memaksanya untuk membandingkan perkara-perkara yang dihadapinya itu, seharusnya orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan dan data selengkap mungkin. Dari data-data yang lengkap, tentu akan dapat diperoleh keputusan yang tepat, akurat serta obyektif.
2. Wawasan yang luas bagi orang yang melakukan perbandingan
Hal yang tidak jauh berbeda dengan kaidah pertama diatas. Tidak akan mungkin seseorang dengan wawasan sempit akan mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan akurat. Ketika seseorang berada dalam kondisi “Bagaikan katak dalam tempurung”, bagaimana mungkin dia mampu membandingkan suatu perkara secara obyektif dan menyeluruh?
a.Pengetahuan yang detail mengenai kondisi-kondisi dan situasi-situasi yang berkaitan
Suatu perkara dapat dikatakan sebagai perkara biasa, amniy, mendesak atau bahkan darurat bila dilihat secara detail mengenai kondisi-kondisi dan situasi-situasi yang berkaitan dengan perkara tersebut. Dan suatu keputusan bisa dikatakan tepat guna bila saat orang yang bersangkutan memutuskan, orang tersebut mampu mempertimbangkan secara seksama mengenai detail kondisi-kondisi dan situasi-situsi yang berkaitan dengan perkara yang dihadapinya.
b.Pandangan yang ilmiah dan obyektif terhadap aspek-aspek yang diperbandingkan.
Pandangan ini menghilangkan ambisi-ambisi pribadi dan sikap-sikap kaku pada diri pembanding. Bagaimanapun, pandangan yang ilmiah dan keobyektifan sang pembanding sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat dan efektif.
4. Ilmu dan pemahaman tentang syariat Islam
5. Mengetahui tujuan-tujuan syariat Islam dalam kehidupan manusia
Tujuan2 syariat tersebut memiliki 3 peringkat, yaitu : dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat.
Dan peringkat dharuriyat merupakan prioritas pertama yang seharusnya dilakukan.
6. Pemahaman tentang watak manusia, mengetahui perbedaan2 diantara mereka, dan mampu menilai alasan-alasan yang mereka gunakan untuk menolak atau menerima suatu perkara.
7. Memiliki sumber-sumber acuan yang valid
8. Hendaklah ia memiliki keluwesan, keluasan wawasan dan kelapangan dada, sehingga ketika terjadi perbenturan antara 2 kemaslahatan, ia mengutamakan kemaslahatan umum dan lebih tinggi sedangkan ketika terjadi benturan antara berbagai kerusakan, ia memilih bahaya dan kerusakan yang paling ringan.
9. dll
Fiqih Aulawiyat
1. Mengetahui watak-watak dan tuntutan-tuntunan aktivitas perjuangan Islam dalam semua fase, tempat, masa dan masyarakat.
2. Mengetahui secara detail klasifikasi aktivitas perjuangan Islam.
3. Mengetahui posisi aktivitas ini dalam marhalah (fase) sekarang dan dan fase berikutnya.
4. Hendaklah ia memiliki wawasan tentang fiqih Islam sehingga ia mampu mengetahui urutan prioritas secara jeli diantara berbagai fardhu ‘ain, fardhu kifayah, nafilah dan mubah.
5. dll
Dalam kasus tersebut diatas, diperlukan kejernihan hati, kelapangan dada, dan kebesaran jiwa dari masing-masing pihak untuk menyikapinya. Bagi pihak yang memiliki kekurangan, tentunya tidak diperbolehkan menyerah begitu saja untuk tetap berusaha memperbaiki kondisi dirinya dan tetap meyakini akan adanya pertolongan Allah untuk hamba-Nya. Sedangkan bagi aktivis dakwah, tentunya akan lebih memahami bahwa ada tujuan yang lebih besar yang harus dicapai daripada sekedar memilih berdasarkan kepentingan sesaat. Tapi apa yang akan terjadi bila ternyata para aktivis dakwahpun tidak jauh berbeda pemahamannya dengan masyarakat biasa? Wallahu’alam. Yang jadi pertanyaan lagi, adakah orang yang bersedia “mengorbankan cangkulnya untuk mengolah ladang yang tandus”? Adakah “tukang kebun yang bersedia merawat bunga sepatu hingga mampu memiliki daya tahan lebih baik untuk menghadapi serangan ulat”?
Tri Sukartiningsih [ 0 komentar]
|
|