|
Ramadhan; Musim Semi Al Quran Oase Ilmu - Sunday, 31 October 2004
Kafemuslimah.comSesunggunya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharaplan perniagaan yang tiada merugi (QS. Fathir: 29)
Adalah fenomena yang cukup menarik ketika kita banyak mendengar lantunan ayat-ayat Al Quran. Ada sebuah perasaan 'aneh' dan 'asing' mendengarnya. Sejatinya, tidak ada yang 'aneh' dan 'asing', jika kita mau membiasakan diri untuk senantiasa membasahi lisan kita dengan ayat-ayat Allah. Namun itulah kenyataan, kita baru mendegar istilah 'tadarus' di langgar, masjid dan mushalla ketika bulan Ramadhan saja. Di luar bulan itu, kita tidak pernah mendengarnya.
Saudaraku! Jika setiap bunga dan tanaman memiliki musim semi, maka bulan Ramadhan pada hakikatnya adalah 'muslim semi Al Quran.
Nabi saw. di dalam haditsnya banyak menganjurkan umatnya agar senantiasa membaca Al Quran. Beliau banyak memberikan motivasi dan stimulasi bagi umatnya, diantaranya;
- Al Quran adalah pemberi syafa'at.
"Bacalah Al Quran,sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa'at bagi pembacanya" (HR. Muslim).
Subhanallah, Al Quran akan datang kepada siapa saja yang senantiasa 'menghampiri'nya, kitab rabb-Nya. Adalah sebuah kebahagiaan jika kita dalam keadaan membutuhkan 'bantuan', ternyata Al Quran datang menghampiri kita untuk memberikan syafa'atnya. Namun, tentu saja syafa'at tersebut bukan harga 'gratis'. Karena Al Quran tidak serta merta datang menemui kita. Ia harus didekati, dibaca, dihayati, ditadabburi dan diamalkan isinya. Barulah ia akan menjelma sebagai pemberi syafa'at;
- Al Quran adalah 'sumber' kebajikan.
Dalam hal ini, Nabi saw. bersabda; "Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Quran), maka ia akan mendapat satu kebaikan. Dan setiap kebaikan tersebut akan diganjar dengan sepuluh kebaikan yang sepertinya. Aku tidak mengatakan bahwa 'Alif Lam Mim' itu satu huruf, tetapi, Alif adalah satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf" (HR. Al-Turmudzi).
Bayangkan, satu huruf Al Quran yang kita baca, akan diganjar oleh Allah dengan 'sepuluh kebaikan'. Benar-benar Allah Maha Pengasih dan Maha Pemurah. Sekali kita membaca Alim Lam Mim, kita sudah mendapat sepuluh kebaikan. Bagaimana kalau kita membaca satu hijib, satu halaman, satu 'ain, satu juz bahkan sampai khatam. Kita tidak bisa menghitung berapa banyak kebaikan yang akan diberikan Allah kepada kita. Allahu Akbar.
- Al Quran adalah 'penerang jiwa'
Dalam sebuah haditsnya, Nabi saw. bersabda; "Sesunggunya seorang yang tidak pernah keluar dari tenggorokannya satu huruf pun dari ayat Al Quran, ia laksana rumah yang roboh" (HR. Al- Turmudzi).
Rumah yang 'roboh' adalah rumah yang tidak berguna dan tidak memiliki manfaat apa-apa. Rumah yang 'roboh' tidak akan pernah menarik perhatian orang. Bagaimanakah jika yang 'roboh' itu adalah seorang Mukmin, yang telah diberikan sebuah kitab pilihan oleh Allah swt. Al Quran adalah kitab pilihan, diberikan kepada kita sebagai umat pilihan Allah swt. Inilah yang dijelaskan oleh Allah dengan gamblang di dalam surat Fathir ayat 32; "Dan kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar";
- Al Quran itu adalah nasehat (pelajaran) dari Allah, penawar penyakit hati, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Inilah yang dijelaskan oleh Allah di dalam surat Yunus ayat 57; "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran (mau'izhah) dari Tuhanmu dan penawar (penyembuh) bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman".
Seorang da'i terkenal asal Mesir, Amru Khalid di dalam bukunya Ramadhan Ayyamun Min Al-Jannah berkata; 'Hati-hatilah saudara dan saudariku! Jangan sampai kita tidak mengacuhkan Al Quran'. Dalam hal ini Amru Khalid membagi ke dalam empat bentuk sikap 'meninggalkan (tidak mengindahkan) Al Quran;
(1) Tidak membacanya;
(2) Tidak mentadabburi maknanya;
(3) Tidak mengamalkannya; dan
(4) Tidak menjadikannya sebagai penawar (al-istisyfa' bi al-Quran) dari berbagai penyakit hati(amradh al-qulub), seperti dendam (al-gillu) dan dengki (al-hasad).
Di dalam bukunya Ramadhan, Tijarah Rabihah, Amru Khalid menjelaskan bahwa Al Quran adalah 'ruh' (spirit) eksistensi manusia (ruh al-wujud). Allah berfirman; "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu 'ruh' (Al Quran) dengan perintah Kami..." (QS. Al Syura: 52).
Dalam bukunya tersebut, Amru Khalid menjelaskan bahwa setiap peradaban yang tidak mengambil (pelajaran) dari Al Quran adalah mati, tidak ada ruh di dalamnya, setiap kehidupan yang tidak mengambil petunjuk dari cahaya Al Quran adalah kehidupan yang 'gelap' dan 'tidak bahagia' (hayat ba'isah).
Khalid bin Walid, menurut beliau, ketika mendengar bahwa Al Quran itu adalah 'ruh' dari Allah, beliau berkata; Wama yudhiruniy in kuntu hayyan an uqatila mi'atai alfin wa hum 'amwat (Tidak berbahaya bagiku, jika aku hidup untuk memerangi (musuh) dua ratus ribu orang, karena mereka dalam keadaan mati). Maksudnya adalah; setiap individu Muslim 'hidup' karena Al Quran, dan orang kafir adalah 'mati' karena terhalang dari petunjuk dan cahaya Al Quran.
Saudaraku! Marilah bulan suci Ramadhan ini, kita jadikan sebagai momentum interaksi kita dengan Allah. Mari kita perbanyak membaca Al Quran, mentadabburi ayat-ayatnya, menjadikannya sebagai 'penawar' dan mudah-mudahan kita (sedikit demi sedikit) bisa mengamalkan perintah-perintah Allah yang ada di dalamnya. Sehingga, bulan ini benar-benar kita jadikan sebagai 'musim semi Al Quran', baik dalam diri kita, keluarga maupun masyarakat kita, amin ya rabbal 'alamin.
*Qosim Nursheha Dzulhadi
(Cairo, 23 Oktober 2004)
*Mahasiswa Universitas Al Azhar, Cairo-Mesir, Fakultas Ushuluddin-Jurusan Tafsir. [ 0 komentar]
|
|