|
Hedon dan Elit Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004
" Ticket Box kelas satu Rp 600.000,- " BlaÂ…..blaÂ…..blaÂ…Â…
Saya bengong. Rp 600.000,- ????? hanya untuk nonton Vannes Wu, Padi, Sheila on 7 ama Tofu …. Ck ck ck … hebat. Hanya semalam uang 600 rebu melayang. Kalo ticket kelas biasa saya enggak tahu soale enggak ditampilkan di layar tipi. Malah denger², saat saya ngobrol dengan teman² (sambil nonton tipi) kebetulan ada yang nyeletuk tentang konser itu untuk konser bulan depan entah bulan apa konser band indonesia tiketnya bisa sampe 2 jeti … Masya Allah … itu nonton orang ato nonton paan ?????
Ironis. Karena di saat yang sama diberitakan pula terjadi kebakaran yang melahap habis pemukiman penduduk (lagi²) masyarakat kelas bawah. Ditampakkan di sana ada beberapa penduduk yang mencari² hartanya yang mungkin saja dilewatkan oleh api. Menyedihkan. Apakah panitia promo tour konser itu melihat berita tersebut ??
Entahlah. Setiap kali melihat pemandangan bencana yang menimpa masyarakat kelas ‘elit’ selalu mengingatkan saya akan kondisi pengungsi di madura. Kondisi yang saya sendiri tidak tahu membahasakannya dengan apa. Pertama kali saya datang ke madura dan menemui para pengungsi, saya gak percaya. Ini kah potret kehidupan sebagian kecil masyarakat Indonesia yang tidak terjamah oleh Pemerintah ??? bisakah kita membayangkan kondisi psikis mereka karena perang adat ?? kondisi tempat tinggal mereka dimana 1 rumah berisi 2-5 KK bahkan kalo rumah tersebit besar bisa menampung sampai 10 KK …. Padahal 1 KK isinya 3-5 orang. Itu belum persediaan air untuk minum,masak, dan mandi. Waktu saya survey utk pengambilan data tentang air yg di konsumsi oleh penduduk (saya memfoto kondisi sumur, melihat warna air, dan mencium baunya), saya terkejut. Sebagian besar air di sumur utk pemukiman penduduk di pelosok desa airnya berbau, warnanya keruh dan tidak layak utk dikonsumsi. Tapi mereka akan memakai air apalagi kalo bukan dari sumur
itu ?? itulah mengapa banyak sekali penduduk (dan pengungsi) yang terkena penyakit kulit dan ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Hingga sekarang saya tidak tahu kondisi mereka (karena saya udah bukan anggota yayasan lagi). Betapa saya merindukan mereka, orang² kecil yang selalu mengingatkan tentang kenikmatan saya selama ini.
Suatu hal yang kontradiktif jika kita melihat ilustrasi diatas. Yang satu dengan jiwa hedonismenya dan yang satu dengan ke’elit’annya. Jikalau saya boleh berandai²,tentu saya berharap dana hasil konser itu diberikan ke daerah² bencana mungkin bisa mengurangi kesusahan mereka. terlalu muluk kah harapan saya ?? wallahu’alam. Lantas dimanakah posisi kita ??? kita bukan golongan hedon, kita (mungkin) juga bukan golongan ‘elit’. Di tengah²kah posisi kita ?? kita bisa menjadi golongan hedon juga bisa menjadi golongan ‘elit’. Sudah seringkah kita melihat ke ‘bawah’ dan merasa bersyukur atas semua keadaan ato lebih seringkah kita melihat ke ‘atas’ sehingga menjadikan kita sering tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki. Seringkah kita bersyukur bahwa kita masih punya pakaian yang bersih, tempat tinggal yang nyaman, makan teratur sehari 3x (anak kost²an biasanya 2 x sehari, bahkan yang gak punya uang bisa sehari 1x), masih bisa kuliah, sedangkan saudara kita yang ‘elit’ adakah harapan untuk mencapai itu semua ??? masihkah kita merasa kurang dengan semua ini ?? wallahu’alam bishwob.
(Madura in memoriam Â….. )
muth_mlg [ 0 komentar]
|
|