|
Taaruf Itu..
Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004
“ kenapa ya ane gak bisa dekat dengan akhwat ummu ?”, tanya seorang akhwat. Saya jadi ingat, saya dulu pernah memplonco dia, afwan ya ..
Saya hanya tersenyum lalu tercenung di depan kompie. Kalimat “kenapa” mengusik diri saya. Semakin lama memikirkan itu saya semakin sedih. Kenapa …ya kenapa ????
Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar dalam hal ini. Karena memang tidak ada yang patut disalahkan. Semua kembali ke diri kita sendiri. Hal ini mengingatkan saya akan sebuah ungkapan “ Jika kau ingin dihormati orang lain maka hormatilah orang lain, jika kau ingin dikenal orang lain maka kenalilah orang lain” sederhana saja tapi esensinya dalam sekali. Membentuk agar diri kita jadi tidak egois.
Kita bisa dekat dengan orang lain, karena kita mengenalnya. Kalo enggak kenal gimana kita mau dekat ?? dan itupun harus dimulai dari diri kita sendiri. Jangan menunggu orang lain yang akan nyamperin kita lantas bertanya, “ antum siapa, darimana, bla..bla..bla..” Buatlah inisiatif terlebih dahulu.
“ Bermalamlah bersama saudaramu, niscaya engkau pasti mengetahui sisi² lain yang dia miliki dan itu tidak engkau ketahui sebelumnya ”. itulah kira² ungkapan dari seorang ustadz dan saya membuktikannya.
Saya sering mabit di rumah saudara² saya di Malang juga di kota² lain (kalo pas lagi jaulah). Ya semata² karena ingin mengetahui dan melihat aktifitas saudara² saya selama di rumah. Subhanallah …. Aktifitas yang berbeda² di tiap orangnya. Ada yang ba’da sholat shubuh udah pada antri mandi dan antri telepon (banyak relasi sih ..), da yang udah siap² pergi syuro` (soalnya hrs kuliah pagi²), ada yang masih baca² buku ..ini biasanya kondisi di kontrakan. Lalu ada juga yang paling saya suka … ba’da sholat shubuh, udah nyiapin sarapan … nyammm, enakk ! hehehehehe …
Pernah juga saya beberapa hari tinggal di rumah sahabat saya di kota lain. Bener² saya masuk dan ‘nyemplung’ bersama aktifitasnya. Subhanallah …. Subhanallah …saat itu saya sadar, ternyata saya yang sudah merasa ‘mengenal’ dirinya sebelum (mabit) itu, masih belum ‘benar² mengenal’ siapa dirinya. Baru setelah saya mabit di rumahnya (eh rumah ortunya denk ..) akhirnya saya menemukan sisi lain yang ‘istimewa’ menurut pandangan saya. Dan ‘ke-Istimewa-an’ ini juga saya dapatkan di setiap akhwat yang saya kunjungi dan bermalam dengannya.
Yah …. Itulah mengapa setelah ada ta’aruf masih mengikuti di belakangnya tafahum, lalu takaful, dan terakhir ta’awun. Kita gak bisa berpuas diri hanya di tingkatan ta’aruf saja. Mengenal saudara kita juga tidak sekedar mengenal nama, rumahnya ato dimana dia kuliah saja, tetapi kita pun kalau bisa ‘mengenal’ sisi kehidupannya yang lain. Yang dengan itu akan menjadikan kita tafahum.
Jika ust. Cahyadi Takariawan pernah bilang di bukunya mbak Nurul F. Huda “ Tetaplah kita belajar untuk mencintai dan dicintai sampai kapanpun”, maka saya (jika boleh) menggantinya dengan “ Tetaplah kita belajar untuk lebih mengenal, mengenal dan mengenal saudara kita sampai kapanpun”. Mungkin kita tidak perlu lagi menanyakan “ KENAPA”.
Sherina pun dalam salah satu bait lagunya (saya masih inget waktu di madura dulu kala) mengajak kita untuk lebih mengenal kehidupan ini, lingkungan kita, dan (mungkin) saudara kita, “ Mengapa bintang bersinar ….. mengapa air mengalir ….. mengapa dunia berputar … Lihat segalanya lebih dekat .. dan kau .. akan mengerti”.
Cobalah beri semangat untuk diri kita sendiri agar lebih mengenal siapa saudara² kita dengan lebih dekat dan dekat. Wallahu’alam bishowab
(malang Â…. Siang hari yang panas.... saat adek memberi panggilan 'cinta' untuk saya....jadi terharu ..)
muth_mlg
[ 0 komentar]
|
|
