[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Suatu Hari Bersama Mari Chan
Jurnal Muslimah - Monday, 22 November 2004

Kafemuslimah.com Mari chan menatapku tak berkedip. matanya menyimpan khawatir. Dia sepertinya bisa meraba bahwa sebentar lagi aku yg akan bersamanya. sesaat kulihat dia berontak dr kereta bayi tempat dia duduk. Aku tersenyum. Mengelus tangannya yg halus.
"Aduh maaf merepotkan ya.." mbak Yani merasa tak enak menitipkan Mari ke aku yg baru dikenalnya semalam.
"Enggak apa-apa mbak, saya sudah biasa jaga bayi, sering dititipin ibu-ibu yg ada perlu. Mbak gak usah khawatir deh." aku tersenyum.
Aku bisa merasakan betapa bingungnya mbak Yani karena harus bekerja sementara suaminya, mas Zul harus masuk kuliah dari pagi hingga sore hari ini. Dan lagi sementara ini belum ada hoikuen atau tempat penitipan bayi yg mau menerima dia. kasihan Mari chan.

Karena itulah semalam aku memutuskan mau dititipin Mari
chan. Setelah kulihat wajah temanku putus asa menelpon kesana kemari mencari temannya yg kosong hari ini. Dia dimintai tolong oleh mbak Yani yg belakangan aku tahu kalo sebenarnya dia masih ada hubungan saudara dengan ustad Anis matta, sekjen PKS itu. Apa salahnya aku
belajar jadi ibu meski cuman beberapa jam
saja? batinku tersenyum. Biasanya aku hanya momong bayi umahat-umahat sebentar. Hari ini bisa belajar lebih lama.. Mbak Yani kulihat tergesa segera beranjak pergi.
"Maaf..harus segera kekantor" katanya.
" Ya mbak silahkan, tapi mbak pamit sama Mari chan dulu ya, biar dia tau kalo umminya nanti pulang lagi jemput dia" kataku.
"Ya ya, makasih bye Chayank, pergi dulu ya." mbak Yani mencium kening Mari chan sebentar setelah menyerahkan tas bayi kepadaku.
"Gak apa-apa ya aku tinggal?" tanya mbak Yani.
"Itu busnya sudah mau berangkat" katanya menunjuk
bus no 4 jurusan Sangenjaya yg lewat Indonesia Gakko.
Aku mengangguk tersenyum. sebenarnya aku masih bingung
mau kemana. masalahnya tadi malam aku bilang sama mbak
Yani kalo mari chan akan kuajak ke acara belajar bahasa arab, karena disana banyak umahat yg bawa bayi
seusia mari chan. Mari chan sendiri katanya sekitar 1 tahunan dan baru belajar berjalan. Tapi ternyata belajar bhs arabnya di tunda sampai jam 5 hingga malam. Yah apa boleh buat. lebih baik Mari chankuajak ke Indonesia gakko saja, sekalian aku shalat setelah itu apa kata nantilah, yang penting shalat dulu. Bus mau berangkat, segera kuangkat kereta mari chan, masuk lewat pintu depan utk membayar ongkos terlebih dulu. Mari chan mulai panik. Meronta. sebentar kemudian menagis keras. seisi bus menatapku dan Mari chan bergantian.

Aku berusaha santai menenangkan Mari chan. Kupilih
kursi khusus tuk ibu-ibu yg bawa bayi, biar aku bisa
menjaga mari chan yang duduk di keretanya. semenit, dua menit, lima menit Mari chan tak reda tangisnya.
segera kuangkat dia untuk duduk dipangkuanku. tangisnya belum juga reda.
"Cup sayang. Mama mari sedang kerja Mari chan sama amah yaaa.. cup.."
aku menhapus air mata dipipinya. dia memandangku dalam
isaknya. matanya yg bulat jernih itu bersinar lucu.
kecium perlahan. "tenang ya sayang..." sepuluh menit
kemudian sampai di halte motokebajo mae, segera
kupencet tombol berhenti disampingku. Aku bersiap
turun. Kereta mari, tas bayi kuangkat dgn tangan
kananku, sedang tangan kiriku menggendong Mari chan tas ransel hitamku masih menempel dipunggungku, memang sengaja sejak tadi tak kulepas.

Alhamdulillah, meski kerepotan aku turun. beruntung
ada seorang nenek-nenek yang menolongku menurunkan kereta mari chan.

Aku memilih menyeberang lewat zebra cross daripada
jembatan penyeberangan, karena Mari lebih suka aku
gendong, meski aku membujuknya tuk duduk di keretanya. Mari chanberaat! kataku pada mari chan.
Dia memalingkan wajah tak suka. "kamu lucu, ngerti
juga ngerjain amah" ujarku sambil mengusap ingusnya.
Sekali lagi matanya berbinar lucu.
" Alhamdulillah akhirnya Mari chan mau sama amah, arigato nee...mari chan"Indonesia Gakko tampak sepi ketika aku membuka pintu gerbang depan.

Segera kutaruh kereta bayi dipojok ruangan lantai 1,
sebelum menuju mushola yg kelihatan sepi. di dekat dapur kulihat Pak Yukon kepala sekola Indonesia Gakko sedang makan sendiri. Aku mengangguk melewatinya. Nah! mari chan duduk dulu di sini yah, amah mau wudhu dulu disitu yah!".kataku sambil melepas sepatu Mari chan. Mari chan segera memelukku erat sambil menangis. sia-sia aku membujuknya.

Duh gimana nih! aku mesti wudhu di astafel. Bagaimana bisa kalo mari chan memelukku erat begini. yah apa boleh buat. aku berusaha wudhu sebisaku. Namun aku mulai membasuh tangan, Mari chan menghalangi. tanganku disuruh tuk tetap memeluknya. tangisnya mulai keras di ruang wudhu. Aku berhenti sejenak. "Sayang, duduk dikarpet ya, nih ama punya maianan, mari chan main dulu yah? aku membujuknya lagi.

Dia menggeleng sambil menangis. akhirnya terpaksa aku
mengulangi wudhu meski mari chan meronta. kugendong di punggung dia tak mau, dan wudhupun selesai. Lega hatiku. Sholat pun mari chan tetap tidak mau turun. Aku sholat sambil menggedong mari chan. Tangis marichan semakin lama semakin keras. Dia mulai menjerit-jerit. minta perhatian, sekali waktu minta
digendong sebelah kiri, kemudian gantian sebelah kanan.
begitu terus sampai sholat usai. baru setelah tasyahud
akhir dia tenang. Subhanallah...
Maha Suci Engkau Ya Allah, mencipta "Ibu" yang punya
sejuta kesabaran dan cinta menghadapinya anak-anaknya.
Puji syukurku ya Gusti bisa belajar menjadi ibu di hari ini. Mari chan menatapku.

"Arigatonee..bisa belajar sama mari chan" kataku
mengelus rambutnya.
"sekarang ngapain ya?..minum susu dulu trus maeen ya..yaaa! " dia menggeleng. Yuuk! kesana yuk! aku mengangkat Mari chan, kemudian keluar Mushola. Kubuka tas bayi, dan kukeluarkan alat-alat minum serta makan mari chan. Hmm bikin susu gimana
yaa? Ah kata mbak Yani susu sudah ada takarannya
tinggal masukkan botol. Yup! termos kecil segera kubuka, kumasukan botol sekitar 200 cc. Setelah itu kukocok sebentar dan kuletakkan diatas meja. Jam 2 waktunya minum susu, sekitar jam 4 makan. namun disela waktu itu diberi makanan kecil macam biskuit bayi. semuanya ada ditas.

Oke! sayang, yuk main dihalaman depan sekolah. Aku mencoba menurunkan Mari chan dari gendonganku. Mari chan merapat. Aku mengambil bola punya anak-anak SD yg warna warni. Sambil kupantul-pantulkan seperti main basket. Sengaja kubiarkan mari chan menilai mana permainan yang menarik hatinya. Berkali aku lempar bola ke keranjang di atasku. dua kali gagal. He he jadi ingat saat kuliah. Aku ikut team basket jurusanku. Lumayan
sekarang bisa main lagi meski sama Mari chan.

Mari chan melorot turun. Alhamdulillah, tertatih dia
mengambil bola yg menggelinding di bawah mobil kepala
sekolah. Dia jatuh berkali-kali kubiarkan. "Gambatte
sayang kochi kochi." kataku melambaikan tangan.
"sambil minum susu ya?" dia menolak. Hmm susah juga
dia. Aku memutar otak. Susu kutuang digelas kecil, kemudian kuminumkan padanya. dia langsung meneguknya
habis. Lega.

Bosan dengan bola dia berjalan ke pintu gerbang. Ah rupanya disana ada anak-anak jepang sedang main bola. Dia merasa kesepian kali main sendiri. Aku mengikuti di belakangnya.
Sudah dua jam aku bermain sama Mari chan. Dia tampak gembira sekali berputar-putar dihalaman sekolah,
dibawah sakura juga di samping mobil-mobil yg berjajar
rapi menghadap ke utara. Kulihat mari chan asyik
memutar-mutar pedal sepeda. kemudian mengambil batu-batu kecil disudut halaman dan ditaruh diatas
pedal-pedal itu. Aku tersenyum. Apa ya? yang ada dalam
pikirannya.

Jam di Hpku menunjukkan pukul 3.00. Kurang satu setengah jam lagi Mari chan dijemput. Hmm apalagi ya yang harus kulakukan? Ah,pergi ketaman meguro saja, biar nanti kalau ke Meguro eki tak kejauhan. "Mari chan!" aku melambaikan tangan memanggil mari. "Yuk kita jalan! ama bosan disini, mari chan enggak bosen?kita ke taman aja yuuk! lihat burung-burung, banyak mainan deh!, aku menggandeng tangan mari. Tapi dia berusaha melepaskan diri, dan kembali mencari batu-batu ke sudut. Perlahan dia
kugiring masuk ke dalam sekolah. Dia berontak ingin
kembali. Aku diamkan saja. segera kuambil jaket dan
tas ranselku, kemudian membereskan alat-alat minum
dan makan mari. Kutaruh di gantungan kereta, serta membuang plastik-plastik yg kotor.

Rupanya Mari chan tahu kalau akan pergi. segera dia
berlari kearahku sambil mengacungkan dua tangannya
minta digendong. "Mau ikut main ke taman?tanyaku.
Dia merengek-rengek takut kutinggal.
"bentar sayang, mari chan duduk di kereta ya? ama capek sayang, abis ini jalan agak jauh. mau?" kuangkat dia,
lalu kutaruh dikereta. tak lupa jaket hangatnya kuletakkan diatasnya. Agak sore cuaca menjadi lumayan dingin. Beberapa menit kemudian aku sudah menyusuri deretan toko-toko di pinggiran jalan menuju taman meguro. Kuperkirakan makan waktu sekitar tigapuluh menitan. sesekali kutengok mari chan yg tenang melihat orang-orang lalu lalang di sekitarnya. "Kawai !" sapa Ibu-ibu yg kebetulan melihat mari. "Arigatou." jawabku tersenyum. Di depan toko buku aku berhenti. Mari chan sudah tertidur pulas. Alhamdulillah, segera kukunci roda kereta, kemudian membaca-baca buku yg terletak di Box depan toko. Aku ingin masuk kedalam, sayangnya tempatnya sempit. Kereta bayi tak bisa masuk, tak mungkin aku tinggalkan mari chan diluar. Meski aku yakin aman. Sudahlah, akupun melanjutkan perjalanan menikmati senja di meguro sekaligus merasakan indahnya jadi ibu sementara. Jadi malu. Ingat kata mbak Yani tadi
"Nggak malu nanti dorong kereta kemana-mana?" Hehe
sekali-kali latihan mbak. Nanti juga insyaAllah jadi ibu kan? jawabku tersenyum. Taman meguro tampak ramai. banyak ibu-ibu muda mendorong kereta bayinya berjalan dengan santai. Hmm apa memang disini tempa mangkalnya mereka? tanyaku dalam hati. Kereta kudorong perlahan. Duh jadi masuk enggak ya. Kayaknya banyak sekali orang. Aku malas melihat lalu lalang orang yang begitu banyaknya. Kuputuskan duduk di taman kecil sebelah taman meguro. kuhadapkan kereta kearahku biar kakau nanti mari chan bangun aku segera tahu.

Buku "Teknik Pengajaran Bahasa Jepang" aku keluarkan dari
tas dan tak lama akupun asyik tenggelam didalamnya.
beberapa saat kemudian mari chan bangun. Susu botol sisa tadi segera kukeluarkan. Aduh sayang sudah agak
dingin, gommen ya, di termos airnya abis",kataku sambil
menyerahkan ke mari chan. lima menit kemudian susupun habis. setelah itu kusuap dengan makanan yg sudah
disiapkan mbak Yani. Campuran teri basah, wortel dan
nasi. Lahap sekali mari chan. Mungkin karena tadi dia
kecapekan menangis juga bermain.

Tut..tut..tut Hpku berbunyi. Suara mas Zul terdengar.
"Daijobu?" katanya.
"Enggak papa kok mas..Mari chan sudah tenang. Mau
dijemput jam berapa?" tanyaku kemudian.
" Hmm mungkin setengah jam lagi ya? di depan Meguro eki kan? Mas Zul memastikan.
"Iya.." jawabku. " Lagi nyuapin nih..! habis nyuapin segera ke Meguro eki." Aku memberitahu.
"Baiklah..saya mau naik densha nih, sampai nanti assalamu'alaikum " katanya mengakhiri pembicaraan.

Jam lima kurang sepuluh menit aku dan mari chan sudah ada di stasiun Meguro. Mari chan sejak tadi berceloteh riang. sesekali tertawa bersamaku.Arigato sayang, hari ini ama belajar banyak padamu..

pojok kaikan juli 2004, kenangan musim semi
sausan

catatan:
gakkou :sekolah
gambatte: semangat ya
kochi : sini!
Daijobu : gak apa apa
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved