|
Mereka Juga Ingin Jadi Sholihah Ukh! Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004
Memahami daÂ’wah memang cukup mudah bagi kita, tapi untuk mengaplikasikannya secara sempurna memang begitu sulit. Dan objek daÂ’wah itu sendiri yang berada di dekat kita sering kita lupakan dan kita abaikan. Hal ini sering tejadi pada para aktivis daÂ’wah yang sibuk dengan daÂ’wahnya di organisasi yang kita ikuti. Ini saya sadari sebagai kekurangan saya yang hanya manusia biasa.
Di rumah saya merupakan anak tertua dengan mempunyai satu adik perempuan. Setelah beberapa tahun hijrah, saya semakin aktif dengan kegiatan da’wah pada organisasi yang saya ikuti. Pergi pagi-pagi sekali dan pulang menjelang maghrib terkadang hingga malam. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat menyita waktu dan tenaga tapi saya berusaha untuk tidak mengeluh dan selalu mengingat ‘gaji’ yang akan diberikan Allah kepada para ‘tentara-tentaraNya’. Cinta, ridho dan ampunan-Nyabegitu dirindukan oleh para hamba-hambanya.
Tapi adik saya ternyata kurang mendapat sentuhan da’wah saya. Saya hanya sering memberikan buku-buku dan majalah-majalah Islam yang sering saya bawa ke-rumah, tanpa memberikan penjelasan yang panjang lebar tentang Islam. Akibatnya, ia sering bergaul dengan anak-anak yang pergaulannya tidak Islami. Nonton di bioskop sambil menemani temannya yang berpacaran, JJS, dll. Ia memang tidak berpacaran karena saya sudah berkali-kali mengatakan bahwa pacaran itu tidak ada dalam Islam, dan ia sepertinya cukup mengerti dan mematuhi hal itu. Ia sering terlihat mau hijrah tapi ketika ia melihat akhwat di sekolahnya yang menurutnya terlalu ‘bergerombol’ dan sangat memilih dalam berteman, membuatnya mundur kembali.
Hal ini terjadi ketika saya meminta kepadanya untuk menempelkan pamflet kegiatan keislaman yang diadakan di kampus saya sekaligus memintanya untuk menjadi perwakilan kami di sekolah jika ada yang ingin mendaftarkan diri terhadap kegiatan tersebut. Yahhh.. maksudnya saya sekaligus mengajaknya berdaÂ’wah. Namun kemudian ia datang kepada saya dan menumpahkan kekecewaannya pada saya. Menurutnya, anak-anak rohis itu kurang mempercayainya karena ia belum berjilbab. Ketika akhwat itu ingin mendaftarkan diri pada adik saya, mereka mengurungkan niat mereka saat melihat adik saya belum berjilbab dan bergaul seperti halnya anak-anak lain yang belum mendapat hidayah. Setelah itu ia berkesimpulan bahwa akhwat itu sangat eksklusif dan mungkin saja niatnya untuk masuk rohis urung kembali.
Jujur dalam hati saya, kecewa dan sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk adik saya. Yang bisa saya lakukan adalah berusaha menghiburnya dan membangkitkan semangatnya kembali.
Untuk saudariku yang sedang berda’wah, mungkin wajar bagi kita untuk berusaha menjaga diri dan hati kita, dengan memilih pergaulan yang ‘sama’ dengan kita.
Yuk kita rangkul saudara kita. Melangkah bersama dalam alunan ukhuwah, kembangkan senyummu, ulurkan tanganmu, hadapkan wajahmu pada saudari-saudari kita, agar mereka yang belum berhijrah, yang ada di sekitar kita tidak menjadi minder dan semakin jauh dengan kita. Tidakkah kita sadari bahwa dengan ‘bergerombolnya’ kita dapat menghambat jalannya da’wah? Mereka juga ingin menjadi sholihah ukh! Hal ini juga merupakan peringatan bagi saya, mungkin saja saya juga melakukan hal yang sama terhadap teman-teman saya. Semoga hal yang kecil ini dapat menjadi peringatan bagi kita. Saya yakin, saya pernah melakukan hal yang sama, oleh karena itu marilah kita bersama-sama memohon ampun kepada-Nya dan berusaha memperbaiki diri. Wallahua’lam bis showab. (Diadaptasi dari buletin remaja Shahiroh-FLP Samarinda oleh Rn) [ 0 komentar]
|
|