[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Mukjizat: Al-Quran dan Embriologi
Oase Ilmu - Tuesday, 04 January 2005

Kafemuslimah.com Riset dan penelitian ilmiah kontemporer membuktikan bahwa Al-Quran banyak memiliki tanda-tanda ilmiah (sains). Hal ini diperkuat dengan banyaknya lahir buku-buku yang membahas korelasi antara Al-Quran dan sains modern. Meskipun Al-Quran (sejatinya) bukanlah buku sains, namun jika ia sarat dengan sinyal-sinyal sains; hal ini tidak dapat dipungkiri keberadaannya.

Hal ini disinyalir oleh Dr. Dzakir Abdul Karim (2003) bahwa Al-Quran bukanlah buku sains, tetapi ia adalah buku yang memuat tanda-tanda (sains) saja. Di dalamnya terdapat 6.000 ayat lebih dan sekitar 100 ayat lebih berbicara masalah sains tersebut.

Dr. Ahmad Syauqi al-Fanjary (2000) menyatakan bahwa masalah reproduksi (al-tanâsul) dan pertumbuhan embrio (nasy’ah al-janîn) merupakan salah satu rahasia ilmiah yang sangat kompleks. Ia begitu rahasia bagi manusia hingga ditemukannya mikroskopyang canggih, seperti mikroskop elektron yang mampu membesarkan benda hingga mencapai 200,000 kali. Hal ini tidak ada sebelumnya, kecuali pada abad ke-20.

Hal ini juga disinyalir oleh Dr. Zakaria Hamîmiy di dalam bukunya al-‘I`jâz al-`Ilmiy fî al-Qur’ân al-Karîm bahwa hingga mendekati abad ke-19 para ahli embrio (ulamâ` al-‘ajinnah) terbagi dua kubu; kubu pertama kelompok yang menyatakan bahwa manusia telah menjadi makhluk (tercipta) dengan sempurna di dalam sperma dalam bentuk yang hina dan kelompok kedua adalah kelompok yang menyatakan bahwa manusia telah tercipta dengan sempurna di dalam sel telur (ovum) seorang wanita. Beliau kemudian menjelaskan bahwa di saat para ilmuwan itu belum mampu untuk mengetahui kebenaran tersebut, kita melihat bahwa Al-Quran sejak empat belas abad silam telah memastikan hal itu…(Dr. Zakaria Hamîmiy, 2002: 92).

Hal tidak diragukan lagi merupakan salah satu I’jaz ilmi dalam Islam yang dikemas dalam Al-Quran sebagai wahyu pamungkas bagi manusia.

Manusia diciptakan dari segumpal darah
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah(QS. Al-`Alaq: 1-2)
Menurut Dr. Zagloul Najjar, surat tersebut dinamakan dengan surat "Al-`Alaq” karena di dalamnya terdapat fase penciptaan manusia. Dimana bentuk dan cara makan embrio itu menyerupai lintah (dûdah al-`alaq) (Harian Ahram, 11/10/2004).

Adalah Dr. Keith L. Moore, seorang ilmuwan Barat kontemporer pertama yang menulis tentang kelebihan Al-Quran yang lebih maju dalam embriologi. Beliau menulis sebuah buku yang berjudul The Developing Human. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan diajarkan di berbagai fakultas kedokteran di Amerika, Jepang, Jerman dan seluruh negara-negara di dunia sebagai referensi embriologi.

Dr. Ketih L. Moore sendiri belum memiliki informasi bahwa awal dari jadinya embrio berbentuk seperti segumpal darah (`alaqah). Untuk menguji kebenaran tersebut, beliau melakukan riset fase awal embrio dalam sebuah mikroskop di laboratorium pribadinya. Beliau melakukan komparasi catatannya dengan bentuk segumpal darah tersebut. Setelah itu beliau sangat tercengang ketika melihat kesamaan bentuk antara keduanya. Akhirnya, beliau memperoleh berbagai informasi (pengetahuan) yang belum diketahuinya dari Al-Quran.

Beliau telah menjawab sekitar 80 pertanyaan yang berkenaan tentang informasi khusus yang berkaitan dengan embriologi yang terdapat di dalam Al-Quran Hadits. Beliau memberi catatan bahwa informasi-informasi yang terdapat di dalam Al-Quran dan Hadits sesuai dengan penemuan embriologi terbaru. Beliau berkata: “Seandainya pertanyaan-pertanyaan tersebut dilemparkan kepada saya tiga puluh tahun yang lalu, saya tidak akan mempu menjawab setengahnyapun, karena minimnya informasi ilmiah tentang itu”.

Pada tahun 1981, pada sebuah Muktamar Kedokteran Ke-7 di Damam, Saudi Arabia, beliau berkata: “Merupakan hal yang menyenangkan bagi saya bisa membantu menjelaskan beberapa riwayat Al-Quran seputar pertumbuhan embrio. Tampak jelas bagi saya, bahwa riwayat-riwayat tersebut telah diturunkan kepada Muhammad saw dari Allah. Karena –kira-kira—seluruh riwayat tersebut belum terungkap kecuali setelah beberapa abad berikutnya. Hal ini menguatkan bahwa Muhammad saw adalah Rasulullah”. Statemen tersebut beliau sampaikan dalam sebuah video cassette dengan judul This is the truth (Dr. Dzakir Abdul Karim, 2003: 44).

Dalam bukunya di atas, Dr. Keith pertama kali menjelaskan bahwa seorang wanita memiliki sperma seperti sperma laki-laki. Embrio tersebut terdiri dari penyatuan kedua sperma tersebut –laki-laki dan perempuan—yang disebut dengan ‘air sperma yang bercampur’ (masyz, zygot) atau benih (al-badzrah). Benih yang sempurna tersebut bersemayam di dalam rahim selama beberapa minggu. Kemudian ia melekat kepada dinding rahim dan menjadi seperti segumpal darah yang mirip dengan lintah pengisap darah (blood suckerr). Lalu segumpal darah tersebut beralih kepada istilah yang disebut di dalam Al-Quran dengan mudhghah, yakni sepotong daging yang dikunyah. Ini merupakan sebuah deskripsi mendalam tentang sebuah fase yang disebut dengan somites.

Beliau juga menjelaskan setiap fase perkembangan embrio dan masa yang dibutuhkannya sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Quran dan Hadits Nabi saw. Dimana setiap fase membutuhkan empat puluh hari hingga sempurna bentuk ciptaannya dalam waktu 120 hari. Hal ini sesuai dengan sains modern yang ada (Dr. Ahmad Syauqi al-Fanjari, 2000: 90).

Analisa Ilmiah Embrio Manusia
Menurut Dr. Zagloul Najjar (Harian Ahram, 11/10/2004), lintah merupakan jenis cacing Annelida, atau yang dikenal dengan Class Hirudinia. Biasanya, ia hidup di dalam air yang tawar. Meskipun ada juga yang hidup di air asin bahkan di daerah yang kering di dalam hutan tropis dan sub-tropis yang segar.

Cacing Annelida hidup bercampur (bergerombol) dengan kelompok hewan vertebrata dengan cara melekatkan dirinya kepada tubuh hewan tersebut. Caranya dengan melakukan dua gigitan penyedot yang kuat yang terdapat di setiap ujung tubuhnya sambil menghisap darahnya. Atau, ia hidup seperti hewan pemangsa (buas) atau menempel pada hewan invertebrata dari jenis siput-siputan (kerang-kerangan). Allah swt telah mempersenjatai lintah pengisap darah tersebut dengan dengan berbagai bahan kimia untuk mencegah darah agar tidak beku supaya bisa dihisap sebatas kebutuhannya. Bahan itulah yang dikenal dengan hirudin. Dari sinilah diambil nama class hirudinia.

Sejak dulu hingga sekarang, lintah ini digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, yakni untuk menghisap darah yang berlebih untuk kebutuhan pasien. Dan hal yang menakjubkan adalah para peneliti embrio manusia pada abad ke-20; pada dua minggu awal menemukan kesempurnaan melekatnya kantong cairan panggul pada dinding rahim melalui plasenta (ari-ari) awal yang pada fase berikutnya akan berubah menjadi tali pusar (al-habl a-surriy). Dengan adanya kerapian proses pertumbuhan, banyaknya sel dan dimulainya susunan berbagai organ, terutama organ syaraf yang tampak dengan adanya tali (tulang) belakang, organ sirkulasi (peredaran) awal yang tercermin dengan adanya saluran hati dan sepasang aorta serta pembuluh darah.

Fase-Fase Embrio (Janin)
Dan pada awal minggu ketiga, embrio itu berubah bentuknya menjadi lonjong (pada hari ke-21 sampai hari ke-25) seperti lintah (leech) dari segi bentuk dan cara melekatnya. Karena embrio tersebut melekat pada dinding rahim dan memperoleh makanan dari darah sang ibu, seperti lintah yang menghisap darah indung tempat dia menempel. Dan deskripsi Al-Quran atas fase embrio manusia tersebut disebut sebagai (khlaqal insâna min `alaq) pada satu waktu yang belum ada satu media pun untuk mengungkap, membesarkan dan memotret (menggambar) fase pertumbuhan yang besarnya antara (7 mm), (3,5 mm) merupakan (benar-benar) sebuah mukjizat. Fase inilah yang disebut dengan fase pelekatan dan implantasi (the attachment and implantantion). Pada fase tersebut, blastula menjadi dekat dari selaput lendir (ghisyâ’ mukhâthiy) yang melindungi rahim hingga blastula tersebut dapat melekat pada bagian atasnya pada enam hingga tujuh hari dari masa pembuahan. Kemudian sel-sel luar dari blastula tersebut menggigit dinding rahim dan terimplantasi di dalamnya lewat perantaraan beberapa beludru kecil yang ada di dalam lautan darah. Dengan demikian, hubungan antara embrio dengan darah sang ibu terjalin secara langsung. Sehingga segumpal darah tersebut mendapatkan makan dari darah dan susu rahim yang disaring oleh ribuan kelenjar rahim.
Dan sekitar hari ke-12 atau ke-13 dari masa pembuahan ditutuplah celah (lubang) tempat masuknya blastula pada selaput diding rahim melalui sel-sel serabut (fibroma) dan darah, kemudian ditutup oleh sel-sel yang dibentuk untuk melapisi selaput lendir rahim. Setelah fase pertama, embrio melekat pada dinding rahim dan terimplantasi di dalamnya. Kemudian mulai terbentuklah selaput placenta (chorion) dalam membentuk sel-sel luar untuk balstula, sebagaimana terbentuknya penyambung antara embrio dengan selaput placenta. Di dalamnya tumbuh wadah-wadah darah placenta untuk makanan embrio untuk menguatkan pelekatan janin dengan dinding rahim.

Fase segumpal darah (`alqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24 atau ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun para ahli (professor) embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu cepat dan aktivitasnya dalam membentuk organ-organ tubuh. Mulailah tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya, yaitu mudhgah (mulbry stage).

Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio (janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada fase ini menyerupai biji murberi, karena terdapat berbagai penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga-rongga) di atasnya.

Realitanya, ungkapan Al-Quran lebih mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging yang dikunyah dengan gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah (rongga-rongga) dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat dengan kebenaran. Lubang-lubang itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ tubuh dan anggota-anggotanya.

Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa embro terbagi dua; pertama, sempurna (mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah: Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala) tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain. Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia terbentuk sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum terbentuk, seperti kedua lengan dan kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini adalah I’jâz `ilmiy yang terdapat di dalam Al-Quran. Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak digunakan kecuali di dalam Al-Quran.

Tiga kegelapan
Di dalam Al-Quran surat Al-Zumar ayat 6 Allah menerangkan bahwa janin manusia di dalam perut ibunya berada dalam tiga kegelapan (zhulumât tsalâts); “Dia (Allah) menjadikan kamu dalam perut ibumum kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan”.

Para penafsir (mufassirûn) periode awal menafsirkan kata zhulumât tsalâts (tiga kegelapan) di atas dengan kegelapan rahim, kegelapan kehildupan dan kegelapan alam kubur. Ini sangat jauh sekali dari ayat Al-Quran yang mulia tersebut, karena yang dimaksud oleh Al-Quran adalah kegelapan yang menyangkut fase janin di dalam rahim. Dan melalui ilmu anatomi kita mengetahui bahwa maksud dari ayat di atas adalah tiga membran (selaput) yang menyelimuti janin dalam masa (fase) perkembangannya di dalam rahim. Dan ini menafsirkan nash Quraniy tersebut dan sesuai dengannya (Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjari (ibid: 107).
Menurut Dr. Keith, ketiga kegelapan yang disebutkan dalam Al-Quran itu adalah; pertama, dinding depan perut ibu; kedua, dinding rahim; dan ketiga, selaput yang melindungi janin (membran amnion), yang disebut dengan the amnionic-chronic membrance (Dr. Dzakir `Abdul Karim, op. cit: 48).

Pendengaran dan penglihatan
Dalam Al-Quran kata al-sam`u (pendengaran, alat pendengaran/telinga) disebutkan lebih dulu daripada al-bashar (penglihatan/mata). Kenapa? Ini merupakan salah satu bentuk I’jâz Quraniy.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang Kami hendap mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat” (QS. Al-Insân: 2), ...dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati...”(QS. Al-Sajadah: 9) dan firman Allah; “Dan Dia telah menciptakan bagi kamu sekalian; pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” (QS. Al-Mu’minûn: 78).

Al-Quran menyebutkan kata al-sam`u sebelum kata al-bashardi dalam fase perkembangan janin. Hal ini memiliki hikmah medis yang sudah dikenal. Organ pendengaran janin terbentuk di dalam rahim sebelum terbentuknya organ penglihatan. Berbagai eksperimen (uji coba) pendengaran bahwa janin terpengaruh oleh suara-suara yang mengganggu dan oleh gemerincing suara jika didekatkan pada perut ibu. Sedangkan organ penglihatan telah terbukti bahwa janin tidak dapat melihat apa-apa selama dua atau tiga minggu bahkan sampai setelah lahir. Matanya memang dapat melihat (menoleh) ke kanan dan ke kiri, namun jika didekatkan sesuatu di depan matanya ia tidak dapat mengerdipkan matanya karena memang dia tidak dapat melihatnya. Sementara itu, bayi menoleh ketika mendengar sesuatu yang berisik (mengusik pendengarannya).
Dari penjelasan singkat di atas dapat ditarik sebuah konklusi bahwa Al-Quran bukan hanya sebagai kitab suci yang membacanya merupakan ibadah, namun ia juga merupakan sebuah kitab yang banyak mengandung tanda-tanda ilmiah. Hal ini semakin membuktikan bahwa Al-Quran itu benar-benar wahyu dari Allah, bukan buatan Muhammad saw. Fakta ini telah banyak dibuktikan oleh para ilmuwan Barat, seperti Maurice Bucaille, Moris Bokay dan yang lainnya. Dan akhirnya mereka mengakui keagungan agama Islam lalu memeluknya. (Cairo, 18 Desember 2004).

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar (QS. Fushshilat: 53)

Alhamdulillahirabbil`âlamîn wasshalâtu wassalâmu `alâ sayyidil awwalîn wa al-akhirîn. Rabbanâ mâ khalaqta hâdzâ bâthilan subhânaka faqinâ `adzâbannâr!
Qosim Nursheha Dzulhadi*

*Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Cairo-Mesir, Fakultas Ushuluddin-Jurusan Tafsir.
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved