|
Allah Beserta Orang-Orang Yang Sabar Oase Ilmu - Monday, 17 January 2005
Kafemuslimah.comSahabatku…
Izinkan aku menceritakan lima kisah teladan tentang ketabahan dalam menghadapi kesulitan. Kisah pertama, adalah kisah tentang Rasulullah Saw. Beliau dimasukkan ke dalam golongan Nabi ulul azmi karena telah mengalami cobaan dan penderitaan hidup yang sangat berat. Beliau pernah mengalami pemboikotan yang dilakukan kafir Quraisy, sehingga terpaksa harus makan daun-daunan atau jika tidak ada, beliau mengganjal perutnya dengan batu. Beliau pernah akan dibunuh oleh kafir Quraisy, namun dengan izin Allah usaha itu tidak berhasil. Beliau pernah di hina, di fitnah, dan di caci maki. Punggung beliau pernah dilumuri kotoran ternak oleh kafir Quraisy, padahal saat itu beliau sedang sujud shalat. Beliau pernah dilempari batu saat berdakwah di Thaif, hingga tubuhnya berdarah-darah.
Saat kembali dari Thaif, dengan perasaan sedih beliau berdoa kepada Allah dengan doa yang memilukan hati. Doa itu pun di dengar Allah, sehingga Allah mengutus malaikat Jibril As untuk menemuinya. Setibanya di hadapan Nabi, Jibril As memberi salam seraya berkata, “Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu.” Sambil berkata demikian Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada Rasulullah Saw.
Kata malaikat itu, “Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika engkau mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung ini akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan kami siap melaksanakannya.”
Mendengar tawaran itu, Rasulullah Saw dengan sifat kasih sayangnya bersabda, “Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”
Kisah kedua, adalah kisah tentang Bilal Ra. Bilal bin Rabah al-Habsyi Ra adalah seorang sahabat Nabi yang terkenal. Dia adalah seorang muadzdzin di masjid Nabawi. Sebelumnya, ia seorang hamba sahaya milik seorang kafir Quraisy, kemudian memeluk Islam. Keislamannya telah menyebabkan Bilal Ra mengalami banyak penderitaan dan kesengsaraan akibat perbuatan orang-orang kafir. Bilal Ra dibaringkan di atas padang pasir yang panas membakar ketika matahari sedang terik sambil menindihkan batu besar di atas dadanya, sehingga Bilal Ra tidak dapat menggerakan badannya sedikitpun. Umayah, majikannya, berkata, “Apakah kamu bersedia mati dalam keadaan seperti ini? Ataukah kamu mau terus hidup, dengan syarat kamu tinggalkan agama Islam?” Walaupun disiksa seperti itu, namun dia berkata, “Ahad! Ahad! Ahad!”.
Pada malam harinya, Bilal Ra diikat dengan rantai, kemudian di cambuk terus menerus hingga badannya luka-luka. Pada siang harinya, dia dibaringkan kembali di atas padang pasir yang panas. Tuannya berharap Bilal Ra akan mati dalam keadaan seperti itu. Orang kafir menyiksa Bilal Ra silih berganti, suatu kali Abu Jahal menyiksanya, terkadang Umayah bin Khalaf, bahkan orang lain pun turut menyiksanya juga. Mereka berusaha untuk menyiksa Bilal Ra dengan siksaan yang lebih berat lagi. Ketika Abu Bakar Ash Shiddiq Ra melihat penderitaan Bilal Ra, beliau segera membebaskannya.
Kisah ketiga, kisah tentang Khabbab bin Al Arat Ra, seorang sahabat Nabi yang tubuhnya penuh luka akibat siksaan yang pernah dialaminya. Ketika Umar bin Khaththab Ra menjadi khalifah, beliau pernah bertanya kepada Khabbab mengenai penderitaannya pada awal ia memeluk Islam. Sebagai jawabannya ia memperlihatkan parut-parut luka bagian belakang badan yang demikian rupa. Melanjutkan ceritanya Khabbab mengatakan bahwa dia pernah diseret di atas timbunan bara api sehingga lemak dan darah yang mengalir dari badannya memadamkan bara api tersebut.
Ketika Islam telah menyebar di segala penjuru, Khabbab sering duduk menangis sambil berkata, “Nampaknya Allah sedang memberi ganjaran atas segala penderitaan yang telah kita alami. Mungkin di akhirat nanti tidak ada ganjaran yang akan kita terima.”
Khabbab meninggal pada usia 37 tahun. Dia merupakan sahabat yang pertama kali dikebumikan di Kuffah. Pada suatu hari Ali bin Abi Thalib Ra melewati makamnya, beliau berkata, “Ya Allah, rahmatilah Khabbab. Dengan semangatnya dia telah memeluk Islam, dan dengan ikhlas dia telah menghabiskan waktunya untuk berhijrah, berjihad dan mengalami segala penderitaan.”
Kisah keempat, kisah tentang Ammar dan kedua orangtuanya. Ammar dan kedua orangtuanya termasuk ke dalam golongan kaum muslimin yang telah mengalami berbagai penderitaan akibat siksaan yang dilakukan oleh kafir Quraisy. Mereka disiksa di atas batu-batu dan pasir yang panas membakar. Yasir, ayah Ammar Ra, mati syahid setelah disiksa tanpa perikemanusiaan. Ibu Ammar Ra, yaitu Sumayyah Ra yang sudah tua pun ditikam kemaluannya dengan tombak oleh Abu Jahal sehingga meninggal dunia. Mereka tidak mau meninggalkan agama Allah walaupun disiksa dengan pedih. Sumayyah Ra adalah wanita pertama yang gugur sebagai syahidah karena mempertahankan agamanya.
Melihat kejadian itu semua, Ammar Ra merasa terpukul, dan bersedih, sehingga Rasulullah Saw merasakan kesedihan itu kemudian menghampiri Ammar dengan bersabda, “Ya Ammar, bersabarlah, sesungguhnya ayah-ibumu ada di surga.” Mendengar perkataan Rasulullah itu, hati Ammar pun menjadi tenang dan jiwanya merasakan kebahagiaan.
Kisah kelima, kisah tentang Zainab Al Ghazali. Beliau adalah sosok mujahidah terkemuka yang lahir di abad 20. Aktivis Ikhwanul Muslimin ini pernah mengalami berbagai bentuk siksaan dan penderitaan yang mengerikan, sebagaimana diceritakannya dalam bukunya yang berjudul Ayyamun Min Hayati (Hari-hari dalam kehidupanku). Buku tersebut menggambarkan hari-hari yang dilakukan oleh penulisnya selama di balik terali besi. Setiap huruf, kata, kalimat dan lembar yang terdapat di dalam buku tersebut adalah refleksi dari perasaan yang mendalam. Proses penyiksaan demi penyiksaan yang dialaminya, semua ia ungkap dalam buku tersebut. Dari buku itu terungkap, bahwa orang-orang yang telah menjalani masa penahanan, lebih mampu mengungkapkan penderitaan, kesabaran dan ujian yang dihadapinya. Bahkan, ia adalah orang yang paling mampu menggambarkan berbagai tragedi yang dialaminya melalui penanya yang ikut terluka.
Sahabatku…
Kisah-kisah di atas adalah hiburan bagi kita, hamba Allah yang lemah dan juga bagi mereka yang sedang ditimpa musibah dan sedang menerima berbagai bentuk ujian dan cobaan. Di banding dengan ujian, cobaan dan penderitan yang telah mereka alami, penderitaan yang menimpa kita belum seberapa, namun lihatlah wahai sahabat! Mereka ternyata mampu bersabar, bertawakal dan menyikapinya dengan tenang. Hingga pada akhirnya Allah meneguhkan kedudukan mereka dan memberikan kemenangan yang dekat kepada mereka, dengan kehidupan yang mulia atau mati syahid mendapatkan surga-Nya.
Chandra Kurniawan [ 0 komentar]
|
|