[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Salahkah Jika Hanya Menganggapnya Sebagai Kakak?
Uneq-Uneq - Saturday, 22 January 2005

Tanya: Asssalamu'alaikum

Saya seorang siswi kelas 3 sma di Yogyakarta. Saat ini saya sedang bingung. Saya adalah anak kedua dari lima bersaudara. kakak saya perempuan, 2 adiksaya juga perempuan, dan yang terakhir laki-laki. Sebenarnya saya pernah punya kakak laki-laki, tapi sudah meninggal sejak masih bayi. Hubungan aku dan kakakku tidak begitu baik, menurutku dia egois dan gaulnya dengan anak yang agak error. Aku kecewa sekali pada dia.

Di sma ini alhamdulillah saya mendapat sekolah yang imtaqnya insyaAllah mampu memanage ruhiyah saya. Di sini saya banyak ketemu dengan orang2 yang membuat saya lebih mengerti tentang din saya. Salah satu orang yang lumayan dekat adalah kakak kelas saya sewaktu smp. Dia seorang ikhwan, meski dah kuliah tapi sering datang ke sekolah soalnya dia mantan ketua ekskul yang sama dengan saya. Dia banyak nasehatin aku tentang banyak hal.

Ada yang mengatakan kalo perhatian dia ke saya beda dengan yang lainnya, meskipun status dia sebagai kakak kelas smp dan kakak dari teman saya pas smp. semula saya tidak ambil pusing. Tapi beberapa waktu lalu, dia sering SMS nanyain tentang ekskul kita, soalnya dia sibuk dengan kuliah dan jarang main ke sma. saya selalu membalas smsnya dan diapun begitu. tapi suatu saat, dia nggak lagi mbales sms saya, dihubungi juga susah. Saya jadi binging, apa ada yang salah dengan semuanya ? apa saya salah kalo saya mengangggap kakak padanya, sososok kakak yang meski saya punya tapi saya tak pernah merasakan kehadirannnya pada kakak saya ? bagaimana agar masalah ini tidak berlarut pada putusnya tali silaturahmi kami, karena kami terkesan saling meghindar.

jazakumulllah
wassalamu'alaikum
Bluz

Jawab:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ukhti B yang dirahmati Allah SWT

Menganggap kakak pada orang lain yang menduduki posisi senior, sebenarnya merupakan hal yang wajar-wajar saja.. Terlebih jika dia memang memperlihatkan sebuah sikap seorang senior yang baik, seperti memberikan bimbingan, mengayomi, menasehati dan melindungin. Saya pikir, sudah sepatutnya senior seperti ini kita perlakukan dengan baik dan penuh rasa hormat. Hanya saja, tetap ada sebuah kaidah baku yang tetap harus diperlakukan berbeda dalam hal ini. Khususnya dalam pandangan Islam. Islam menganggap bahwa siapapun, siapapun, yang bukan Mahrom, sebaiknya tetap menghormati rambu-rambu pergaulan pria dan wanita seperti yang telah diatur oleh syariat (silahkan baca artikel “Pranikah Yang Syar’i” serta artikel “Pergaulan Pria dan Wanita” di rubrik uneg-uneg ini).

Jangankan pergaulan antara mereka yang berbeda jenis kelamin dalam hubungan senior dan junior di sebuah ikatan organisasi, dalam ikatan keluarga pun, Islam menghendaki kita untuk tetap berhati-hati. Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi kita, Rasulullah SAW, yang bersabda:
“Jangan kamu masuk ke tempat wanita.” Mereka (sahabat) bertanya,”Bagaimana dengan ipar wanita?” Beliau menjawab, “Ipar wanita itu membahayakan.” (HR Bukhari).

Artinya, meski kamu amat menyukai seseorang, menyayangi seseorang dan atau hingga menganggap dia sebagai “ganti” kakak kamu, tapi selama dia berbeda jenis kelamin denganmu, dia tetap bukan kakak kamu. Kamu tidak bisa bermanja-manja, berkeluh kesah, bersenda-gurau dan bercurhat ria dengannya seperti yang bisa dilakukan seorang adik pada kakaknya, atau seorang anak pada orang tuanya (saya garis bawahi karena sering sekali terjadi salah paham di antara adik-adik muslimah sekalian, yang memperlakukan salah pada orang lain karena ingin punya pengganti kakak lelaki atau ingin punya pengganti ayah, entahlah jika ada kasus yang ingin punya pengganti kakek, saya belum pernah dengar, tapi ketiganya sama saja).

Mereka semua tetap orang lain yang non Mahrom denganmu artinya, kamu bisa saja menikah dengannya, atau mereka berhak jatuh cinta karena sikap yang kamu tampilkan tersebut, atau kalian berdua bisa terjerumus ke dalam pergaulan intim laki-laki dan perempuan. Terkecuali jika kamu memang dari awal memang bercita-cita untuk mengubah status tidak resmi kakak/ayah/kakek menjadi status resmi “suami”. Yah. Terserah jika itu memang ingin kamu lakukan, toh tanggung jawab di dunia dan akherat ada di tanganmu.

Kembali pada kasusmu. Saya pikir, kakak seniormu itu, karena terlalu akrab denganmu mulai merasakan sebuah hal yang tidak dia inginkan terjadi. Itu sebabnya dia memerlukan waktu untuk menghindarimu sementara waktu agar perasaan tersebut netral kembali dan kalian bisa bergaul secara “professional” kembali.

Hmm. Saran saya, beri kesempatan untuk dirinya dan dirimu agar kembali memperbaiki niat kalian masing-masing. Jika memang hubungan yang terbina adalah antara senior dan junior, yah, kembalilah pada hubungan tersebut dengan cara-cara yang memenuhi syariat agama kita. Jangan berlebihan . Kalau kamu terus mendesak agar dia mau menerima keinginanmu agar mau dianggap seperti kakak, rasanya kurang tepat juga. Mungkin lebih baik kamu mencari pengganti kakak yang sesama muslimah (sebenarnya lebih asyik loh, punya sohib sesama muslimah, karena biasanya persahabatannya bisa lebih awet hingga kalian sama-sama sudah berumah tangga dan beranak-cucu). Segitu dulu deh.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved