[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Dusta Dapat Menjauhkan Iman
Wanita Bertanya Ulama Menjawab - Sunday, 30 January 2005

tanya
Saya heran terhadap seorang muslim yang rajin melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, tetapi tidak memelihara dirinya dari berbuat dusta. Apakah orang tersebut dapat dikategorikan sebagai orang saleh?

jawab
Bohong termasuk akhlak yang buruk, bukan merupakan akhlak orang-orang saleh dan orang-oran gmukmin. Dusta jug amerupakan akhlak orang-oran gmunafik. Nabi saw. bersabda:

"Tanda-tanda orang munafik ada tiga: apabila berkata ia berdusta, apabila berjanji iaingkar, dan jika diamanati ia berkhiatanat." (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan, dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Ada empat perkara yang apabila keempatnya terdapat pada diri seseoran gmaka dia tergolong munafik, dan barangsiap ayang pada dirinya terdapat salah satu dari keempatnya berarti pada dirinya terdapat perangai nifak sampai ia meninggalkannya, yaitu apabilaberkata ia berdusta, jika diamanati ia berkhianat, apabia berjanji ia pungkiri, dan apabila berdepat ia lacur."(HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa'i)

Oleh karena itu, dusta bukanlah akhlak orang mukmin, bahkan sifat ini merupakan perangai orang munafik, yang senantiasa berbuat dusta dan memperkuat kebohongannya dengan sumpah, sehingga kelak pada hari kiamat mereka akan berdusta di hadapan Allah dan bersumpah terhadap-Nya sebagaimana bersumpah terhadap kaum muslimin sewaktu di dunia. Mereka mengira bahwa dengan bersikap seperti itu berada pada posisi yan gmenguntungkan, padahal mereka hanyalah orang-oran gyang berdusta, Allah berfirman:

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (An Nahl:105)

Rasulullah saw. pernah ditanya, "Apakah mungkin oran gmukmin itu penakut? " Beliau menjawab, "mungkin." Orang itu bertanya lagi "Apakah mungkin dia bakhil?" Belia Menjawab, "mungkin." Kemudian orang itu bertanya lagi, "Apakah mungkin dia penudsta?" Beliau menjawab, "Tidak Mungkin." (HR Malik)*

Di antar manusia ada yang lemah jiwanya, penakut, dan mudah terkejut. Di antara mereka ada pula yang bakhil, dikenal sebagai orang an gkikir dan suka menggenggam erat-erat hartanya. Kedua sifat ini kadang-kadang menjadi sikap dan waktak manusia. Tetapi dusta tidak mungkin ada pada seseorang jika tidak diusahakan. Inilah yang diperhitungkan dengan sungguh-sungguh oleh Rasulullah saw. dan dilarang keras oleh beliau. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah bersabda:

Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran itu akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan akan menuntun ke surga. dan tidak henti-hentinya seorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang ang juur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu akan menuntutn kepada kedurhakaan, dan kedurhakaan itu akanmenuntutn kepada nereaka. Dan seseoran gang tidak henti-hentinya berbuat dusta dan memilih dusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta." (HR Bukhari dan Muslim)

Kejujuran merupakan sifat dan kebiasaan yang diperoleh dengan usaha, perjuangan, latihan, dan membiasakan diri. Karena itu hendaklah seorang muslim membiasakan anak-anaknya sejak kecil berlaku jujur dan melarang mereka berdusta, sehingga suatu kali Nabi saw. pernah menegur seseoran gyang berkata kepada anak-anaknya: "Anak kuberi kalian begini dan begini." Lalu Rasulullah bertanya kepada orang itu, "Apakah engkau berniat akan memberinya?" Dia menjawab, "Tidak." Maka beliau bersabda, "Hendaklah engkau beri, atau engkau buktikan perkataanmu terhadapnya, karena Allah melarang berdusta." Dia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ini termasuk berdusta?" Beliau menjawab, "Ya sesungguhnya sega sesuatu itu ditulis, suatu dusta ditulis sebagai dusta, dan kebohongan kecil juga ditulis sebagai kebohongan kecil." (HR Ahmad dan Ibnu Abid Dunya)

Dusta atau kebohongan itu sudah barang tentu bertingkat-tingkat. Kalau bahanya lebih besar, maka larangannya lebih keras, dan dosanya lebih besar pula. Karena itu ada kebohongan yan gdianggap dosa besar dan ada kebohongan yang dianggap sebagai dosa kecil. Nabi saw. bersabda:

"Ada tiga orang yang tidak adakan dilihat dan disucikan oleh Allah pada hari kiamat, dan kelak mereka akan mendapatkan azab yang pedih, yaitu orang tua yang suka berzina, raja yang suka berdusta, dan orang miskin yang sombong"(HR Muslim)

Orang-orang yang disebutkan dalam hadits tersebut adalah mereka yang melakukan kemaksiatan tanpa keperluan. Oleh sebab itu, raja atau pemimpin yang suka berdusta, yang membohongi rakyat --padahal seharusnya ia menjadi teladan yang baik-- dosanya sangat besar. Begitu pula orang yang sudah mencapai usia lanjut tetapi masih tetap berzina; dan orang fakir yang sombong, tidak mau mendengar nasihat dan pengajaran tentang kebaikan

Dr Yusuf Qardhawi
disarikan dari Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 1
Gema Insani Pers

*Hadis ini diriwayatkan secara mursal dari Shafqan bin Salim
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved