|
TKI ILEGAL Muslimah & Media - Wednesday, 23 February 2005
Kafemuslimah.com Setiap kali media massa membahas tentang kasus para Pahlawan Devisa Indonesia selalu ada perdebatan yang cukup hangat di antara teman-teman saya. Khususnya ketika membahas tentang kasus para TKI Ilegal dari Malaysia. Sebagian ada yang mencaci para TKI Ilegal tersebut dan mengatakan bahwa para TKI Ilegal tersebut tidak pantas untuk dikatakan sebagai Pahlawan Devisa. Sepertiganya lagi, menaruh simpati pada masalah mereka dan sisanya tidak peduli.
Mengapa terbelah pendapatnya? Entahlah. Mari kita simak alasan masing-masing pihak mengenai pendapatnya tersebut.
Yang pertama adalah pendapat mereka yang berpendapat bahwa para TKI Ilegal ini patut dikasihani. Secara garis besar, mungkin sebelumnya perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan TKI Ilegal ini adalah para pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri tanpa melalui jalur-jalur yang resmi pemerintah, masuk negara orang lain tanpa ijin, bekerja di sana juga tanpa mengantongi ijin dari siapapun. Itu sebabnya mereka disebut illegal.
Kebetulan, saya pernah bertemu dengan TKI Ilegal ketika saya ada di Malaysia. Dari obrol punya obrol, mereka bercerita bagaimana mereka bisa jadi TKI Ilegal. Mereka bisa masuk ke negara Jiran tersebut dengan visa turis. Seperti kita ketahui, hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia memang terjalin dengan baik sebagai sesama negara ASEAN. Maka, dikenakanlah ketentuan bebas Visa (tidak dipungut biaya untuk masuk negara tersebut). Proses masuk negara tersebut kian mudah jika saja kita bisa menunjukkan pada pihak imigrasi bahwa kita punya uang sebesar RM 2000 ringgit, dan juga punya sanak saudara yang tinggal disana. Jika yang terakhir ini tidak ada, proses di imigrasi akan lancar jika kita bisa menunjukkan bahwa kita tahu akan tinggal dimana setelah tiba di Malaysia (bisa menyebutkan nama tempat untuk tempat tinggal).
Setelah lolos dari imigrasi, maka urusan selanjutnya adalah mencari pekerjaan. Awalnya, ijinnya memang turis. Tapi ijin turis ini hanya berlaku selama satu bulan saja. Seterusnya tentu saja harus diperpanjang. Hanya saja, karena cari kerja sana kerja sini menghabiskan biaya, maka uang untuk memperpanjang ijin tinggal pun menipis. Apalagi tidak ada alasan kuat mengapa ingin memperlama tinggal disana. Belum lagi rasa malu jika harus pulang kampung lagi tanpa membawa apa-apa (belum balik modal euy). Nah, disinilah awal mula status berubah menjadi illegal.
Bisa dapat pekerjaankah dengan status seperti ini? Jawabnya, bisa. Tapi dengan resiko yang amat riskan. Yaitu dengan cara masuk kerja lewat jalur teman sesama TKI. Mungkin dijadikan pembantunya teman, atau asistennya, atau kerja part time yang tidak ada kesepakatan hitam putih tapi hanya berdasarkan pada saling percaya omongan saja. Misalnya, Si A kerja pada B. B sendiri statusnya adalah bawahan resmi. Sebagai bawahan resmi, B tentu dapat gaji tertentu tapi karena alasan kemanusiaan dan kasihan, B menyisihkan sebagian uangnya untuk A. Jumlahnya sesuka B. Jika tiba-tiba ada pemeriksaan (razia), maka B tinggal mengatakan pada A agar segera menyingkir dan bersembunyi. Tapi itu jarang sekali terjadi. Lebih banyak terjadi pemutusan hubungan secara sepihak dan mendadak yang terjadi. Tiba-tiba saja B yang tadinya teman baik, berubah menjadi sosok tidak dikenal. Ini dilakukan karena B juga tidak mau statusnya sebagai TKI dikutak-katik oleh petugas di Malaysia. Dan itulah yang dialami oleh si TKI Ilegal kita.
Lalu kemana perputaran uang yang beredar di sekitar mereka? Uang yang berputar tersebut, karena jumlahnya kecil, tentu saja larinya hanya disekitar mereka saja. Habis untuk makan, sewa tempat tinggal, ongkos transport, dll. Pajak, fee, sumbangan untuk kampung asal, sama sekali tidak ada. Ini sebabnya ada pihak yang berpendapat bahwa mereka yang bekerja Ilegal tidak pantas disebut sebagai pahlawan Devisa!
Sekarang mari kita lihat apa yang terjadi pada mereka yang menjadi TKI Ilegal tersebut. Untuk tidur, mereka umumnya terpaksa harus tidur di tempat yang seadanya. Kadang tidur tanpa hijab antara pria dan wanita. Ini karena umumnya mereka patungan untuk menempati sebuah bedeng yang amat sederhana. Memasak di dapur yang amat darurat dan kegiatan MCK dilakukan di WC darurat. Satu WC bisa digunakan untuk lebih dari sepuluh orang sekaligus. Akibatnya, keadaannya amatlah memprihatinkan.
Untuk makan pun, karena uang yang ada amat tipis, maka mereka makan seadanya. Untuk mereka yang bekerja secara legal, umumnya dalam sehari mendapat upah sebesar RM 70 sehari untuk masa kerja 6 hari (jadi dalam seminggu mendapat RM 420, atau sekitar Rp 800-900 ribu seminggu). Dipotong untuk sewa rumah, listrik, transport, dll, maka pendapat bersih mereka sekitar RM 300 seminggu atau sekitar Rp 600.000 seminggu. Itu untuk mereka yang legal. Kelebihan uang yang mereka terima, umumnya mereka kirim kembali untuk keluarganya di Indonesia. Oleh keluarga mereka di Indonesia, uang tersebut digunakan untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Beli rumah, sawah, perhiasan, kendaraan bermotor, dan sebagainya. Desa pun menjadi semarak dan perekonomian di kampung-kampung pun mulai bergeliat. Inilah mengapa para TKI Legal disebut sebagai Pahlawan Devisa. Hal berbeda terjadi pada para TKI Ilegal.
Keluarga mereka di kampung/desa menanti kabar dengan harap-harap cemas. Beberapa di antara mereka terlilit hutang yang tidak sedikit. Maklum, karena berangkat sendiri, maka mereka mencoba mengakali ketentuan bebas visa dengan cara meminjam uang sana sini dengan harapan semua hutang tersebut akan lunas jika mereka sudah dapat pekerjaan di luar negeri. Padahal kondisi para TKI sendiri pun terlunta-lunta. Inilah alasan pihak yang menaruh rasa prihatin pada nasib mereka.
Sebenarnya, apa sih yang menyebabkan hal ini terjadi?
Saya mengalami perdebatan dengan beberapa teman. Tampaknya, susahnya mencari pekerjaan di dalam negeri dan sulitnya mendongkrak perekonomian keluarga adalah alasan utama kasus terjadinya TKI Ilegal. Banyaknya jalus yang harus dilalui untuk menjadi TKI juga menjadi kendala. Maklum, calon TKI kurang dana dan ilmu untuk lolos dari seleksi ini sedangkan para petugas sering bertindak arogan dengan mempersulit jalur resmi yang ada. Harapan para petugas ini sudah bisa ditebak, agar para calon TKI tersebut bersedia melirik jalur tidak resmi yang dijanjikan lebih murah, mudah dan cepat. Ditambah satu lagi hal yang tampaknya kurang diangkat oleh media massa. Yaitu, mental bangsa kita yang sedikit kanibal.
Jika saja kita semua mau jujur merenung dan merunut untuk membongkar kesalahan hingga terjadinya kasus TKI Ilegal. Kita semua patut malu. Ternyata, dari ujung ke ujung, orang Indonesia sendiri yang bersalah dan pantas untuk disalahkan. Tapi, rasanya sudah menjadi sifat orang Indonesia untuk tidak mau disalahkan begitu saja. Jadi, jika disalahkan, maka yang pertama kali dilakukan adalah menuding orang lain sebagai pihak yang juga bersalah atau malah dituding lebih bersalah ketimbang dari dirinya.
Seperti misalnya ketua DPR yang langsung bereaksi mengatakan bahwa Malaysia seharusnya bertindak sebagai tetangga yang baik dalam memberi sikap terhadap para TKI Ilegal. Atau beberapa pejabat lain yang mengatakan Malaysia seharusnya fair, dimana mereka seharusnya juga menindak orang Malaysia yang nakal.
Lalu apa ada tindakan terhadap Departemen Tenaga Kerja yang bisa jadi banyak tikusnya hingga TKI Ilegal bisa terjadi? Lalu apa ada tindakan untuk mengusut jalur yang dilalui oleh para TKI Ilegal tersebut? Atau mengusut seluk beluk yang menyebabkan para TKI Ilegal ini bisa terus terjadi?
Jawabnya belum ada. Yang ada dan ramai dibicarakan di Koran-koran sekarang ini hanyalah soal sentimen beberapa pihak terhadap tindakan tegas Malaysia pada para TKI kita yang dipulangkan kembali ke Indonesia.
Saya, yang merasa pernah berada di Malaysia untuk beberapa saat yang lalu, terpaksa harus mengelus dada. Kesal. Kenapa yah kita tidak mau sejenak saja melihat dan mencurigai diri kita sendiri apakah telah khilaf atau tidak.
Alhamdulillah pembicaraan yang terjadi dalam lawatan Presiden SBY ke Malaysia membuahkan hasil positif. Setidaknya, ada kesepahaman bahwa tindakan Malaysia mengusir para TKI Ilegal itu dilakukan justru untuk kebaikan para TKI sendiri.
Mereka yang bekerja legal, bisa bekerja dengan tenang; memperoleh penghasilan resmi dan memperoleh perlindungan hukum yang resmi. Hasilnya, mereka bisa meningkatkan ekonomi keluarga, sanak famili dan pada akhirnya menjadi Pahlawan Devisa.
Mungkin memang harus disebarkan bahwa segala sesuatu yang “easy come could be easy go”. Segala sesuatu yang benar itu memang terkadang memerlukan kesabaran ketika menitinya. Dan ini berlaku untuk banyak hal di dunia ini. Selalu ada cobaan dan ujian yang harus dilalui sebelum hasil yang manis dikecap. Sedangkan jalan pintas, meski awalnya terasa mudah, terkadang kesulitan dan bahaya besarnya akan terlihat justru ketika kita sedang terlena dalam kenikmatan semunya.
Semoga kita semua dikaruniai kesabaran dalam menempuh jalan orang-orang yang menempuh jalan selamat dan terhindar dari jalan-jalan orang-orang yang disesatkan Allah. Amien.
---- Jakarta, mid Februari 2005 ([email protected])
penulis: ade anita
[ 0 komentar]
|
|