[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Dia Milik Sayakah?
Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004

“Mbak, ntar ikutan jemput di Balikpapan ya, pliss ???”, ucap saya di telpon

“Hmm …… liat² sikon ya ???”, satu suara di seberang sana menjawab

Lihat sikon ??? saya hanya terdiam. Berarti kemungkinan kecil bisa terwujud.

Saya sadar wartawan satu ini nggak punya waktu luang yang banyak.

“Libur sehari aja mbak, ayolahh !!”, saya masih berusaha membujuknya.

“Ya nggak bisalah dek. kan harus ngejar berita”.

Rontok semua harapan.

Padahal saya ingin bertemu dia pertama kali begitu kaki saya menginjakkan di kota kelahiran kami. Ya … saya begitu merindukannya setelah hampir setahun nggak ketemu. Dia menjadi orang terdekat kedua setelah mbak saya yang sulung menikah. Apalagi kami sama² akhwatnya (perempuan gitu maksudnya). Dan sekali lagi saya harus tahu diri, pekerjaannya yang nggak kenal waktu itulah, yang membuat dia merasa keberatan kalau ikutan menjemput.

Saya juga nggak bisa mengharapkan kakak sulung saya. Ummahat itu sudah cukup sibuk dengan bayi kecil dan pekerjaannya sebagai guru.

“kan masih ada mas yang jemput kita tho dek ??”, kata ibu, waktu saya menceritakan kejadian ini.

“mas nggak seru bu “, saya beralasan.

Lha Â…emang bener kan ?? mana ada cowok yang seru diajak ngobrol dunia perempuan dan seisinya (hehehe ..gender neh).

Kakak laki² saya hanya nyambung kalo diajak ngobrol soal program komputer, sepak bola, basket, film dragonball, dan ngutak atik mesin. Benar² dunia lelaki sejati. Bahkan dulu saya pernah dibangunkan jam 12 malam sama mas, gara² dia ngajak nonton Formula-1 di tivi. Masya Allah … kirain bangunin untuk qiyamul lail.

“Gak enak nonton sendirian, dek. Makanya mas bangunin kamu”, alasannya.

“Alasan kok gak syar’i banget sih ”, gerutu saya dalam hati. walopun saya menemaninya nonton, hingga akhirnya œ jam kemudian saya tertidur lagi. Soalnya sebelum itu saya baru aja nemenin dia nonton sepak bola. Waaaaaa … Tolonggg ….. kan masih ngantuk Oom.

Melihat kesibukan kakak² saya semua. Saya seperti melihat cermin diri. Teringat dulu. Waktu masih kuliah penuh, saya jarang sekali pulang (sekarang juga masih jarang pulang ..hehehe). Sampai² mbak saya (sewaktu dia masih di jawa) menelpon dan meminta saya pulang akhir pekan itu juga. Tentu saja saya bingung. Agenda saya penuh sekali. Apalagi pas ada daurah di akhir pekan. Nggak mungkin dicancel. Akhirnya saya bargaining dengan dia. Saya akan pulang pekan depan berikutnya tapi itupun nggak bisa lama². Ada jawaban setuju di seberang telpon tapi disertai nada kecewa.

“Afwan .. mbak, saya milik umat”, saya hanya bisa mengucapkan itu dalam hati.

Dan sekarang ??? seakan² kondisi itu terbalik. Suatu hal yang lumrah jika kita berharap bisa bertemu dengan orang² yang kita cintai, mereka selalu berada di samping saat kita membutuhkannya.

“jangan egois, kita berharap dan terus meminta. Sedangkan kita jarang sekali memberi. Adilkah itu ?”, kata teman saya.

Jangan egois. Memang betul. Secara tidak sadar. Kita terlalu banyak menuntut, tapi kita tidak banyak memberi. Kita ingin dicintai orang², tapi kita jarang memberikan sayang kepada yang lain. Kita ingin diperhatikan sekitar, tapi kita sering melalaikan sekeliling.

“Dunia ini bukan milikmu, dek”, ungkap salah satu ‘mbak’ saya di kota lain.

She’s right. Dunia memang bukan milik saya sendiri. Terutama mbak saya. Wartawan yang kocak dan lucu itu bukan milik saya lagi sekarang. Dia sudah bersama² dunianya yang lain. Dunia kami berbeda.

Saya harus tetap dan selalu menyadari kenyataan ini. Menyadari bahwa orang² yang saya cintai bukan milik saya sepenuhnya. Dan inilah yang akan membuat saya mengerti tentang segalanya.

“Percayalah dek, walau kita jauh. Mbak tetap sayang kamu”. Ungkapan yang sederhana tapi manis.

“I miss u sist …. always”. Setetes air mengalir.

(Malang Â….. setangkup kerinduan yang sekian lama terpendam)
muth_mlg
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved