|
Takoyaki Oh Takoyaki Jurnal Muslimah - Sunday, 06 March 2005
Kafemuslimah.com Jarum jam menunjukkan pukul setengah delapan malam ketika kudengar telpon berdering. Si kecil yang tengah asyik dengan buku bergambarnya segera berlari meraih gagang telpon.
“Hallo…Assalamu’alaikum…Ayah, ini Ayah?” sapanya riang.
Selanjutnya ia asyik berceloteh dengan ayahnya meski sebagian kalimat yang diucapkannya masih belepotan tak beraturan. Kudengar ia menyebut-nyebut donat di tengah percakapannya. Hmm…pasti ayahnya tengah menanyakan oleh-oleh yang dia inginkan. Benar saja, ketika gagang telpon beralih ke tanganku kudengar di ujung sana ayah anakku itu bertanya,
“Bunda, donat yang bisa dimakan yang rasa apa sih?”
“Mmm…khabar terakhir sih yang bisa dimakan tinggal dua jenis saja.
Yang Home Cut sama yang..duhh..satunya lagi Bunda lupa.
Tapi itu juga mesti ditanyain lagi di counternya, soalnya mereka kan ingredientnya suka berubah sewaktu-waktu,” jawabku.
“Oo..ya sudah bilangin sama Adek, donatnya diganti yang lain aja deh..” ujar suamiku.
Telpon kuberikan lagi pada si kecil dan kudengar tawar menawar di antara keduanya. Akhirnya disepakati untuk membeli Takoyaki sebagai oleh-oleh untuk buah hati tersayang. Makanan berbentuk bulat dengan bahan dasar tepung dan tako ini memang cukup menggugah selera. Dilengkapi dengan siraman saus di atasnya, mmm…benar-benar nikmat. Dengan mengeluarkan uang limaratus yen, satu porsi Takoyaki berisi sepuluh bulatan siap untuk dinikmati.
Setengah jam kemudian yang dinanti pun tiba. Si kecil melonjak kegirangan menyambut kedatangan ayah tercinta. Tak sabar ia menunggu sang ayah membersihkan diri di kamar mandi.
“Takoyaki…Takoyaki…” ujarnya sambil berjalan mondar-mandir dari dapur ke arah kamar mandi. Begitu ayahnya keluar dari kamar mandi ia langsung menarik tangan sang ayah.
“Makannya di dapur aja yuuk…sambil nemenin Bunda bikin Risoles” kata suamiku.
Berdua mereka duduk di hadapanku yang tengah sibuk berkutat dengan setumpuk dadar dan sepiring ragout. Namun tak seperti biasanya, malam itu kulihat suamiku begitu serius mengamati tulisan yang ada di kemasan Takoyaki itu.
“Kenapa Yah, ada yang mencurigakan?” tanyaku sambil tetap asyik menggulung Risoles.
Kudengar suamiku menghela nafas dan,
“Nak, gomen ne.Takoyakinya nggak bisa dimakan. Ayah baru tahu kalau sausnya itu pakai campuran shiro wine,” lirih suara itu tapi cukup membuatku tersentak.
Tangan mungil yang telah siap dengan sepasang sumpit urung terulur. Seketika mendung menggelayut di bening bola matanya.
“Nggak bisa dimakan…” terbata bocah mungil itu menggantung kalimatnya.
“Iya Sayang, nggak bisa dimakan. Ada winenya,” aku mengulang ucapan sang ayah.
“Sini Sayang, sini Ayah peluk,” suamiku meraih si kecil yang masih terpaku ke dalam pelukannya.
Tiba-tiba, “Ha..ha..ada wawinnya! Nggak bisa dimakan!!” kudengar tawa bocah mungil itu memecah sunyi.
“Bukan wawin Nak, w..a..i..n..” ujarku.
“Ha..ha…w..a..i..n..” masih dengan tawa mulut mungil itu mengeja kata.
Aku dan suamiku berpandangan menyaksikan polah yang tak terduga sebelumnya.
“Tolong Sayang, Takoyakinya dibuang aja ke tempat gomi,” ujar suamiku sambil mengulurkan kemasan takoyaki yang masih tertutup rapi.
Tanpa ragu tangan mungil itu membuang Takoyaki yang sudah jelas tak bisa kami makan. Ada keharuan yang menyelinap saat kulihat betapa sosok mungil itu mampu menutupi rasa kecewanya dalam sekejap. Aku tahu dia kecewa, karena makanan yang diidamkannya tak memenuhi syarat kehalalan. Namun telaga tak sempat tumpah, meski sempat kudapati kristal bening di pelupuk matanya. Alhamdulillah...
Kudengar suamiku berkata, “Kita ke Food Center aja yuuk…kita cari penggantinya.”
“Ke Food Center aja, cari gantinya,” bocah mungil itu mengulang perkataan ayahnya.
Sejurus kemudian mereka berdua berjalan bergandengan menuju Supermarket di depan apartemen kami.
“Hati-hati ya…Insya Allah nanti Bunda gorengin Risoles,” ujarku ketika melepas mereka di depan pintu.
Sambil menggoreng Risoles pikiranku sibuk menebak-nebak.
“Apa dari dulu ya..itu Takoyaki sausnya dicampur wine..? Atau memang baru-baru ini…? Tapi kalau sudah dari dulu, masa sih temannya si Ayah merekomendasikan tukang Takoyaki yang ini..?! Jangan-jangan...”
Sesaat aku tersadar, tak seharusnya aku menduga-duga apalagi sampai berprasangka buruk terhadap orang lain. Seyogyanya kami lebih teliti dan berhati-hati ketika membeli makanan dan minuman di negeri orang ini. Meski membaca ingredient yang tertera di setiap kemasan itu cukup melelahkan, tapi kami tak boleh jemu. Karena dengan cara itulah kami bisa menjaga perut kami dari makanan ataupun minuman yang diharamkan.
Astaghfirullah....Astaghfirullah...
Duh..Robbi..ampunilah kelalaian dan kekhilafan kami selama ini.
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (Q.S. Al-Maidah 90) "
(Bumi Sapporo 01032005, Bunda Iyan)
Catatan :
Tako : gurita
Gomen ne : maaf ya
Shiro : putih
Gomi : sampah [ 0 komentar]
|
|