[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Perbedaan di antara Dua Keluarga Besar
Muslimah & Media - Friday, 18 March 2005

Kafemuslimah.com Nuklir. Entah mengapa, setiap kali mendengar kata yang satu ini, bisa jadi yang terbayang di depan mata adalah ledakan besar yang menimbulkan korban manusia yang banyak dan parah. Padahal, seorang teman saya mengatakan bahwa nuklir itu tidak harus disikapi dengan image seperti ini saja. Nuklir juga merupakan salah satu sumber energi yang bisa membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia seperti halnya air, angin, gas bumi, minyak bumi dan sebagainya.

Waktu saya duduk di bangku SD, pernah ada sebuah film science Fiction yang amat sangat membekas dalam benak saya. Bisa jadi karena ini film dengan penggambaran yang amat dramatis untuk masa itu (era delapan puluhan awal), setidaknya bagi anak SD seperti saya ketika itu. Judulnya, "The Day After". Pernah ada yang nonton nggak atau tahu nggak yah? (soalnya dah lama banget juga sih). Di film itu, digambarkan apa yang akan terjadi jika saja sebuah perang dunia ketiga terjadi.

Dimana-mana, yang namanya perang kan selalu menggunakan senjata. Jika di perang dunia pertama yang digunakan adalah senapan-senapan otomatis yang sekali tembak bisa membunuh langsung beberapa orang sekaligus dengan bantuan stand gunnya, maka di perang dunia kedua senjata yang digunakan itu tentu saja lebih canggih dari yang digunakan di PD I. Mulai digunakan senjata yang lebih dasyat: BOM! Yah, dimulai dengan menjatuhkan bom di Pearl Harbour lalu berakhir dengan Bom Atom yang membumi hanguskan Hiroshima dan Nagasaki.

Lalu senjata apa yang diprediksikan akan digunakan jika saja sebuah perang dunia ketiga terjadi? Senjata Nuklir!. Nah, film "The Day After" ini menayangkan perkiraan apa yang akan terjadi jika saja perang nuklir meletus. Pertama-tama, tentu saja ledakan dasyat yang diikuti oleh sebuah cendawan api. Semua yang tersambar langsung gosong hingga tulang belulang dan tengkoraknya hangus menjadi abu (mirip dengan penggambaran yang terjadi di film era 90-an, The Terminator II-nya Arnold Swazeneger). Manusia, binatang, rumah, gedung serta pepohonan, seluruhnya. Tak ada yang tersisa. Betulkah? Nggak juga. Karena, di antara mereka ada juga orang-orang yang tetap selamat karena sesuatu hal yang tidak disengaja. Seperti jika kebetulan sedang turun ke gudang bawah tanah, atau keluarga yang memang cukup paranoid hingga sejak beberapa waktu sebelumnya sudah memutuskan untuk memiliki rumah di bawah tanah atau memilih tinggal di lubang-lubang perlindungan di bawah tanah. Tapi, mereka tidak sepenuhnya aman dari letusan bom nuklir. Barang-barang dan udara yang tersisa masih tercemari oleh sisa radio aktif. Akibatnya, makanan yang dimakan justru malah menyebabkan usus di dalam perut kita langsung membusuk. Air yang diminum langsung menggosongkan leher. Selanjutnya udara yang menyentuh kulit, langsung menyebabkan kulit berkerut, menghitam dan terkelupas. Uh, pokoknya serem banget deh. Dan lagi-lagi, sebagai anak SD yang baik (hehehe), pikiran saya mendramatisirnya secara berlebihan.
"Wah, perang nuklir saja sedasyat itu, apalagi kiamat nanti?" ... Lalu dimulailah ketakutan akan kiamat merasuki pikiran anak kecil saya. Lalu dimulailah ketakutan atas betapa dasyatnya kemarahan Allah yang akan menurunkan azab pada hambaNya yang berdosa (lah, perang nuklir yang buatan manusia ajah sebegitu dasyat apatah lagi maha karya dari Yang Maha Berkuasa?). Bisa jadi, gambaran prediksi akibat perang inilah yang membuat banyak orang begitu ngeri jika mendengar sebuah ujicoba nuklir sedang dikembangkan. Dan inilah yang sepertinya membuat reaksi keras muncul terhadap segala macam usaha untuk mengembangkan nuklir.

Masih ingat kan bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat kebocoran reaktor nuklir dahulu di Chernobyl, Rusia sana beberapa tahun yang silam? Hingga sekarang, kata sebuah sumber berita di internet, anak-anak yang dilahirkan masih mengalami penderitaan karena mengalami kecacatan sejak dalam kandungan. Akhirnya, dunia sepakat untuk tidak mengembangkan senjata nuklir.

Aman? Nanti dulu. Meski disadari betapa dasyat akibat yang dihasilkan dari sebuah reaksi nuklir, tapi ada kesadaran lain. Yaitu bahwa nuklir merupakan energi alternatif yang besar. Juga kesadaran bahwa bisa digunakan untuk senjata yang dasyat bagi "melindungi diri". Akhirnya, banyak negara di dunia yang mulai melirik untuk mengembangkannya. Mulai dari negara adikuasa Amerika Serikat sana, hingga negara berkembang seperti India dan Pakistan. Termasuk negara-negara Islam yang ada di Timur Tengah.

Belakangan, kesadaran untuk sedia senjata sebelum perang yang dimiliki oleh negara-negara di Timur Tengah ternyata membuat gusar beberapa pihak yang punya kekhawatiran tertentu.

Puluhan tahun kenangan perang salib masih hangat tertulis di buku-buku sejarah. Semua tahu, awal terjadinya perang salib bermula dari kejayaan umat Islam dan akhirnya berakhir karena keruntuhan kejayaan umat Islam juga. Karenanya, berbagai usaha untuk untuk menghalangi kebangkitan umat Islam pun sebisa mungkin harus dilakukan. Inilah yang saat ini terjadi di dunia saat ini. Jadi, ketika China melatih militernya sedemikian rupa, bahkan mulai coba-coba melirik untuk mulai mengembangkan nuklir, dunia tidak peduli. Ketika Pakistan dan India saling berhadapan dan bersaing mengembangkan hal serupa, dunia hanya meliriknya sekilas. Bahkan ketika Korea secara terang-terangan mengembangkan percobaan senjata nuklir mereka, tak banyak reaksi yang muncul. Tapi coba lihat ketika Irak melakukan hal yang sama? Tahun 1994 , Israel didukung oleh sekutunya (AS tentu saja) langsung menjalankan operasi Shirak dan akhirnya instalasi nuklir Irak pun hancur berantakan oleh pesawat tempur milik Israel. Belakangan bahkan Irak akhirnya dibumi hanguskan oleh Amerika Serikat dan sekutunya karena dugaan memiliki senjata pemusnah massal tersebut (sngenesnya, udah acur-ancuran gitu, sekarang baru diakui bahwa dugaannya lemah). Begitu juga dengan negara-negara Islam lain. Penciuman dunia amat sensitif jika terjadi sebuah geliat di negara-negara Muslim di Timur Tengah sana. Suriah dan Iran mulai dicurigai, Libya dicurigai dan Mesir harus diwaspadai, Palestina, Afghanistan telah terlebih dahulu ditangani.

Sedih juga yah. Tapi kalau ditilik-tilik lebih jauh, sebenarnya, kesalahan tersebut terletak di pundak kita juga sih. Umat Islam di seluruh dunia ini amat sulit bersatu. Yang namanya pengikut madzab Syafi'i selalu berdebat dengan pengikut madzab Hanafi dan Maliki. Yang namanya pengikut aliran Sunni tidak pernah bisa hidup berdampingan secara damai dengan pengikut aliran Sunnah. Bahkan untuk hal sepele saja seperti antara mereka yang membaca Qunut dan yang tidak membaca Qunut pun, selalu asyik berdebat. Atau antara mereka yang membaca basmallah dan tidak membaca basmallah dalam shalat pun asyik berkilah dan berseteru. Mereka yang ikut tarbiyah dan yang tidak ikut tarbiyah saling menjauh. Akibatnya, ummat Islam akhirnya sulit bersatu. Masing-masing sering asyik membanggakan kelompoknya sendiri. Kondisi ini memudahkan pihak-pihak lain untuk terus merendahkan kemampuan umat Islam. Artinya, usaha kebangkitan Islam mudah untuk selalu dipatahkan.

Pemandangan akan kondisi real umat Islam di atas inilah yang menjawab alasan, mengapa ketika negara Korea secara terang-terangan menunjukkan usaha mereka sedang mengembangkan senjata nuklir dunia seakan cuek saja. Karena, jika saja Korea dilarang lalu diserang seperti halnya Irak dahulu, maka seluruh bangsa China yang ada di sekitar Korea akan bangkit berdiri untuk membantu (bandingkan dengan keadaan ketika Irak diserang dahulu, negara-negara Arab terpecah dan tak berdaya). Jika China diserang karena kebandelannya yang terus menggemukkan militernya, wah... Bisa-bisa seluruh orang China di seluruh penjuru dunia akan saling bantu membantu.

Inilah yang membuat senyum saya sedikit masam. Umat Islam telah tersebar hampir ke seluruh pelosok penjuru dunia. Jumlahnya pun tidak bisa dikatakan sedikit. Tapi, jika harus bersatu, kenapa kok yah susah sekali yah? Selalu ribut dan meributkan hal-hal yang berhubungan dengan perbedaan. Sulit sekali melihat persamaan atau melihat sebuah perbedaan sebagai sebuah keindahan yang menyatukan. Amat berbeda dengan bangsa China. Meski telah tesebar ke seluruh penjuru dunia, tapi tali kekeluargaan mereka amat erat.

Hmm... Kalau kondisinya seperti ini terus, lalu kapan kita akan bangkit nih?
---(jakarta, 17 Maret 2005, [email protected])

Penulis: Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved