|
Pulkam Euy Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004
Libur tlah tiba Â…Libur tlah tiba Â…. Hore Â…hore Â…horeeeee Â….(ngutip lagunya Tasya)
Pulang kampuuuuuuunggg euyyyy !!!! Alhamdulillah Â…. Waahh Â…senengnya yaa ?!?!
“Iya donk …. Siapa sih yang nggak seneng pas pulang kampung ?? ketemu ortu, dapet tambahan dana, and yang pasti… Perbaikan gizi .. hihihi … disini kurus, banyak mikir … mikir utang maksudnya”
Bagi yang sering pulang kampung mungkin rasa² gembira itu nggak terlalu mendalam, tapi bagi anak kost yang rumahnya nun jauh di mata apalagi yang perantauan, pulang kampung bagaikan mendapat kenikmatan yang tak terkira. Sorga dunia gitu kata teman saya. Wayah … kayak yang udah pernah ke sorga aja.
Berbekal tas besar², wajah berbinar² dan semangat 45, walaupun capek karena beban tas² besar gak akan terasa. Soalnya udah ngebayangin pertemuan ‘mengharukan’ dengan orangtua terkasih. Gayanya benar² sama dengan pemudik lebaran. Bedanya kalo pemudik lebaran, mereka pulang bawa oleh² untuk keluarga di rumah. Nah kalo mahasiswa mudik, bawaannya baju ama buku doank … oleh² malah minta dari rumah … hehehe … abis duitnya cukup buat ongkos pulang sih. Lagian juga biasanya ortu maklum dengan keadaan mahasiswa. “Mahasiswaaaa .. kapan punya duitnya ??” …. kasiann deh …
Musim mudik di kota kuliah pernah saya rasakan. Moment² itu biasanya di saat lebaran dan semester ganjil (dapet jatah libur 2 bulan). Jalan² begitu sepi, warung² makan banyak yang tutup, travel² penjemput setiap hari lewat. Seperti kota mati saja, jam 7 malam sudah seperti jam 11 malam. Saya jadi merindukan suasana ramai di hari biasanya. Kota kuliah saya memperlihatkan wajah aslinya. Ternyata ramainya karena pendatang khususnya mahasiswa. Mungkin jika Ramadhan seperti ini, jalan² sepi dimulai 1 minggu menjelang lebaran. Dan saya pernah merasakannya dalam 4 tahun (tapi untuk tahun ini tidak karena pulang lebih cepat). Teman² banyak yang I’tikaf di luar kota, baru beberapa tahun terakhir saja banyak disediakan tempat I’tikaf. Bersyukur sekali rasanya masih ‘menemukan’ orang² di jalan daerah kost saya meskipun hanya segelintir. Soalnya saya merasa hidup sendirian di ‘hutan modern’ ini. Teman² terdekat dengan sayapun sudah kembali ke rumahnya masing². Dan saya yang nggak cepat pulang kampung karena alasan klasik. KEHABISAN TIKET. Inilah kesalahan besar saya, karena terlalu santai, ngerasa yakin aja kalo bakal dapet tiket. Nggak taunya malah kehabisan. Alhamdulillah …. Akhirnya bisa pulkam H-3. Itupun dengan perasaan deg-degan.
Mudik di peristiwa² khusus. Persiapannya harus extra. Mulai dari check-in barang² yang akan dibawa sampai pemesanan tiket yang udah positif (baik tiket pesawat, kapal laut, kereta, bus antar propinsi, atau jasa travel antar kota). Untuk urusan barang, kita bisa mempersiapkan semalam atau dua malam sebelum berangkat. Tapi untuk urusan tiket, jangan pernah main². Kalo kita terlalu santai, bisa² kita gak bisa mudik. Bisa pulang pun, kita harus mengeluarkan biaya yang gak sedikit. Seperti pengalaman saya.
Pulang kampung untuk akhwat yang diluar propinsi lebih diperketat lagi. Harus pulang dengan muhrim. Jangan pernah pulang kampung sendirian di hari² khusus, bagaimanapun caranya. Soalnya kalo pulang sendiri, resiko yang ditanggung nantinya besar. Berbeda akhwat yang rumahnya dekat dengan kota kuliah (1- 3 jam) nggak masalah, karena biasanya mereka mengambil waktu kepulangan pagi atau siang hari.
Bisa diambil contoh, teman² saya yang berasal dari JaBoTabek (ikhwan dan akhwat) punya satu kebiasaan yang cerdas. Jika lebaran, mereka pulang kampung rame² naik kereta. Teman² ForDa Jakarta (atau Forsimaja = Forum Silaturrahim Mahasiswa JaBoTaBek) sebelumnya mendaftar nama² yang akan pulkam massal. Lalu mengumpulkan uang tiket, dan dibelikan sesuai pesanan. Jadi pas di kereta, dalam satu gerbong banyak kumpulan akhwat² dan ikhwan. Resiko akan terjadi apa² terhadap akhwat bisa diminimalisir, karena ada sekelompok ikhwan yang menjaga. Masalah ikhtilat, bisa diatur. Ikhwan disayap kanan atau kiri, bisa juga di belakang atau didepan blok tempat duduk akhwat. Pokoknya diformat agar tidak bercampur.
Kalau urusan tiket and the gank udah gak ada masalah, sekarang saat kita sampai di rumah. Waktu di kota kuliahan, kondisi ruhiyah kita bisa terjaga. Tapi, seringnya saat kita berada di rumah, ruhiyah jadi merosot karena banyaknya godaan dari kanan dan kiri. Kalo nggak segera direcover bisa futur. Hiiii Â…. Ngeri kan ?
Sebab kita ‘down’, salah satunya karena kita terbiasa dilingkungan kondusif dimana suasana ruhiyahnya begitu kental. Ada saudara² di sekitar yang senantiasa mengingatkan waktu kita khilaf. Sekarang hapus pemikiran seperti itu. Kita tetap bisa ‘berjaya’ dimanapun kita berada. Apakah itu di rumah atau di tempat kuliah. Istiqomah-lah kuncinya. Pengaplikasian dari istiqomah itu nggak semudah kala kita mengucapkannya. Harus ada tekad kuat yang terus-menerus dipompakan ke diri kita. Harus tetap ada semangat di dalamnya. Manusiawi jika kita mengalami penurunan² ruhiyah, asalkan penurunannya tidak terlalu tajam. Sebab untuk naik kembali membutuhkan usaha yang keras. Tetaplah berada di dekatNya. Tetaplah bersamaNya. Sebab setiap kita adalah makhluk yang lemah.
So Â… kita bisa mudik dengan kondisi ruhiyah dan jasadiyah yang tetap stabil. Jika memang semuanya telah dipersiapkan dengan baik. Kita bisa Â…Goooo !!! Welcome Homeeeee Â…. WallahuÂ’alam bishowab.
(Malang …. Medio Ramadhan …. Mengenang momentum indah saat mudik rame²)
muth_mlg [ 0 komentar]
|
|