[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Perlukah Ruwatan Agar Enteng Jodoh?
Uneq-Uneq - Friday, 13 May 2005

Tanya : Assalamu'alaikum, gini mbak ade yth. aku lagi bingung nich. masalah jodoh nich. Kok susah banget ya. Pingin sekali sih cepat nikah. ya itu tadi masalahnya.......
Gimana sih caranya biar aku cepat dapet jodoh? Trus menurut mbak, apa perlu pake ruwatan (orang jawa bilang, buat penangkal nasib buruk). Gitu aja makasih ya...
Wassalamu'alaikum wr. wb.

Jawab:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ukhti yang dirahmati Allah.
Ukhti harus yakin bahwa segala sesuatunya itu sudah diatur oleh Allah SWT. Rezeki dan jodoh termasuk di dalamnya. Insya Allah, Allah sudah mennyediakannya untuk ukhti. Hanya saja, mungkin perlu usaha untuk menjemputnya. Coba ukhti renungkan, usaha apa saja yang telah ukhti lakukan untuk menjemputnya? Apakah hanya menunggunya di rumah saja? Ada banyak sekali contoh cara menjemput jodoh yang sudah dicontohkan di zaman Rasulullah saw dan para sahabat ra.

Secara garis besar, ada beberapa cara yang bisa ditempuh oleh wanita dalam menemukan pasangan hidupnya dan Islam membolehkannya (tentu saja diiringin dengan pemenuhan prasyarat kondisi yang diatur dalam Islam. Seperti mengatur wajib dikenakannya pakaian yang menutupi aurat bagi wanita ketika bertemu dengan lawan jenisnya yang non mahram. Lalu keharusan untuk menjaga pandangan, mengatur agar keduanya tidak larut dalam sebuah tindakan berdua-duaan, senantiasa menjauhi semua perilaku yang mendekati zina, lalu anjuran untuk tidak berdua-duaan, dan sebagainya).

Yang pertama, seorang muslimah diperkenankan menawarkan dirinya sendiri secara langsung pada pria muslim yang menurutnya baik bagi diri dan agamanya. Dalam hal ini, muslimah tersebut sudah tahu dan kenal dengan pria muslim tersebut kemudian mendatangi si pria dan meminta kesediaan si pria untuk menerimanya sebagai istrinya. Yang perlu diperhatikan dalam cara ini adalah, pertama kesiapan mental atas segala kemungkinan jawaban yang akan diterimanya (diterima atau ditolak) dan perhitungkan dahulu bagaimana sebenarnya kecenderungan yang dimiliki oleh si pria tersebut jika tawaran tersebut diajukan (coba jajaki sebenarnya si pria ini suka juga nggak sih ama kita; atau si pria ini siap nggak nerima kita sebagai istrinya).

Yang kedua, seorang muslimah bisa menawarkan dirinya sendiri pada pria muslim yang menurutnya baik bagi diri dan agamanya tapi tidak secara langsung, melainkan lewat perantara yang dikenal oleh kedua belah pihak. Cara ini yang biasa dipakai oleh banyak orang karena cenderung lebih aman. Biasanya dikenal dengan istilah lewat ‘Comblang’. Biasanya Si comblang ini lebih mengetahui kondisi kedua belah pihak, tahu kemungkinan ‘jadi’ atau ‘tidaknya’, juga tahu bagaimana mengarahkan keduanya agar yang semula ‘masih setengah ragu’ menjadi ‘tidak ragu lagi’.

Yang ketiga, seorang muslimah bisa menawarkan dirinya sendiri pada pria muslim yang menurutnya baik bagi diri dan agamanya juga lewat perantara, hanya saja sang perantara ini hanya salah satu pihak saja yang mengenalnya. Mungkin guru ngaji si muslimah, rekan kerja, atau sahabatnya, atau orang tuanya, dll. Jadi dalam hal ini, muslimah itu mengatakan pada perantara bahwa dia ingin menikah dan minta tolong pada perantara untuk membantunya mencarikan pasangan yang sekiranya cocok dan baik bagi dirinya. Dalam hal ini, lewat cara ini kedua belah pihak harus sama-sama ikhlas terhadap kondisi yang akan mereka hadapi. Biasanya, bantuan pihak ketiga ini agak sedikit tersendat-sendat jika salah satu pihak atau kedua belah pihak memiliki banyak kriteria dan syarat. Jika sikap ikhlas tidak ditumbuhkan dalam usaha ketiga ini, bisa jadi perantara yang dimintai tolong justru menarik diri karena lelah menghadapi tumpukan syarat dan kriteria yang menghambat pertemuan.

Terakhir, seorang muslimah bisa juga menawarkan dirinya sendiri pada pria yang diharapkan baik bagi diri dan agamanya lewat lembaga lain sebagai perantara. Misalnya lewat biro jodoh. Satu hal yang harus diingat adalah, karena data-data pribadi kedua belah pihak hanya diketahui oleh biro jodoh tersebut, maka seleksi dan pemasangan yang dianggap serasi dilakukan oleh lembaga tersebut. Ini karena hanya biro jodoh itu yang tahu satu pesanan tambahan yang sifatnya rahasia dan sangat pribadi. Misalnya, Biro Jodoh ini selain menerima masukan data pemohon, juga menerima pesan khusus dari si pemohon, seperti: “tingginya kalau bisa di atas 145 cm”; atau “Jangan suku Padang dan Cina”, atau “kalau bisa lulusan SMA dan sederajat”, atau “Kalau bisa hapal minimal 3 Juz”; atau “kalau bisa warna kulitnya putih atau kuning langsat”, atau “Jangan yang berambut keriting”, dll.

Lalu ditambah dengan sifat umum yang juga diterima seperti (mendambakan sifat yang keibuan; atau mendambakan wanita yang mandiri; atau mendambakan wanita yang ceria, dll), maka sering kali proses pemasangan kedua belah pihak yang ingin dipertemukan tersebut menjadi sedikit memakan waktu. Hal lain yang juga ingin saya kemukakan disini dan semoga berguna adalah sebuah kondisi yang sebenarnya di Islam dipandang sebagai hal yang boleh tapi karena berusaha dihindari akhirnya menjadi sebuah kewajiban untuk menghindarinya. Hal itu adalah, tentang persoalan poligami dan perbedaan usia suami dan istri. Maksud saya, jangan menutup diri untuk tidak ingin menduduki posisi kedua, tiga atau empat jika suatu saat datang tawaran tersebut. Jika dalam perhitungan ukhti posisi tersebut tidak membahayakan diri ukhti, keluarga ukhti dan agama ukhti, posisi tersebut bisa juga ukhti pikirkan untuk diterima.

Selain itu, pasangan hidup kita, tidak harus juga prianya harus berusia lebih tua dari wanitanya; atau prianya harus berpendidikan lebih tinggi dari wanitanya; atau prianya harus lebih pandai dan mapan dari wanitanya. Segala sesuatunya Allah yang mengaturnya, apa yang baik menurut kita belum tentu baik di mata Allah dan begitu juga sebaliknya. Jadi sekali lagi, ikhlas dan kembalikan pada niat semula, yaitu ingin membina sebuah keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.

Jangan putus asa dalam berdoa yah ukhti disamping terus berusaha. Coba giatkan waktu yang ukhti miliki untuk mengikuti banyak kegiatan yang memungkinkan pertemuan antara pria dan wanita dalam kerangka ruang yang syar’i. Setidaknya, ukhti bisa bertemu dengan mereka dan belajar banyak dari mereka. Tidak dimaksudkan untuk bertemu jodoh di tempat pertemuan tersebut, tapi lebih karena keinginan bahwa pertemuan tersebut akan mendatangkan ilmu yang bermanfaat untuk menambah cakrawala berpikir ukhti. Bukankah seorang muslim yang baik itu adalah mereka yang bermanfaat bagi kebaikan orang lain?

Terkait dengan usaha untuk menjadi seorang muslim yang baik, perlu saya ingatkan pada ukhti (dan juga diri saya sendiri) bahwa sesungguhnya, sebagai seorang muslim, kita semua senantiasa diuji oleh Allah tingkat keimanan dan ketakwaan kita sebagai seorang muslim yang beriman. Ada banyak sekali ujian dalam kehidupan ini dimana ujian tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan derajat ketakwaan dan keimanan kita. Biasanya, ujian tersebut terkait dengan dua hal, yaitu kesabaran dan rasa bersyukur kita. Ada ujian kematian, ada ujian kegagalan, ujian keberhasilan, ujian kenikmatan, ujian kesempitan, dan sebagainya. Ketika semua ujian tersebut datang, apakah kita sebagai muslim yang beriman masih tetap dapat bersyukur dan bersabar untuk senantiasa berpegang pada tali agama Allah? Itulah yang diuji oleh Allah. Apakah ketika semua kemudahan datang dari segala penjuru, apakah kita kemudian jadi sombong dan takabur? Apakah ketika semua kesempitan datang dan menghimpit dari segala arah, apakah kita lalu jadi kufur dan putus asa serta berprasangka buruk pada Allah?

Sesunggunya, amat penting usaha untuk senantiasa mengingat Allah dalam berbagai kondisi melalui media sikap sabar dan syukur. Kita harus ingat, bahwa Allah-lah pemilik seluruh alam semesta ini. Kita harus ingat bahwa Allah-lah arsitek yang memungkinkan segala sesuatunya terjadi di atas muka bumi ini. Manusia, tumbuhan, hewan dan semua makhluk ghaib adalah ciptaan Allah. Allah-lah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatunya. Dialah pula Yang Maha Mengetahui segalanya. Jika Allah berkehendak untuk terjadi maka terjadilah dan begitu sebaliknya.

Atas semua ketentuan inilah maka kita sebagai manusia seharusnya percaya pada ketentuan dan takdir-Nya. Kita letakkan semua hasil keputusan final atas segala sesuatu (tentu setelah melakukan usaha maksimal) ke hadirat Ilahi Robbi. Termasuk dalam hal ini masalah jodoh (yang merupakan bagian dari takdir).

Karena itulah saya, terus terang amat menentang segala usaha ritual kebudayaan yang dimaksudkan untuk membuang sial, termasuk ritual ruwatan dalam adat budaya daerah tertentu. Upacara ritual tersebut, meski di dalamnya dibacakan ayat-ayat Allah dari Al Quran sekalipun, bukanlah berasal dari agama Islam yang hanif, yang lurus. Itu bid’ah. Itu adalah sisa dari peninggalan agama nenek moyang kita yang percaya bahwa ada kekuatan ghaib tertentu yang harus dihormati agar seseorang bisa tetap beruntung dan ada kekuatan ghaib tertentu yang harus disingkirkan agar seseorang lepas dari kesialan/keterpurukan hidup. Kepercayaan nenek moyang kita ini, termasuk perbuatan syirik dan perbuatan syirik tersebut amat dilaknat dan dibenci oleh Allah. Bahkan, dalam Islam, dikatakan bahwa semua dosa yang diperbuat oleh anak adam akan diampuni oleh Allah kecuali satu, yaitu perbuatan menyekutukan Allah (Syirik).

Percayalah ukhti, Allah sudah mengatur jodoh untuk ukhti. Sekarang, ukhti tinggal melakukan langkah-langkah untuk menjemput jodoh tersebut. Berusaha dan berdoalah pada Allah. Kembalikan keikhlasan ukhti sebagai seorang muslimah dalam berusaha dan berdoa tersebut. Semoga ukhti, saya dan kita semua senantiasa dapat masuk dalam golongan orang-orang yang pandai bersabar dan pandai bersyukur. Ammien.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved