|
Pengantar Ma'rifatullah (bagian pertama) Oase Ilmu - Friday, 20 May 2005
Kafemuslimah.com Berikut ini adalah rangkaian artikel yang insya Allah berguna sebagai pencerah ruhiyah kita. Kami mengkedepankan kalian dalam bentuk tiga bagian tulisan yang terpisah. Selamat mengikuti.
MENGAPA MENGENAL ALLAH?
Berapakah usia kita sekarang? 20,
30, 50, 80 tahun? Berapapun, sesungguhnya itu hanyalah
sekelumit kisah dibandingkan sejarah kehidupan itu sendiri.
Dibandingkan batu yang ada dihalaman rumah kita, yang
mungkin berusia ribuan tahun, kita sungguh tak ada
apa-apanya. Atau dibandingkan jagad raya yang sudah lebih
dari 30 milyar tahun. Apalagi bila dibandingkan dengan
proyeksi masa depan kehidupan kita. Dimana kita akan hidup dialam barzakh atau alam kubur, ribuan tahun lagi. Kemudian masuk kealam akhirat, yang entah apakah bisa diukur. Dan bagaimana pula kehidupan yang disebut-sebut "khoolidiina fiiha aabadan" (mereka abadi didalamnya).
Pendek kata, kehidupan dunia yang kini sedang mencengkeram kita, sungguh ibarat setitik debu dibandingkan masa-masa yang sudah dan akan Allah gelar. Seperti bumi yang tampak disisi kita sedemikian besar, tapi ternyata hanyalah sebutir debu ditengah luasnya alam semesta. Karena itu, relakah kita menganggap kehidupan kita hanyalah sebuah kisah berdurasi
sampai beberapa puluh tahun ke depan? Sementara ternyata ada yang mengabarkan dan menawarkan sebuah kehidupan yang abadi. Sebuah pengkabaran dan penawaran yang bukan mimpi, imajinasi, ilusi apalagi halusinasi. Sebuah penawaran yang merupakan janji yang pasti. Kenapa tidak diuji kebenarannya? Baik mau menerima konsep kehidupan setelah kematian, maupun tidak, bukankah kematian pasti di alami?
"…Apakah kamu puas dengan kehidupan didunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup didunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanya sedikit." (QS 9:38).
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menenui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain apa yang telah mereka kerjakan (QS 7:47)
Kesadaran kita akan kehidupan setelah kematian, itu yang
akan menentukan tingkat kebutuhan kita akan Allah. Karena Dialah sumber dari berita tersebut, Dia pula dzat yang memiliki pengetahuan tentang kehidupan yang lalu, kini maupun yang akan datang. Hanya kepadaNya kita bisa menyandarkan kehidupan paska kematian nanti.
Suatu saat dalam sebuah diskusi, khalayak umum bertanya kepada Rasulullah, apakah mereka dapat melihat Allah. Rasulullah bersabda,"Sulitkah kamu meru'yah bulan purnama pada malam empat belas?". (Ru'yah: melihat tanda-tanda keberadaan sesuatu. Malam ke-14 penanggalan hijriyah adalah malam dimana bulan purnama muncul). Jawab mereka,"Tidak ya Rasulullah!". Tanya Rasulullah lagi," Apakah sulit bagimu meru'yah matahari dilangit tak berawan?". Jawab mereka
lagi," Tidak ya Rasulullah!". Sabda Rasulullah,"
Sesungguhnya anda semua akan mengenaliNya seperti itu. Di hari kiamat kelak Allah akan menghimpunkan seluruh manusia dan berkata pada mereka,"Barang siapa yang menyembah suatu benda, maka ikutilah benda tersebut.
Bagi yang menyembah matahari, mereka akan mengikut matahari tersebut. Bagi orang yang menyembah bulan maka mereka akan mengikuti bulan tersebut. Manakala orang yang menyembah thoghut maka mereka akan mengikuti thoghutnya itu. Jadi tinggallah umat ini
yaitu umat yang percaya kepada Allah yang didalamnya
termasuk pula orang-orang munafik yang tetap dalam
kemunafikan mereka. Lalu Allah mendatangi mereka dengan gambaran (shurah) yang tidak mereka kenali dan berfirman kepada mereka, "Akulah Tuhanmu". Mereka berkata,"Kami berlindung kepada Allah dari tipu dayamu. Kami akan tetap ditempat kami sampai Tuhan kami datang menjemput kami. Apabila Tuhan kami telah datang, kami akan mengenaliNya". Lalu Allah mendatangi mereka dengan gambaranNya *shurah) yang mereka kenali dan berfirman kepada mereka,"Akulah Tuhan kamu". Merekapun menjawab,"Ya, Engkaulah Tuhan kami!".
Merekapun mengikutiNya. Kemudian Allah merentangkan kepada mereka suatu titian (shirath) yang merentangi Neraka. Maka aku bersama umatku adalah orang pertama yang menyeberanginya". (HR Bukhari-Muslim).
Banyak hal menarik yang diisyaratkan dari kisah diatas.
1 .Betapa dihari kiamat nanti kerja utama setiap manusia adalah mencari Tuhannya dan mengikutinya. Dan dalam hal ini setiap manusia akan mampu mengenali dan mengidentifikasi Tuhannya sejelas meru'yah bulan dimalam empatbelas maupun matahari dilangit takberawan. Hanya masalahnya, siapakah Tuhan kita kelak? Atau lebih tepatnya, siapakah sesungguhnya yang kita anggap Tuhan? Karena setiap orang benar-benar akan mengikuti siapa yang disembahnya sewaktu didunia. Barang siapa yang menyembah suatu benda, maka ikutilah benda
tersebut. Bagi yang menyembah matahari, mereka akan mengikut matahari tersebut. Bagi orang yang menyembah bulan maka mereka akan mengikuti bulan tersebut.
Manakala orang yang menyembah thoghut maka mereka akan mengikuti thoghutnya itu. Mereka mengikuti sesembahannya tersebut, karena memang itulah persepsi mereka tentang Tuhannya, yang mereka bangun selama didunia. Dan sesembahan itulah yang tampak jelas
sebagai Tuhan bagi kita. Bila kita merasa aman dari kejadian
saat itu, atau tak memiliki gagasan tentang kisah diatas,
atau tidak memikirkannya, atau malah kita berfikir, tidak
ada kesulitan sama sekali bagi kita dalam mengenaliNya
kelak, maka kita sungguh lalai. Sebagaimana difirmankan:
"Dan barang siapa yang buta (hatinya) didunia ini, niscaya
diakhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih
tersesat dari jalan (yang benar)". (QS 17:72).
Kebutaan terkait dengan penglihatan, dan penglihatan terkait dengan pengenalan. Ini berarti, bila didunia saja kita kesulitan dalam mengenaliNya, apalagi kelak dialam-alam berikutnya, termasuk Hari Kiamat.
2. Betapa Tuhan yang sebenarnya, yaitu Allah, hanya akan bisa dikenali oleh orang-orang yang beriman. Artinya, keimananlah yang menjadi dasar kemampuan mengenali Allah ini. Bukan hasil analisa, uji coba, riset
dan sebagainya.
3. betapa pengenalan mereka terhadap Allah
sedemikian kuat, sehingga mereka bisa berkata," Kami akan tetap ditempat kami sampai Tuhan kami datang menjemput kami. Apabila Tuhan kami telah datang, kami akan mengenaliNya". Dan berbekal pengenalan yang seperti ini yang notabene mereka dibangun selama masa kehidupannya didunia, orang-orang beriman itu bisa menolak apapun yang tidak sesuai dengann pengenalannya itu.
4. betapa bagi orang-orang yang beriman itu, Allah akan merentangkan shirath. Dimana di Al-Qur'an kata-kata shirath selalu dikaitkan dengan shiratha'l mustaqim.
Disinilah letak pentingnya mengenal Allah (ma'rifatullah). Pengenalan yang bukan hanya kata-kata. Tetapi suatu pengenalan sejati, pengenalan yang bisa mencegah kita dari ketertipuan. Baik didunia dan terkhusus diakhirat kelak.
Masalahnya kita sering melupakan sunnahNya, dimana segala sesuatu itu ada melalui proses. Begitu pula dalam hal mengenal Allah. Jangan harap itu bisa kita lakukan kelak dihari kiamat, bila saat didunia saja kita tak pernah benar-benar mengenalNya. Itu benar-benar dibangun dari usaha kita selama didunia.
Suatu saat seorang lelaki bertanya
kepada Rasulullah,"Bilakah berlakunya kiamat?". Rasulullah
bersabda,"Apakah persiapan kamu untuk menghadapinya?". Lelaki itu menjawab,"Cinta kepada Allah dan RasulNya". Rasulullah bersabda,"Kamu akan tetap bersama orang yang kamu cintai". (HR Bukhari-Muslim)
Mungkinkah kita mencintai sesuatu yang tidak kita kenal???
....bersambung ke bagian kedua.
-------Semua tulisan ini diambil dari milis Daarut Tauhid, dengan pengirim "war-net" .
dikutip dan diedit oleh Ade Anita ([email protected])
[ 0 komentar]
|
|