[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Ditolak Cowok, Karmakah ini?
Uneq-Uneq - Wednesday, 08 June 2005

Tanya:

Assalamualaikum wr wb. Mbak Ade anita, hmmm..... gini mbak.....
apakah ada yang namanya hukum karma... atau karma atas
semua yang kita lakukan. Ceritanya, dulu aku pernah nolak cowok .... ceritanya waktu itu dia nembak aku di telp. dan langsung aja aku jawab tidak(menolaknya).
Trus... selang beberapa waktu....aku suka ma cowok trus aku mengatakan pada cowok yang aku suka(nembak gitu) eh dia juga langsung menolak saat itu juga. Bukankah itu seperti hukum karma? Apakah benar hukum karma itu ada?
Terima kasih sebelumnya.
Waalaikumsalam wr wb

Jawab:

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ukhti… apa yang ukhti sebut sebagai hukum karma itu sebenarnya adalah salah satu dari bagian ajaran agama Hindu dan Budha. Islam sama sekali tidak mengenal istilah karma.

Dalam ajaran Hindu dan Budha, setiap yang berdosa atau melakukan kesalahan maka kesalahan itu menurut mereka akan menuntut pembalasan di masa yang akan datang. Bisa menimpa diri sendiri, bisa juga anak atau cucunya. Artinya, dosa atau kesalahan itu tidak akan termaafkan sampai diri sendiri menebusnya dengan menerima pembalasannya secara langsung atau bahkan dengan pembalasan yang lebih hina (yaitu lahir kembali tapi dalam tubuh binatang, bukan dalam tubuh manusia).

Islam, adalah agama yang penuh dengan rahmah. Betul setiap orang pernah melakukan dosa dan bahkan punya kesalahan. Tapi, pintu untuk meminta maaf dan bertobat senantiasa terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin memperbaiki diri ke arah yang lebih diridhai Allah.

”Katakanlah, “Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs Az Zumar: 53)

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (Qs Ani Nisa:48)

”Sesungguhnya jika seorang hamba mengakui dosanya, kemudian bertaubat maka Allah menerima taubatnya.” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Hanya saja, tentu saja setiap usaha itu biasanya akan diuji. Buat tahu, “ini bener-bener mau tobat atau cuma gertak sambel doang nih tobatnya?”. Ujiannya bisa bermacam-macam, tapi output (hasil yang diharapkan) cuma satu, masih bisa apa nggak nih si fulan atau fulanah ini bersabar dan bersyukur menghadapi cobaan tersebut (artinya, dia akan dilihat apakah setelah dimaafkan, lalu ketika datang ujian hidup berikutnya dia akan tetap ingat Allah atau malah justru meninggalkannya? Jangan-jangan cuma ingat pas lagi sedih ajah, terus nanti pas lagi senang bak kacang lupa pada kulitnya lagi?).

Nah. Kembali pada kasus ukhti.
Terkait dengan apa yang ukhti alami. Saya kok merasa yakin bahwa itu semuanya bukanlah sebuah peristiwa karma seperti yang ukhti katakan. Tapi murni merupakan kesalahan ukhti.

Ada beberapa kemungkinan kenapa dalam hal ini cinta ukhti ditolak olehnya.

Pertama, mungkin karena budaya ketimuran kita, yang memandang masih kurang sreg deh kalau wanita dulu yang mengutarakan cinta. Kadang, justru perjuangan mendapatkan si wanita itu yang membuat cinta seorang lelaki tumbuh dan bertunas. Kalau dapatnya terlalu mudah, apalagi tanpa perjuangan apa-apa, biasanya laki-laki kita malah mundur dengan persepsi lain terhadap si wanita (“Hmm, ternyata dia tipe wanita agresif”).

Kedua, mungkin dalam hal ini si teman pria yang kita sukai itu tidak pernah menaruh rasa suka pada kita. Iya sih dalam hal ini kitanya yang suka sama dia, tapi dianya sendiri? Masa iya mengiyakan sesuatu yang tidak ada kecenderungan di hati sama sekali? Padahal, untuk bisa saling mengasihi itu kan merupakan kerja-sama timbal balik dari dua belah pihak yang berhadap-hadapan. Karena, kalau cuma satu namanya bertepuk sebelah tangan. Padahal, jika sampai ke pernikahan, otomatis kehadirannya akan selalu ditemui dalam keseharian, hingga usia terlanjut insya Allah. Karena, kalau dari awal sudah memaksa hati untuk melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki, maka kehidupan yang akan dilalui untuk seterusnya adalah seperti berjalan di atas sekam yang menyimpan bara.

Ketiga, jangan-jangan kita sudah salah mengartikan sinyal-sinyal keakraban yang dia berikan selama ini. Kita pikir dia suka, padahal memang pada dasarnya saja si cowok itu punya sifat yang “penuh perhatian pada setiap wanita alias care like a gentlement”.

Dan ada banyak sebab yang bisa dicari mengapa dia menolak ukhti.

Nah. Kesalahan ukhti dalam hal ini adalah, ukhti terlalu cepat mengutarakan perasaan ukhti tanpa mempelajari dahulu bagaimana situasi dan kondisi yang ada sebenarnya. Saya tidak menyalahkan ukhti yang mengutarakan perasaan terlebih dahulu pada dia. Dulu, Khadijah ra pun lebih dahulu menyukai Rasulullah SAW dan dia pula yang lebih dahulu berinisiatif untuk mengajak Rasulullah menikah. Tapi, sebelum sampai ke situ, dia mengutus dahulu sahabatnya untuk mencari tahu segala sesuatu tentang Rasulullah. Bagaimana kepribadiannya, bagaimana akhlaknya, bagaimana tanggapan beliau jika ada seorang wanita yang menyukainya, bagaimana tanggapan beliau jika diajak menikah, siapkah beliau jika diajak menikah saat ini, siapkah beliau jika istrinya memiliki beberapa kelebihan ketimbang dirinya, dll.

Mungkin, apa yang terjadi dan dilakukan oleh Khadijah ra dalam hal ini, bisa dijadikan contoh oleh kita tentang bagaimana seorang muslimah bertindak yang patut dalam hal ini.
Lalu, jika ternyata setelah usaha tersebut diatas dilakukan dan si dia tetap tidak berkenan menerima kita, jangan buru-buru mengambil kesimpulan dengan menyalahkan diri sendiri, atau menyalahkan orang lain, atau menyalahkan takdir, tapi bersabarlah. Bisa jadi inilah takdir yang terbaik bagi diri kita dan agama kita. Allahu’alam.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved