|
Hakekat Doa Oase Ilmu - Wednesday, 19 October 2005
Kafemuslimah.com Sejak dahulu, bila manusia dalam situasi genting, tanpa pikir panjang mereka mencari sumber kekuatan mutlak dan berharap agar kondisi tersebut sirna ditelan waktu. Tapi cara yang mereka lakukan menyimpang dari ajaran Allah SWT; mereka menafsirkan sumber kekuatan ini dengan api, cahaya atau patung bahkan mengkultuskannya hingga dijadikan tuhan. Fenomena ini terus berkesinambungan hingga kiamat kelak, karena sudah menjadi fitrah manusia membutuhkan kekuatan mutlak demi kelangsungan hidupnya.
Doa dilakukan dengan pelbagai cara sesuai dengan dogma yang diyakini. Tak heran dalam sebuah dogma doa harus diiringi dengan pemberian binatang kurban bahkan manusia —sebagai tumbal— kepada tuhan. Allah SWT mengutus para rasul untuk mengklarifikasi sendi kehidupan manusia baik itu iman, ibadah, sosial kemasyarakatan dll, meski risalah yang mereka bawa menuai badai kritis di kalangan umatnya sendiri. Dalam hal berdoa, mereka ajarkan umatnya agar tidak minta sesuatu kepada benda mati sambil mengusung logika yang tak terbantah, ''bagaimana mungkin benda mati yang tak mampu berbicara dan mendengar mengabulkan permintaan seseorang?''. Allah SWT berfirman: ''Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al Hajj: 73). Allah SWT juga menceritakan secara lugas keberanian Nabi Ibrahim as. berdebat dengan kaumnya yang terkungkung ajaran poloteisme dalam Al Quran.
Secara abstrak, Syeikh Muhammad Sayyid Thantâwî, Imam Agung Al Azhar, mendefenisikan doa sebagai berikut: ''Meminta sesuatu kebaikan kepada Allah SWT dan mewujudkannya dalam kehidupan.'' Berdoa merupakan amalan para nabi dan rasul serta kaum shaleh; dalam keadaan senang dan susah, mereka memanjatkan doa kepada Allah SWT agar kondisi yang pelik dapat disirna dan kebaikan diberi ganjaran. Ketika manusia diliputi marabahaya, mereka lebih banyak berdoa kepada Allah SWT agar diselamatkan. Namun, setelah diselamatkan, malah mereka mengingkari-Nya. Allah SWT berfirman, ''Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo'a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.'' (QS. Yunûs: 12)
Keutamaan Berdoa
Dalam Al Quran, Allah SWT mengabulkan doa seorang hamba dengan dua ketentuan: memenuhi segala perintah-Nya dan beriman kepada-Nya agar ia selalu dalam kebenaran, ''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ”(QS. Al Baqa'rah:186(
Bahkan Allah SWT mengabulkan permintaan seorang hamba yang berdoa kepada-Nya, ''Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu…'' (QS. Al Mu'min: 60)
Keutamaan berdoa banyak menghiasi buku-buku hadits di antaranya memuat betapa mulianya seorang hamba di sisi Allah SWT yang mengadahkan kedua tangannya memohon kepada-Nya (HR. Hakim). Hingga Rasulullah Saw. bersabda: ''Barangsiapa yang tidak memohon —berdoa— kepada Allah, niscya Allah murka kepadanya'' (HR. Tarmidzî). Melihat betapa agungnya doa tersebut, beliau menganjurkan umatnya agar terus berdoa apa saja walau hanya mengadu sandalnya yang robek, ''Hendaklah salah seorang dari kamu berdoa kepada Allah untuk memenuhi keinginannya walau hanya mengadu tali sepatunya yang robek.'' (HR. Tarmidzî)
Adab Berdoa
Syeikh Muhammad Thantawi memaparkan sejumlah adab berdoa sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw., di antaranya:
- Menghadap kiblat sambil mengangkat kedua tangan. (HR. Bukhârî)
- Doa dimulai dengan mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT yang diiringi shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. (HR. Abu Dâud);
- Berdoa dengan khusyuk sambil merendahkan diri sebagaimana Allah SWT mengabulkan permintaan Nabi Zakariya as. ketika berdoa agar dikaruniai anak (QS. Al Anbiyâ': 89-90) serta mengulangi doa sebanyak tiga kali (HR. Abu Daûd)
- Merendahkan suara ketika berdoa karena dalam kondisi khusyu' memohon kepada Allah SWT. 'Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut…'' (Al A'râf: 55);
- Alangkah baiknya berdoa sesuai yang tercantum dalam Al Quran dan Hadits, menghindari kata-kata yang tak jelas dan menggunakan ungkapan yang dapat diterima akal menyenangkan hati;
- Meminta kepada Allah SWT sesuatu yang sesuai dengan syariat Islam dan tak meminta sesuatu yang jahat dan berdosa sebagaimana yang dilakukan sebagian orang ketika dalam kondisi sempit lalu menghina dirinya dan menjelekkannya. Allah SWT berfirman, ''dan manusia mendo'a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo'a untuk kebaikan. ''Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.'' (QS. Al Isrâ': 11)
Syarat Berdoa
Agar doa dikabulkan —menurut Syeikh Muhammad Thantawi— hendaklah seorang hamba dalam keadaan suci lahir dan batin dari segala dosa. Untuk mensucikan diri dari dosa ada beberapa hal yang perlu dilakukan, di antaranya:
- Banyak berzikir, ber-istighfar dan bertaubat. Allah SWT berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.''((QS. Al Ahzâb: 41) Rasulullah Saw. bersabda: ''Sesungguhnya aku beristighfar dan bertaubat kepada Allah setiap harinya melebihi 70 kali.'' (HR. Bukhâri);
- Bergaul dengan orang-orang saleh karena akhlak mereka dapat mempengaruhi diri dan akal hingga bermanfaat bagi agama dan dunia. Rasulullah Saw. bersabda, ''Perumpamaan orang yang bergaul dengan orang saleh seperti penjual minyak wangi, walau minyak wanginya tidak mengenainya tapi bau harumnya mengenainya. Sedangkan orang yang bergaul dengan orang jahat seperti tukang besi, walau percikannya tidak mengenainya tapi asapnya mengenainya.'' (HR. Abu Dâud)
- Makanan, minuman dll yang dihalalkan Allah SWT: ''Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu.'' (QS. Al Baqarah: 168) Rasulullah Saw.bersabda, ''Ada seorang lelaki menempuh perjalanan panjang dalam keadaan yang berdebu sambil mengadahkan tangannya ke langit seraya berkata, ''Tuhanku, Tuhanku'' Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram bagaimana doanya dapat diperkenankan Allah ?'' (HR. Muslim dan Tarmidzî)
Faktor Penghalang Dikabulkannya Doa
Pada suatu hari Ibrâhîm bin Adham ditanya seseorang, ''Wahai Ibrahim, mengapa kami berdoa tapi tak dikabulkan?'' Beliau menjawab: ''Karena hatimu mati disebabkan sepuluh perkara:
- Kamu mengenal Allah tapi tak menaati-Nya;
- Kamu mengenal Rasulullah Saw. tapi tak mengikuti sunnahnya;
- Kamu mengetahui Al Quran tapi tak mengamalkannya
- Kamu menikmati karunia Allah SWT tapi tak bersyukur;
- Kamu mengetahui adanya surga tapi tak memintanya;
- Kamu mengetahui adanya neraka tapi tak menghindarinya;
- Kamu mengetahui adanya setan tapi tak memeranginya bahkan mendekatinya;
- Kamu akan mati tapi tak mau bersiap-siap;
- Kamu sering menguburi kaum muslimin tapi tak mengambil ibrah dari kuburan tersebut;
- Kamu sering terjaga dari tidur tapi menyibukkan diri menyebarkan aib manusia sedangkan kamu meninggalkan aib kamu sendiri.
Sejatinya, diterima atau tidak doa seorang hamba tergantung kepada Allah SWT; Dialah yang menentukan segala-segalanya. Mungkin doa yang tak terkabulkan ada hikmahnya yang membuat ia tak berputus asa terhadap rahmat Allah; atau doa tersebut dikabulkan tapi pada akhirnya hamba tersebut makin sombong dan angkuh bahkan kafir kepada-Nya. Allah SWT berfirman, ''Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu. Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.'' (QS. Az Zukhruf:32) ''Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat” (QS. Asy Syûrâ: 27)
Seringlah berdoa dan jangan berputus asa karena hamba yang paling mulia di sisi Allah adalah yang mengadahkan tangannya berdoa kepada Allah dengan terus berkonsekwen terhadap adab doa dan syarat-syaratnya. Amin.
Rahmad Asril Ar Rivai Pohan*
* Penulis adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Studi Islam & Sastra Arab Universitas Al Azhar Mesir dan saat ini menjabat Dewan Konsultatif Bidang Kelompok Studi Kajian As Safiir dan Buletin Generasi Himpunan Mahasiswa Medan Republik Arab Mesir.
[ 0 komentar]
|
|