|
Tanya tentang Aliran Sesat di Islam Uneq-Uneq - Wednesday, 09 November 2005
Tanya: assalamualaikum,
saya seorang mualaf jadi kapasitas tentang islam belum banyak.
gini,saya pernah mendengar dan membaca tentang aliran2 agama islam yang dinilai sesat oleh fatwa MUI. itu berdasar dari ajaran2 pondok pesantren yang bersangkutan.
nah, sebenarnya islam itu ada berapa aliran,dan sesat atau tidaknya dilihat dari sudut mana?
bagaimana kita bisa tau itu sesat atau tidak?
dari penampilan apa bisa di lihat?
dan bagaimana agar saya tidak tersesat?
terima kasih untuk jawabannya.
wassalamualaikum...
Jawab:
Islam sebenarnya tidak memiliki aliran apapun. Dia satu, yaitu Islam dan ajarannya terdapat dalam Al Quran dan Al Hadits. Hanya saja, karena kemampuan tiap-tiap manusia untuk memahami dan menghayati kedua nara sumber tersebut amat beragam, maka mulailah muncul beberapa kelompok yang bermaksud untuk menafsirkan kedua nara sumber tersebut dan dari sinilah muncul berbagai macam kelompok aliran.
Kenapa kelompok-kelompok ini sampai bermunculan dan tidak sepakat untuk mengambil dari satu sumber penafsiran saja?
Nah, inilah keunikan dari manusia.
Manusia, dikaruniai akal untuk berpikir. Dengan akalnya tersebut, manusia selalu mencari cara untuk memperoleh kemudahan. Diciptakanlah alat-alat untuk memudahkan kegiatan sehari-hari (ada komputer, mobil, blender, alat pel, kompor, dll). Dalam hal syariah pun, ternyata manusia pun senantiasa mencari cara termudah untuk melakukannya (meski sebenarnya Islam sendiri sudah amat mudah); terkadang manusia berusaha untuk menyelaraskan apa yang diperintahkan oleh Allah dengan keinginan pribadinya (lihat: Al Mukminun: 84-90; Al A’raf:28; Al Hajj:8, 11; Al Jatsiyah:24). Disinilah awal muncul penafsiran-penafsiran untuk maksud tersebut. Taruh misal masalah peran serta wanita dalam kehidupan masyarakat. Ada yang berpandangan wanita sama sekali tidak boleh keluar dari rumahnya, tapi ada yang berpandangan boleh dan ada juga yang menganggapnya sebagai sebuah keharusan. Ada banyak sekali contoh keberagaman penafsiran di tengah masyarakat kita.
Selain itu, perbedaan tata cara syariah juga dimungkinkan karena memang ada beberapa model contoh yang bisa dilakukan oleh umat Islam berdasarkan beberapa cara yang berbeda yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya, tata cara wudhu; ada sahabat Rasulullah yang bersaksi melihat Rasulullah melakukannya tiga kali-tiga kali tiap mengambil air, tapi ada juga yang melihat satu kali-satu kali. Atau tata cara shalat tarawih. Rasulullah mencontohkan untuk melakukannya dengan sebelas rakaat, tapi ketika sahabat melakukannya 23 rakaat, hal ini tidak mengapa (tidak dilarang), sehingga sekarang kita sering melihat ada masjid yang melakukan shalat tarawih 11 rakaat dan ada juga masjid yang melakukannya dengan 23 rakaat. Dan ada banyak lagi contoh-contoh lain.
Menurut saya, hal ini sah-sah saja, selama mereka masih mempergunakan hujjah (dasar pemikiran berdasarkan dalil naqli dan aqli yang benar dan bisa dipertanggung-jawabkan), terlebih jika perbedaan tersebut hanya masalah cabang saja. Tidak bertentangan dengan esensi pokok dari ajaran agama Islam.
Tapi, kadang penafsiran yang dilakukan oleh manusia terhadap agama Islam berjalan terlalu melenceng hingga keluar dari esensi ajaran Islam itu sendiri. Contohnya, bisa kita lihat dari kejadian kelompok Ahmadiyah yang baru-baru ini hangat dibicarakan. Aliran kelompok ini amat jauh melenceng. Mengapa? Pertama, karena dalam ajaran tersebut dia menyebutkan bahwa Nizar Ghulam Ahmad itu adalah nabi yang terpilih untuk menyampaikan ajaran Islam setelah Rasulullah tiada. Lalu mereka pun memiliki kitab hadits sendiri. Ini jelas melenceng dan bertentangan dengan agama Islam.
Lalu, ada juga aliran Salamullah, yang dikembangkan oleh kelompok Lia Aminuddin. Mereka mengklaim bahwa anak tertua Lia Aminudin adalah Imam Mahdi (Imam yang diturunkan untuk membenarkan ajaran Islam yang sesat di akhir zaman) dan Lia Aminudin sendiri mengangkat dirinya sebagai seorang yang memperoleh wangsit (ilham lewat mimpi) bahwa dia adalah titisan Rasulullah SAW. Ini jelas amat sesat.
Dari perilaku keseharian yang ditampilkan oleh kelompok aliran sesat pun sebenarnya bisa dilihat (ketahuan). Umumnya mereka menyendiri dan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran syariah Islam. Misalnya, kelompok Salamullah, yang pernah meminta para jamaah wanitanya untuk menggunduli kepala mereka sebagai cara untuk memulai hari yang fitri (Islam tidak membolehkan wanita mencukur habis rambutnya). Kemudian ada juga aliran lain (maaf saya lupa namanya) yang mengajarkan untuk shalat dengan bahasa Indonesia; atau ada yang mengajarkan tidak wajib shalat lima waktu, yang penting rajin berzikir dan ingat Allah dengan wiridan; dll.
Dengan kata lain, umumnya, aliran-aliran sesat bisa terlihat dari sesatnya pemikiran dan penafsiran yang mereka kembangkan yang amat sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Ciri lain, mereka juga memiliki ketaklidan (kepatuhan) luar biasa kepada pemimpin/pembimbing agama mereka. Untuk jelasnya, agama Islam yang benar bisa dilihat dari:
Pertama, Pengakuan tidak ada Tuhan selain Allah (jadi jika ada yang menduakan Allah dengan tuhan yang lain, itu jelas Islam yang sesat. Termasuk dalam pengertian ini adalah, mempersandingkan Allah dengan hal lain sebagai pegangan hidup, entah itu berupa percaya pada Allah sekaligus pada saat yang bersamaan percaya pada dukun atau makhluk ghaib; atau percaya pada Allah dan di saat yang bersamaan percaya pada kemampuan seseorang secara berlebihan).
Kedua, Rasulullah Muhammad SAW adalah rasul terakhir (tidak ada lagi rasul atau nabi yang akan diturunkan ke muka bumi setelah beliau, tidak dalam bentuk manusia pilihan tidak juga berupa manusia yang memperoleh ilham/wangsit).
Ketiga, Islam adalah agama terakhir yang sudah sempurna (lihat Al Maidah: 3). Jadi jika ada kelompok yang mengklaim bahwa Islam masih harus disempurnakan dengan berusaha menambah-nambah isi Al Quran, merubah isi Al Quran, atau berusaha mengintegrasikan pemahaman dari agama lain ke dalam ajaran Islam hingga berdampak pada merubah syariah Islam itu sendiri, itu jelas sesat.
Keempat, Islam memiliki 2 nara sumber utama, yaitu Al Quran dan Al Hadits. Khusus untuk rujukan pada Al Hadits, penting untuk memperhatikan asal dari hadits tersebut (siapa yang meriwayatkan), status hadits tersebut (apakah shahih, dhaif/lemah, batil, palsu atau bahkan ternyata bukan hadits tapi hanya kiasan/kalimat bijak yang berkembang umum di masyarakat arab saja), lalu konteks ketika hadits itu dikeluarkan (Rasulullah memperlakukan tiap-tiap sahabat biasanya sesuai dengan kondisi saat itu; artinya tidak semua orang bisa diperlakukan sama, lihat kondisinya mana yang cocok).
Kelima, Islam mengenal empat hukum, yaitu wajib, haram, sunnah, mubah dan makruh (silahkan lihat tulisan di artikel “Memahami hukum-hukum Agama Islam” di rubrik Fiqih yang terdapat di situs Kafemuslimah.com ini untuk keterangan lebih lanjut).
Nah.
Mungkin demikian yang bisa dijelaskan untuk sementara ini. Ingat, untuk senantiasa mengkaji Islam dengan menggunakan akal dan hati serta sifat tawadhu. Serta pelajarilah Islam jangan hanya sepotong-sepotong tapi secara keseluruhan. Insya Allah kita tidak tersesat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
[ 0 komentar]
|
|