[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Status Si Dia: Adik, Sahabat, Pacar?
Uneq-Uneq - Friday, 25 November 2005

Tanya:assalammualaikum wr wb
mbak ade yang baik, saya mau tanya

Mbak, saya punya sahabat yang sudah saya anggap jadi adik inne sendiri.
dia sangat perhatian sama saya, kami sering jalan bareng, dan akhirnya
teman2 pikir kami pacaran. Di rumah dia sudah dianggap anak bungsu sama mama, bahkan kadang berlebihan sayangnya dibanding dengan anak sendiri. Saya pingin kita tetap sahabatan dan gak terlena dengan status adik-kakak yang bikin kami mafhum dengan segala hal yang "gak seharusnya" (kami biasa jalan berdua dan dia biasa nginep di rumah ). Saya sekedar simpatik sama dia, dan gak mengharapkan apa-apa (karena dia lebih muda (19 thn, saya 21 thn). Dia pun sibuk cerita sama saya tentang cewek2 di kampusnya dan saya tanggapi dengan biasa. Dia pun sering menyuruh2 saya untuk "cari cowok" untuk pacaran, tapi saya bilang kalo saya ingin langsung nikah. Di lingkungan kami gak ada yang percaya kalo di antara kami gak ada apa-apa. Apa yang harus saya lakukan mbak? Saya bingung, saya ingin kami tetap dekat, namun dalam batas2 syar'i. Karena sebenarnya kami sama2 ngeh banyak yang kami seharusnya gak lakukan, tapi tetap dilakukan. Mohon sarannya.
Jazakillah khairan katsira

wassalam
Warna Ungu

Jawab:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ukhti yang dirahmati Allah SWT.
Pada dasarnya, Islam memandang persahabatan antara pria dan wanita itu boleh-boleh saja. Namun, kebolehan itu tidak berarti bahwa batas-batas di antara keduanya menjadi lebur dan ikatan-ikatan syar’iyah yang baku dilupakan. Tidak dilarang kok untuk bersahabat akrab, selama antara pria dan wanita itu masih tetap konsisten mentaati rambu-rambu yang telah ditentukan oleh syariat agama kita.

Apa saja rambu-rambu yang harus ditaati dalam pergaulan Islami pria dan wanita tersebut?
Pertama, Menahan pandangan dari kedua belah pihak. Artinya, mereka berdua harus mampu dalam keadaan bagaimanapun dan dimanapun menahan pandangan untuk tidak saling melihat aurat, tidak boleh memandang dengan syahwat dan tidak boleh memandang berlama-lama tanpa ada keperluan.

Kedua, masing-masing harus mengenakan pakaian yang sesuai dengan syariat agama Islam (menutupi aurat masing-masing).

Ketiga, mematuhi untuk menjalankan adab-adab pergaulan sebagai seorang muslim dan muslimah yang bukan mahram. Seperti, dalam perkataannya, harus menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan rangsangan; Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang; Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggak-lenggok; menjauhkan diri bau-bauan atau warna-warna/corak pakaian/dandanan yang “mengundang” syahwat.

Lalu keempat, jangan terlalu sering berduaan (karena disamping mendatangkan fitnah dari orang lain untuk keduanya, juga bisa mendatangkan fitnah yang datang dari keduanya). Usahakan untuk menyertakan orang lain dalam kebersamaan kalian (jadi bertiga atau lebih).

Sebenarnya, saya yakin ukhti sudah tahu semua apa yang saya paparkan di atas. Hanya saja, belum ada tekad untuk menjalankannya. Bisa jadi karena khawatir jika hal ini dilakukan maka ukhti khawatir persahabatan yang terjalin selama ini malah menjadi renggang (atau berhenti sama sekali). Bisa jadi juga karena khawatir bahwa akan sulit menjalankan “sebuah persahabatan yang terasa nyaman” seperti sekarang jika apa yang ukhti harus dijalankan dalam syari’at agama kita ditegakkan.

Untuk itu, mungkin bisa dicoba dengan melakukannya secara perlahan-lahan. Dimulai dengan mengikut-sertakan pihak ketiga dalam persahabatan kalian berdua. Coba deh ajak serta sahabatmu atau saudaramu yang perempuan jika kamu bepergian. Atau, bisa juga sahabat atau saudara dia. Asyik juga kok kalau pergi bertiga, paling tidak, kalau kalian mati kata ketika ngobrol, ada orang lain yang bisa memperpanjang obrolan kalian. Di samping itu, insya Allah cara ini bisa sedikit “mengerem” suara-suara sumbang yang ditujukan pada persahabatan kalian.

Lalu, jika dia mau menginap, yah, boleh-boleh saja. Tapi, kamu tidak boleh menghampiri dia ketika dia sedang seorang diri di suatu ruangan sehingga kalian jadi berduaan. Sebagai tuan rumah, ajak dia untuk ngobrol di tengah keluargamu saja (seperti ketika nonton tv bareng, makan bersama, atau diskusi rame-rame di ruang keluarga).
Mungkin sedemikian dahulu yang bisa saya katakan. Nanti kalau ada yang kurang, mungkin teman-teman yang lain bisa menambahkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita



[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved