[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Ada purezento, Bunda
Jurnal Muslimah - Wednesday, 21 December 2005

Kafemuslimah.com “Ada purezento di tas, Bunda,” lirih suaranya terdengar, sesaat sebelum ia merebahkan kepala mungilnya di bahuku.

purezento dari siapa, Nak?”

“Lupa…” kembali suara lirih itu terdengar.

Kususuri koridor apartemen dengan dia yang tertidur dalam gendongan. Ya, bocah mungil itu melanjutkan tidurnya yang sempat terusik ketika Eriko Sensei menurunkan dia dari bis sekolah.

Senja merambat naik, udara semakin dingin. Kuayun langkah perlahan di atas salju yang mulai membeku. Licin. Untung saja bis sekolah mengantar jemput penumpangnya tepat di depan apartemen sebelah. Sehingga aku masih bisa numpang lewat di dalam koridornya, sebelum menyeberang jalan menuju pintu apartemenku.

***********

Mata itu mengerjap-ngerjap perlahan. seolah ingin melepaskan kantuk yang masih menggelayuti.

“Ada purezento Bunda,” kalimat itu kembali terucap dari bibirnya.

“Ya..ya.. di mana purezentonya Nak?” tanyaku sambil melepas jaket salju yang dikenakannya.

Sejurus kemudian tangan mungil itu merogoh-rogoh tas sekolahnya dan terulurlah sebuah kotak mungil di hadapanku.

“Dari siapa Nak?”

Dia menggelengkan kepala, pertanda benar-benar lupa siapa ,yang memberinya bingkiSan itu.

“Ini satu lagi Bunda!”

Sebuah replika mini pohon natal berada dalam tas plastik yang diulurkannya!

Mengertilah aku sekarang, kenapa ada bingkiSan mungil di hari ini.

“Bunda, tolong buka purezentonya,” dia menarik tanganku.

Kami duduk berhadapan di atas Futon yang terhampar di ruang tengah. Kotak mungil berbungkus merah jambu itu ada dalam genggamanku.

“Nak, siapa yang memberimu purezento ini?”

Hening sesaat.

Tiba-tiba,”Santa, Bunda! Tadi ada Santa San ngasih purezento ini. Terus Ade sama tomodachi bilang arigatou gozaimashita!

Aku terhenyak, dugaanku tepat. Hari ini ada Santa Claus di sekolah anakku!

Bagaimana bisa aku kecolongan, padahal setiap lembar surat yang datang dari sekolah selalu aku baca seteliti yang kumampu. Begitu pula dengan jadwal harian yang diberikan setiap awal bulan.

Kubaca kembali jadwal harian yang terpampang di dinding. Sama seperti yang pernah kulihat sebelumnya, tak ada keterangan khusus tentang pembagian hadiah di hari ini. Ah, ya! sampai kapanpun sepertinya memang tak akan ada pemberitahuan khusus tentang pemberian hadiah dari Santa Claus. Semata agar binar ceria itu bisa bersemayam utuh di wajah-wajah mungil nan polos. Bukankah sebuah kejutan akan menjadi hambar maknanya, bila sudah diberitahukan terlebih dulu?

“Ade, merahkah baju Santa yang datang ke sekolah tadi Nak?” aku bertanya, sekedar ingin memastikan bahwa yang memberinya bingkiSan itu adalah sosok Santa Claus.

“Ya Bunda. Bajunya merah, topinya juga merah. Ada janggutnya, Bunda! Kata Sensei, kurisumasu,” dia berceloteh riang, bangga bisa mengingat dan menceritakan kembali apa yang dialaminya siang tadi di sekolah.

“Nak, kurisumasu itu bukan untuk orang Islam. Ade, Ayah dan Bunda adalah orang Islam. Jadi kita tidak merayakan kurisumasu, Sayang,” kugenggam tangannya dan kutatap bening bola matanya.

Mata itu menatapku penuh tanya, namun tak urung kepalanya mengangguk perlahan. Ya, tak mudah memang bagi seorang bocah tiga setengah tahun untuk memahami apa yang kukatakan. Sama tak mudahnya ketika aku harus memutar otak agar dapat menjelaskan dengan kata-kata yang bisa dia mengerti.

***********

Di atas meja di sudut ruangan, kereta kayu bingkiSan merah jambu itu tergeletak tak bergerak. Tas plastik berisi replika mini pohon natal teronggok pasrah di sudut dapur, siap bergabung dengan tumpukan kertas yang akan dibuang esok pagi.

Di luar Sana butiran salju luruh perlahan. Aku seperti menyaksikan kisah yang berhembus dari bumi belahan barat Sana. Tentang aroma natal yang tercium di balik putih butiran salju.

Tapi saat ini aku tak sedang berada di belahan barat Sana!

Negeri Sakura bukanlah negeri yang dipadati oleh umat kristiani. Namun gema natal terasa begitu kental di sini. Entahlah… aku tak begitu paham tentang makna natal sesungguhnya bagi mereka yang sebagian besar bukan umat kristiani. Christmas party digelar dimana-mana. Pohon natal dan segala pernak-perniknya dapat ditemui hampir di setiap sudut. Tak hanya di pusat perbelanjaan, tapi juga di Rumah Sakit, di tempat penitipan anak dan bahkan di sekolah-sekolah. Termasuk di sekolah anakku yang tidak mengusung label kristiani sekalipun. Dan siang tadi Santa Claus datang ke Sana, membawa serta aroma natal. Aku harus lebih hati-hati menjaga buah hatiku, agar aroma itu tak meresap jauh ke dalam jiwanya.

Ya Cinta, besok pagi sebaiknya kamu tidak masuk sekolah. Karena Santa Claus akan datang lagi untuk menikmati cake bersama, tentu saja sepotong cake dengan aroma natal di dalamnya. Kutelusuri perlahan baris-baris hiragana dan katakana yang tertulis di jadwal harian sekolah, tentang Cake Day yang akan dihadiri oleh Santa San besok hari.

Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, Rasulullah SAW bersabda

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.

Kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi.
"

(Bukhari-Muslim)

Bumi Sapporo, 12 Desember 2005

[email protected]

Catatan:

purezento =hadiah
Sensei = guru
Futon = kasur Jepang 
SanSan = kata Sandang untuk menyebut orang lain
Tomodachi = teman
Arigatou gozaimashita = terima kasih
Kurisumasu = christmas
Hiragana & Katakana = huruf Jepang
*
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved