|
Tamu Agung Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004
Sudah dua tahun ini ada tradisi baru di keluarga Salsabila alias kost saya, yakni halal bi halal di rumah salah satu akhwat. Ya..itung-itung mempererat tali silaturahim dan rihlah. Memang di kostan saya banyak program kegiatan karena kami ingin kostan bukan hanya untuk menumpang makan, mandi dan tidur tapi pembinaan ruhiyah juga. Salah satunya adalah rihlah sekeluarga. Dan program ini yang belum pernah terealisasi. Maklum hampir semua penghuni kost saya adalah para aktivis, jadi yaÂ…sibuk sekalleeÂ…sampai-sampai untuk me-match-kan waktu saja susahnya minta ampun. Nah, dengan memanfaatkan momen lebaran so, rihlah must go onÂ….
Tahun ini giliran ke rumahnya Risma, si bontot Salsabila, maklum masih SMU tapi badannya paling gede (he..heÂ….) yang kebetulan juga Arema (arek Malang asli). Akhirnya rencana disusun matang dan persiapan yang oke. Alhamdulillah berangkat tidak menemui kendala, kebetulan Pak sopir bersedia mengantar kami sampai tujuan. Jadilah kita satu rumah boking angkot, antar jemput lagi. Pak Sopir baik, dehÂ….:)
Dengan hati yang riang dan gembira (cieÂ….) kami pun naik dengan hebohnya. Perjalanan memakan kurang lebih satu jam tapi tidak membuat saya dan teman-teman menjadi capek. Malah kami sangat menikmatinya. Sepanjang perjalanan kami melewati sawah-sawah, kebun-kebun salak, hutan-hutan kecil dan masyarakat pedesaan. Jarang-jarang lho kami dapat menikmati seperti ini, soalnya setiap hari cuma melihat lalu lintas yang macet yang sering bikin pikiran ruwet. Sesekali kami juga ber-SKSD sama Pak Sopir yang ternyata baru saja mendapat predikat sopir teladan. Wah..beruntung sekali deh, kami.
Setelah tanya sana-sini akhirnya sampai tujuan juga. Dan ternyata kami datangnya kepagian, 7.30 Soalnya ini diluar perhitungan karena nggak menyangka transportasinya lancar. AlhamdulillahÂ….
Ibu Risma menyambut kedatangan kami dengan sangat luar biasa layaknya tamu agung dari jauh. Bahkan Ibu Risma bela-belain tutup toko yang barusan saja buka. DuhÂ…jadi nggak enak, nih BuÂ…
Setelah berbasa-basi sejenak, kami dipersilakan duduk-duduk sambil nonton TV dan tidak lupa aneka hidangan disuguhkan. MmmÂ….mata kami jadi ijo semua apalagi tadi belum sempat sarapan. Tidak lama kemudian kami dipersilakan untuk sarapan. Dengan malu-malu dan agak sedikit sungkan (sungguh-sungguh mengharapkan maksudnyaÂ…he..heÂ…) kami pun menuju meja makan.
SubhanallahÂ….ini mau pesta prasmanan atau makan pagi nih, batin saya yang merasa surprise melihat aneka menu. Mulai dari ayam goreng, pecel lele, cap jay, tempe goreng, lalapan dan coctail. Padahal kami kan, cuma silaturahim saja dan nggak ngapa-ngapain tapi malah seperti ada acara besar. Dengan ramahnya ibu Risma mempersilakan kami, hmmmmÂ….lezat sekali. WahÂ…perbaikan gizi, nih. Di kostan mah, jarang makan seenak gini.
Setelah kenyang kami diajak ke rumah neneknya yang kebetulan masih dekat sekitar situ. Di rumah nenek Risma juga tidak kalah hebohnya. Dengan penyambutan yang luar biasa juga bahkan kami diajak keliling melihat kebun salaknya dan diijinkan memetik salak sepuasnya. Belum lagi ketika sepulang dari sana kami dibawain alpukat, salak, daun ketela. Wah….banyak oleh-oleh, deh. Menjelang dhuhur kami hendak pulang dan tiba di rumah Risma tidak lupa ibunya juga membawakan buah tangan sekeranjang krupuk. “Buat camilan di rumah”, begitu beliau mengatakannya. Melihat banyaknya kerupuk ini bisa buat satu kampung, nih.
Ketika sampai di rumah saya masih teringat ketika di rumah Risma tadi. Saya membayangkan kehidupan kaum Anshor bagaimana mereka memperlakukan tamunya. Ketika kaum Muhajirin tiba di kota Madinah kaum Anshor pun menyambut mereka dengan suka cita dan sangat luar biasa. Mereka saling berebut menawarkan tumpangan tempat agar kaum Muhajirin mau bermalam di rumahnya. Bahkan saking ingin meyenangkan tamunya ada salah satu kaum Anshor yang dengan suka rela menawarkan salah satu isterinya pada kaum Muhajirin. SubhanallahÂ…sebegitunyaÂ….
Lalu saya pun bercermin pada diri sendiri. Ah, jadi malu. Ternyata selama ini saya belum bisa meniru kaum Anshor tadi. Tidak jarang ketika saya didatangi tamu saya tidak pernah memuliakan tamu saya. Seringkali tamu saya sambut dengan senyum yang dipaksa, apalai ketika datang tidak tepat waktunya. Misalnya saya lagi sibuk, pasti deh dalam hati saya berharap agar si tamu lekas pulang. Jangankan penganan kecil segelas air putih pun jarang saya ulurkan padahal siapa tahu si tamu lagi haus. Atau ketika si tamu mengajak ngobrol tak jarang pula saya menanggapinya dengan angin lalu saja sambil masih sibuk dengan pekerjaan saya. Mungkin saja si tamu perlu pertolongan atau curhat, tapi malah tak cuekin. Kadang lebih sadis ketika ada yang mencari saya, saya pura-pura tidur biar dia tidak bisa menemui saya.
Benarlah apa yang dikatakan oleh pepatah “ Tamu adalah raja”. Tamu merupakan orang yang patut kita muliakan maka tak salah kalau Rasulullah menyuruh kita untuk memuliakan tamu. Karena dengan memuliakan tamu keberkahan Allah akan menghampiri kita dan tentu saja akan mempererat ukhuwah.
Tapi kita juga tidak boleh membeda-bedakan tamu. Tidak ada istilah tamu VVIP, VIP atau tamu biasa saja. Mungkin di luar dia bisa jadi adalah senior atau atasan kita, atau bisa juga bawahan kita tapi sebagai tamu mereka mempunyai kedudukan yang sama. Dan kita pun harus sama-sama memuliakannya.
AhÂ…semakin mantap hati untuk bisa memeberikan yang terbaik pada tamu saya. WallahuÂ’alam bi showab.
(blue_ukhti, jazakillah khoir ya Ris, atas pelayanannya kapan-kapan ke kebun salak lagi yaÂ…) [ 0 komentar]
|
|