[utama] Alquran | Hadis Qudsi | Hadis Shahih Bukhari dan Muslim |Doa
[Kami] Kontak | Visi & Misi | Iklan | Link Bersama Kami
[ukhuwah] Webmail| Milis | Buku Tamu
HOME
Wanita Bertanya Ulama Menjawab
Uneq-Uneq
Resep
Profil Muslimah
Oase Ilmu
Muslimah & Media
Kisah Nabi
Kiat Muslimah
Jurnal Muslimah
Cantik & Sehat
Bisnis Muslimah
Agenda Muslimah

Flying Without Wing
Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004

Peristiwa heboh ini mewarnai pasca lebaran kemarin di kost-kostan saya. Setelah lama pulang kampung alias mudik, aktivitas kampus beserta pernik-perniknya kembali normal. Begitu pula dengan keadaan kost-kostan saya. Semua penghuni sudah mulai balik kembali di ‘daerah’nya. Setelah tidak berjumpa kurang lebih 2 minggu kami pun bermaaf-maafan dan saling melepas rindu. Suasana kost-kostan pun kembali ramai, penuh cerita, penuh keceriaan dan keakraban. Duh….ternyata pisah sama temen-temen itu nggak enak ya…selalu bikin kangen he…he….

Seperti biasa hari itu semua anak-anak pergi ke kampus dan cuma tinggal 4 orang saja di rumah. Begitu pula dengan saya. Saya pun juga tidak ketinggalan pergi ke kampus. Sudah kangen kampus nih cieeÂ…

Di tengah kesepian tersebut tiba-tiba terdengar sura “Glodhhaakk….klonthanggg….buukk…!!!” Astagfirullah…suara apa itu ? Ternyata salah satu adik kostku ‘melayang’ dari lantai tiga alias flying without wing…dan jatuh di tempat cucian. Serentak semua langsung turun ke bawah dan 3 orang lainnya menggotong makhluk jatuh tadi.

Ketika saya sampai di kost, kamar si akhwat jadi ramai. Kok tumben, pikir saya. Ketika saya masuk saya jadi kaget melihat ada akhwat tergeletak tak berdaya dengan tubuh yang biru-biru dan tergores-gores. “ Ada apa ?”, tanya saya. “Flying without wing, Mbak.”, jawab adik kosku. Kening saya berkerut, tak mengerti. Flying without wing ? Apalagi tuh…? Lalu mengalirlah cerita kronologisnya.

Sebenarnya si akhwat tadi hendak bermaksud menjemur bantal dan gulingnya. Dan kebetulan tempat jemuran kami memang di lantai tiga. Di lantai dua sih, sempat digoda sama akhwat lainnya “ Hati-hati naiknya”, sambil melambaikan tangan dia jawab “iya”. Mungkin bawaanya yang banyak dan menghalangi pandangannya, maka ketika mo’ pegangan tangannya terpeleset dan jadilah..terbang turun ke lantai satu.

Mendengar cerita itu saya benar-benar tidak percaya. Bukan karena jatuhnya dia tapi melihat luka yang dialami memang tidak seberapa parah. Cuma beset-beset kecil dan memar. Kemuadian saya jadi mikir dan menganalisis dengan logika saya. Melihat tingginya lokasi dan kondisi sekitar TKP. Kalau dia jatuh, tentunya kepala dia sudah mancep di paku-paku yang banyak bertengger di lantai dua ( buat jemuran juga), selain itu di lantai satu juga terdapat kawat berduri di sekitar tembok dan tentunya kepala dulu yang mendarat. Bisa-bisa dia kena gegar otak atau bocor. Pokoknya lukanya bisa dibilang parah. Lha ini malah nggak. Dia cuma mengalami memar sedikit dan tergores dengan kepala masih utuh, tergores pun tidak.

Sekali lagi saya kembali berpikir semua ini tidak terlepas dari kehendak Allah. Apapun yang telah ditetapkan oleh Allah pasti terjadi. Bagaimana pun cara manusia untuk merubah kalau Allah berkehendak lain ya pasti tidak terjadi. Seperti yang dialami oleh adik kost saya tadi, walaupun secara logika hal itu tidak mungkin karena Allah menghendaki lain ya akhirnya jadi mungkin. Begitulah terbatasnya akal manusia bila dibandingkan dengan kuasa Allah. Kita tidak tahu apa yang bakal terjadi besok, kita hanya bisa rencana dan rencana tapi keputusan akhir tetaplah Allah yang berhak. So, jika kita menerima yang tidak sesuai dengan harapan kita ya itulah yang terbaik buat kita.

(blue_ukhti, buat Kater kapan nih nyoba fly dari rektorat ?)
Sepenuh cinta buat akhwat Salsabila, I love u cause Allah. Keep cheerÂ…!!!
[ 0 komentar
]

© 2002-2009 Kafemuslimah.com
Please report any bug to [email protected]
All rights Reserved