|
Peramal Ala Kampus Jurnal Muslimah - Wednesday, 03 March 2004
Hujan gerimis membasahi setiap jengkal tanah. Dingin yang telah tercipta semakin menguat dan membuat siapapun akan meng-eratkan jaket²nya. Entah, berapa derajat celsius sekarang. padahal hari telah siang. Bahkan teramat siang.
Berada di luar rumah saat hujan turun, membuat saya tidak begitu betah. Apalagi di gedung kampus. UahhhÂ….ingin rasanya berlari menuju rumah jika tidak ingat saya sedang menunggu dosen.
Siang ini, kampus masih belum sepi. Walaupun dingin yang semakin menjadi-jadi, para mahasiswa tetap menikmati suasana. Terlihat dengan banyaknya mahasiswa yang membentuk kelompok² kecil. Apakah itu sekedar curhat, ada yang menggosip (saya sampai mendengar gosip² mereka saking hebohnya), ada yang diskusi, dan ada juga yg sedang makan bakso (enak kali yee??). Sempat terpikir, apakah dingin bisa terusir dari tubuh jika kita terus mengobrol dan mengobrol. Dengan suara yang keras. Dengan tertawa yang membahana. Entahlah. Saya sendiri tidak tahu.
Saya kebetulan duduk sendirian. Menikmati kesendirian terkadang menyenangkan (bagi saya pribadi). Dengan melihat segala tingkah laku mahasiswa terkadang bisa membuat saya tertawa sendiri. Ada² saja ulah mereka. Saya menatap wajah-wajah itu yang terlihat letih setelah dari pagi hingga siang masuk kuliah. Bertemu dosen yang familiar ataupun killer tetap sama capeknya.
Diantara kelompok² kecil itu, ada satu kelompok yang menarik perhatian. Tidak jauh letaknya dari tempat duduk saya. Beberapa gadis mengelilingi dua orang temannya yang lain. Tampak serius di wajah kedua orang itu. Yang satu terlihat memegang tangan temannya yang lain lalu diusap-usap. Karena tidak terlalu jauh, maka pembicaraan mereka pun bisa saya dengar dengan samar². Tidak bermaksud menguping sebenarnya (sesaat saya agak menyesal, kenapa saya tidak membawa buku bacaan yang belum saya tamatkan minggu ini ???).
Setelah lama saya melihat tingkah laku keduanya, saya semakin yakin bahwa salah satu gadis itu sedang ….. meramal !!! dan sesekali terdengar gelak tawa diantara mereka. Perbuatan konyol. Teriak saya dalam hati. Ingin rasanya menertawakan tapi sekaligus prihatin. Tertawa karena percaya akan perbuatan bodoh itu apalagi mereka adalah kaum intelektual, kenapa masih percaya dengan ramalan² seperti itu ?? juga sedih karena seakan² salah satu dari mereka 'sanggup' membaca kehidupan seseorang di masa depan yang sebetulnya itu adalah rahasia dari Penguasa Alam Raya.
Lalu jika telah mengetahui 'jalan hidup'nya maka gadis yang diramal itu akan bertindak dengan hati² karena dia telah tahu akibat dari perbuatannya nanti. Dan, sampai kapan dia terus²an seperti itu. Berada di bawah bayang² kekuatiran. Tidak bebas dalam bertindak (dalam batasan norma²). Bahkan, bisa jadi orang² yang diramal tersebut akan mendatangi si 'mbah dukun' kembali. Setitik noda yang lama akhirnya tertumpuk oleh noda yang baru.Noda itu semakin melebar dan meluas. Dari hal yang terlihat sepele (apalah arti ramalan garis tangan ??). Tapi sesungguhnya mereka telah bermain-main dengan aqidah, keyakinan, prinsip. Padahal amat besar kemurkaan Allah jika kita telah bermain-main dengan aqidah.
Cukup lama 'mbah dukun' alias gadis itu meramal kehidupan masa depan temannya lewat garis tangan, sampai akhirnya mereka membubarkan diri tanda selesainya 'ritual' peramalan itu. Ada yang sesak di dada. Saya melihat kemungkaran di depan mata, tapi tidak sanggup menghilangkannya. Ah …. Sedihnya …. Ternyata kaum intelektual yang lebih sering belajar tentang logika masih bisa dirasuki oleh hal² ghaib yang (sebetulnya) tidak pantas untuk dipercayai yaitu Ramalan. Salah satu 'peristiwa aneh' yang terjadi di penghujung tahun masehi.
Hujan masih turun, semakin lama semakin deras. Masih terbalut udara dingin. Dan saya pun masih duduk di bangku ini. Tetap menunggu. Hingga saya mendapat telepon dari seorang teman kuliah yang pulang duluan.
"dosen yang kamu tunggu udah pulang .. baru aja aku ketemu mobilnya lewat di depankuÂ…padahal kamu udah janjian kan ?? dan blaÂ….blaÂ…blaÂ….".
Teman saya tetap berbicara tapi saya sudah lemas mendengarnya. Ya karena saya sudah setia menunggu dosen itu hingga berjam-jam, tapi ternyata Â…Â… Hanya mencoba untuk tetap tersenyum. Bukankah ada hikmah di setiap kejadian ????
Malang Â….. hawa yang semakin dingin diakhir tahun masehi 2002Â….. (tulisan yang tertunda)
muth_mlg [ 0 komentar]
|
|